• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tauhid sebagai Pondasi Hubungan Relasi Laki-laki dan Perempuan

Relasi antara laki-laki dan perempuan bersifat horizontal, keduanya adalah setara, sesama hamba-Nya, dan sama-sama sebagai manusia bermartabat

Redaksi Redaksi
04/03/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Tauhid

Tauhid

759
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Makna dari tauhid adalah meng-esa-kan Allah Swt. Kalimat la ilaha illa Allah adalah proklamasi tentang keesaan Allah Swt sebagai satu-satunya Zat yang patut disembah dan ditaati secara mutlak. Memproklamasikan ketauhidan berarti menyatakan dua hal:

Pertama, pengakuan akan keesaan Allah Swt. sebagai Tuhan. Kedua, pernyataan atas kesetaraan manusia di hadapan-Nya. Tiada Tuhan kecuali Allah Swt., berarti sesama manusia tidak boleh ada yang menjadi tuhan bagi yang lain.

Dalam konteks relasi antara laki-laki dan perempuan, tauhid meniscayakan hubungan langsung antara perempuan dan Tuhannya.

Karena hubungan vertikalnya hanya kepada Tuhan, maka relasi antara laki-laki dan perempuan bersifat horizontal, keduanya adalah setara, sesama hamba-Nya, dan sama-sama sebagai manusia bermartabat.

Karena yang harus kita bangun di antara laki-laki dan perempuan adalah hal-hal yang mengacu pada nilai-nilai kerja sama dan kesalingan. Sebab, keduanya adalah hamba-hamba Allah Swt, tak ada yang berperan menjadi tuhan atas yang lain.

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Surat yang Kukirim pada Malam

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Jadi, ketauhidan dalam Islam menolak sistem sosial yang mendominasi dan menghegemoni, dari laki-laki kepada perempuan atau dari perempuan kepada laki-laki.

Sebaliknya, tauhid menuntut adanya sistem sosial yang resiprokal, sederajat, saling tolong menolong, dan kerja sama.

Makna Sosial

Makna sosial dari tauhid ini menjadi sumber inspirasi bagi perspektif mubadalah atau perspektif kesalingan dalam relasi laki-laki dan perempuan. Satu sama lain harus bersikap ramah dan memanusiakan, tidak mendiskreditkan, tidak menganggap rendah, tidak menghegemoni, dan tidak melakukan kekerasan.

Tauhid meniscayakan kesetaraan dan keadilan dalam berelasi dan mendorong hadirnya kerja sama yang partisipatif antarpihak. Ruang publik tidak seharusnya hanya dibangun oleh dan hanya nyaman untuk laki-laki. Ruang domestik pun tidak hanya dibebankan kepada perempuan.

Partisipasi di ruang publik dan domestik harus kita buka secara luas untuk laki-laki dan perempuan secara adil. Sekalipun dengan cara, model, dan pilihan yang berbeda-beda.

Hal ini juga sekaligus untuk memastikan hadirnya prinsip-prinsip ta’awun, tahabub, tasyawur, taradhin, dan tanashur bi al-ma’ruf dalam relasi laki-laki dan perempuan, baik di ranah domestik maupun publik. []

Tags: hubunganlaki-lakiperempuanpondasiRelasitauhid
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID