• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Silent Treatment : Komunikasi yang Tidak Sehat

Apapun alasannya, mendiamkan seseorang ketika marah dapat memberikan dampak negatif bagi hubungan dan orang yang menerimanya

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
23/11/2024
in Personal
0
Silent Treatment

Silent Treatment

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini, tagar silent treatment berada paling atas dalam kolom pencarian media sosial. Berita yang menyertai tagar tersebut adalah kasus perceraian salah satu pasangan selebriti. Tidak seperti biasanya karena ekonomi maupun perselingkuhan. Melainkan karena perlakuan diam, acuh, dan mengabaikan yang mengakibatkan gangguan kesehatan psikis dan fisik.

“Suamiku baik tapi dia membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi aku terluka dengan sikapnya. Ia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan perasaanku”. Kurang lebih seperti itu pernyataan dari selebriti tersebut.

Pliss jangan menilainya alay atau bahkan berlebihan. Faktanya beberapa penelitian psikologi menegaskan bahwa silent treatment termasuk kekerasan emosional.

Apa itu silent treatment?

Silent treatment merupakan jenis komunikasi non-verbal dengan cara mendiamkan seseorang dalam waktu yang cukup lama agar ia menyadari kesalahannya. Alih-alih peka, korban justru merasa bingung yang berpotensi pada pikiran negatif (overthinking) serta salah paham.

Lain halnya dengan pepatah “Diam adalah emas”. Emas yang dimaksud adalah menghindari pembicaraan yang kurang penting. Sedangkan silent treatment justru menolak pembicaraan yang sebenarnya penting yaitu menguraikan akar masalah untuk menemukan solusi terbaik.

Melansir dari beberapa artikel, silent treatment merupakan salah satu hukuman di dalam penjara. Melarang narapidana bicara, memanggilnya dengan nomor tahanan, dan menutup wajah mereka agar tidak mengenal satu sama lain.

Baca Juga:

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

Alih-alih merefleksikan kesalahan, narapidana merasa tidak berdaya. Konsep pengabaian tersebut melukai harga dirinya sebagai manusia. Menurut James Altucher, mengabaikan seseorang adalah cara terburuk dalam menyelesaikan masalah.

Beberapa orang memilih diam untuk menghindari konflik, sebagai bentuk komunikasi, bahkan hukuman. Dengan diam, mereka merasa memegang kendali penuh karena telah menguasai emosi korban. Korban dibuat bingung, merasa bersalah, tidak percaya diri, bahkan merasa tidak berharga. Semua itu merupakan praktik manipulatif.

Dampak negatif silent treatment

Beberapa jurnal ilmiah menyebut bahwa silent treatment berdampak pada kondisi psikologis seseorang. Perlakuan silent treatment dalam waktu yang lama dapat membuat korban merasa stres, depresi, dan gangguan psikis lainnya yang tidak menutup kemungkinan dapat menyerang kerja-kerja fisiologis.

Jurnal Frontiers in Evolutionary Neuroscience menerangkan bahwa otak yang bernama korteks cingulate anterior (otak yang mencatat rasa sakit) akan bekerja keras terhadap silent treatment. Tubuh akan meresponnya sebagai rasa sakit. Jika terus menerus, tubuh akan mengalami perubahan dalam berat badan, gangguan tidur, hingga peningkatan tekanan darah.

Dalam relasi hubungan, silent treatment adalah komunikasi yang tidak sehat. Sekali dua kali gapapa, jika terbiasa maka akan menjadi petaka. Mengapa? diam dan mengabaikan seseorang dapat menyebabkan lelah secara batin yang berujung pada hilangnya kepercayaan, mati rasa, dan retaknya suatu hubungan.

Apapun alasannya, mendiamkan seseorang ketika marah dapat memberikan dampak negatif bagi hubungan dan orang yang menerimanya. Bagi saya, hal tersebut bukanlah senjata, melainkan bumerang.

Langkah-langkah menghadapi silent treatment

Pertama, memberi ruang. Berikan sedikit waktu untuknya meredam emosi, mengelola perasaan, syukur-syukur bisa muhasabah atau introspeksi diri. Hindari overthinking, sibukkan diri dengan kegiatan positif.

Kedua mempertegas situasi, bahwa komunikasi asertif lebih baik daripada diam dan mengabaikan. Seseorang yang melakukan silent treatment sedang berada dalam kondisi marah. Namun, ia tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan. Ia sengaja diam agar lawan bicara paham dengan sendirinya.

Tegaskan, bahwa diam bukan solusi. Lakukan komunikasi asertif, yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dengan jelas, tegas, jujur tanpa menyerang atau merugikan orang lain.

Ketiga hindari menyalahkan dan berbesar hati untuk meminta maaf. Mulai bangun komunikasi sederhana dengan menanyakan apa yang sedang ia rasakan. Jangan langsung menyalahkan. Bantu ia untuk bisa mengungkapkan perasaannya dengan cara yang lebih baik. Tak apa sesekali untuk meminta maaf lebih dulu.

Memang, dalam konsep relasi membutuhkan kebesaran hati untuk saling menerima, memahami, dan kompromi. Jika kamu bertemu orang yang memilih diam ketika ada masalah, lakukan Langkah-langkah di atas secara bertahap. Jika dalam beberapa waktu yang cukup tidak memberikan perubahan alias nihil, tidak ada salahnya untuk mengindar. Seperti dawuhnya Ning Khilma Anis “Ngalah lan ngalih” yaitu mengalah kemudian pergi. []

Tags: Kesehatan MentalkomunikasiRelasiSelf LoveSilent Treatment
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID