Mubadalah.id – Kejujuran merupakan sifat seseorang. Dalam bahasa Arab, kejujuran diungkap dengan istilah shiddiq dan amanah. Shiddiq artinya benar dan amanah artinya dapat dipercaya. Ciri orang jujur adalah tidak suka bohong.
Akan tetapi, jujur yang berkonotasi positif berbeda dengan jujur dalam arti lugu dan polos yang berkonotasi negatif. Dalam sifat amanah juga terkandung kecerdasan, yakni kejujuran yang disampaikan secara tanggung jawab.
Jujur bukan dalam arti mau mengatakan semua yang ia ketahui dengan apa adanya. Tetapi mengatakan apa yang diketahui sepanjang membawa kebaikan dan tidak menyebutnya (bukan berbohong) jika diperkirakan membawa akibat buruk kepada dirinya atau orang lain.
Sebagai ilustrasi dari sebuah hadis bahwa suatu hari Nabi Saw. sedang duduk di suatu tempat, tiba-tiba seseorang berlari dan lewat di depannya. Tak lama kemudian, datang lagi orang lain dengan menghunus senjata tajam, yang terlihat sedang mengejar orang yang berlari tadi.
Ketika sampai di dekat Nabi Saw., orang itu bertanya adakah engkau melihat orang lari lewat sini? Jika Nabi Saw. berkata tidak, berarti beliau berbohong. Tetapi jika berkata iya, berarti kejujuran Nabi Saw. membawa kepada ancaman bahaya bagi seseorang yang belum Beliau ketahui apakah bersalah atau tidak.
Karena itu, Nabi Saw. menjawab dengan ungkapan, “Sejak saya berdiri di sini tidak ada orang lewat.” Nabi tidak berbohong karena ketika orang yang pertama lari di depannya, Nabi Saw. masih duduk. Setelah berdiri, tidak ada lagi orang yang lewat.
Komitmen
Tingkah laku disiplin adalah perbuatan yang kita lakukan karena mengikuti suatu komitmen. Disiplin bisa berhubungan dengan waktu, tempat, aturan, anggaran, dan hal lainnya.
Disiplin bisa berhubungan dengan kejujuran, bisa juga tidak. Seorang penjahat profesional biasanya sangat disiplin dengan agenda kriminal yang ia lakukan Akan tetapi, kejujuran dan kedisiplinan bisa kita bentuk melalui pembiasaan.
Kejujuran juga diwariskan oleh genetika orangtuanya. Karena itu, setiap orangtua harus menyadari bahwa ketidakjujuran orangtua, terutama ketika anak sedang dalam kandungan, secara psikologis dapat menitis kepada anaknya. Di sini gagasan pranatalia education atau pendidikan sebelum anak lahir menjadi sangat relevan.
Tradisi masyarakat menyangkut ritual orang hamil, seperti ketika sang istri sedang hamil, suami tidak boleh menyembelih hewan, tidak boleh menyumbat sarang binatang.
Kemudian tradisi ngupati (hamil empat bulan) dan mitoni (hamil tujuh bulan). Lalu azan dan akikah ketika anak baru lahir, semuanya merupakan simbol harapan orangtua terhadap anaknya untuk tidak berperilaku sadis, tidak mengganggu orang lain, dan suka memberi orang lain.
Ringkasnya, agar sang anak kelak memiliki akhlak yang mulia. Selanjutnya, keharmonisan orangtua di dalam rumah akan sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian anak pada umur-umur perkembangannya.
Ketika anak-anak masih kecil, pantang orangtua berbohong kepada anaknya. Karena kebohongan yang anak rasakan akan menimbulkan kegelisahan serta merusak tatanan psikologinya. []