Mubadalah.id – Kebebasan dalam Islam Islam menurut makna genuine-nya adalah sikap pasrah dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang pasrah dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa disebut “muslim”. Bentuk jamak-nya “muslimin”.
Dalam kepasrahan ini terkan dung keyakinan bahwa hanya Tuhanlah satu-sa tunya yang harus disembah, dipuja, dan diagungkan.
Ajaran ini dalam Islam kita sebut “tauhid”. Ia adalah inti dan prinsip tertinggi dan ajaran utama bukan hanya bagi dan dalam agama yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi juga dalam semua agama yang dibawa para utusan Tuhan.
Doktrin tauhid di atas, pada gilirannya meniscayakan sebuah pandangan dunia (world view) muslim bahwa manusia adalah sederajat dan setara. Semuanya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada kelebihan satu manusia atas manusia yang lain.
Satu-satunya ukuran yang dengannya manusia menjadi istimewa dan unggul dari manusia yang lain adalah ketakwaannya kepada Tuhan.
Dalam banyak kesempatan, Nabi Muhammad SAW menjelaskan ayat ini dengan menegaskan antara lain bahwa orang Arab tidak lebih baik dan lebih unggul dari orang non-Arab. Orang kulit putih tidak lebih utama dari orang kulit hitam. Putih dan hitam adalah simbol semata dari warna. Kebaikan, keutamaan, dan keunggulan seseorang semata-mata karena ketakwaannya (kesetiaan) kepada Tuhan.
Nabi juga mengatakan bahwa Tuhan tidak menilai keistimewaan seseorang dari aspek tubuh maupun wajahnya, melainkan dari hati dan kerjanya. Takwa dalam teks-teks suci al-Qur’an maupun hadits Nabi memiliki makna yang sangat luas.
Ia mencakup semua kebaikan, tidak terbatas pada pengabdian (ibadah) dan kesetiaan yang tulus kepada Tuhan dan ritual-ritual keagamaan. Melainkan juga semua tindakan-tindakan yang baik dalam rangka kemanusiaan menurut maknanya yang sangat luas.
Prinsip Tauhid
Prinsip ini tentu saja membawa implikasi logis yang lain bahwa manusia dengan latar belakang apa saja selalu Islam perintahkan untuk saling menghargai sesamanya, berjuang bersama-sama, dan berkontestasi untuk menegakkan kebaikan, kebenaran, dan keadilan baginya sendiri maupun bagi masyarakat manusia secara lebih luas.
Kebebasan, kesetaraan, persaudaraan, dan keadilan adalah konsekuensi-konsekuensi paling rasional dalam sistem tauhid. Ini semua adalah norma-norma kemanusiaan universal yang Islam junjung tinggi.
Oleh sebab itu, seluruh aktivitas manusia di muka bumi yang untuk mewujudkan dan mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan tersebut sejatinya merupakan pengabdian (ibadah) kepada Tuhan juga.
Dari sini pula kita melihat dengan pasti bahwa Islam hadir untuk manusia dalam rangka kemanusiaan, dan bahwa pengabdian kepada kemanusiaan merupakan puncak dari seluruh pengabdian (ibadah) manusia kepada Tuhan. []