Mubadalah.id – Di dalam ajaran Islam, ketika sudah ada ayat-ayat yang menegaskan bahwa orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah akan memperoleh pahala dan ampunan dari-Nya, misalnya QS. al-Baqarah (2): 218, tetapi banyak perempuan datang dan meminta kepada Nabi Saw agar memohon kepada Allah Swt menurunkan kalimat yang lebih jelas dan tegas memasukkan sahabat perempuan.
Bisa jadi penyebab dari pernyataan ini adalah karena struktur kalimat pada ayat ini berbentuk mudzakkar. Sehingga banyak orang menganggap hijrah dan jihad hanya untuk laki-laki.
Bisa jadi beberapa laki-laki menyatakan hal ini kepada para perempuan. Sehingga para perempuan merasa kerja-kerja mereka tidak diperhitungkan al-Qur’an.
Lalu, mereka datang kepada Rasulullah Saw., bertanya dan meminta penjelasan. Karena permintaan para perempuan ini, maka turunlah ayat-ayat yang secara tegas dan jelas menyebutkan kata perempuan. Termasuk dalam perkara hijrah dan jihad, yang sering kali hanya untuk para laki-laki.
Misalnya, ayat hijrah dan jihad (QS. Ali Imran ayat 195) yang sudah eksplisit menyapa laki-laki dan perempuan. Ayat ini bahkan diawali dengan pernyataan bahwa Allah Swt mendengar dan menjawab keluhan mereka, yang bisa jadi merujuk kepada para perempuan yang datang kepada Rasulullah Saw tersebut.
Kisah permintaan para perempuan ini, dalam kitab-kitab tafsir, juga menjadi sebab dari turunnya ayat-ayat lain yang eksplisit gender, seperti QS. al-Ahzab (33): 35 tentang pokok-pokok keimanan dan keislaman.
Sahabat Perempuan
Dalam beberapa catatan Hadis dan tafsir, yang datang meminta kepada Rasulullah Saw adalah sahabat perempuan, yang terlibat aktif dalam kerja-kerja hijrah dan jihad. Seperti Umm Salamah r.a., Asma bint Umais r.a., Nusaibah bint Ka’ab atau Umm Ammarah al-Ansariyah r.a. Ini salah satu Hadis yang tercatat oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya.
Dari Umm Ammarah al-Anshariyah r.a, berkata: bahwa ia mendatangi Rasulullah Saw dan berkata:
“Aku tidak melihat segala sesuatu kecuali hanya untuk para laki-laki saja. Aku juga tidak melihat para perempuan disebut kiprah mereka (oleh al-Qur’an secara jelas dan tegas).”
Lalu turunlah ayat ini “Sesungguhnya laki-laki yang Muslim dan perempuan yang Muslim, laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman, dan seterusnya. (QS. al-Ahzab (33): 35)”. (Sunan al-Tirmidzi, Kitab Tafsir al-Qur’an, no. 2517).
Semangat para sahabat perempuan ini yang menginspirasi bagaimana metode mubadalah bisa menemukan makna dari teks-teks yang sering kali spesifik untuk laki-laki. Padahal maknanya bersifat universal bisa mencakup perempuan.
Semua tulisan di buku ini adalah buah langsung dari inspirasi para sahabat perempuan tersebut. Tujuanya agar makna-makna yang integral dengan visi rahmah lil ‘alamin dan misi akhlak karimah Islam bisa muncul, hadir, dan menyapa laki-laki dan perempuan.
Kebaikan yang disarankan makna tersebut menjadi tanggung jawab bersama dan diperoleh bersama. Begitu pun keburukannya, harus terjauhkan dari keduanya sebagai tanggung jawab bersama. []