Mubadalah.id – Aksi heroik seorang Ibu berkerudung pink mengingatkan kita pada semangat Laksamana Keumalahayati dan tentu saja ia mendapatkan sorotan yang seharusnya. Ia dengan gagah seorang diri menyeruak dan memukul mundur pertahanan aparat Brimob Polri dalam aksi unjuk rasa buruh di depan gedung DPR.
Sejak tanggal 28 Agustus, masyarakat berbondong-bondong memenuhi gerbang gedung DPR. Guna melancarkan aksi demokrasi atas berbagai tuntutan rakyat. Aksi tergolong dari beberapa kalangan, seluruh rakyat bersatu padu menegakkan keadilan di tanah demokrasi. Dari pekerja, mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga anak sekolah.
Terdapat berbagai momen yang berlaku pada kejadian, dari keberanian massa demo, hingga tindakan represif aparat. Segala hal menjadi sorotan, kecuali hadirnya anggota dewan yang ingin mendengarkan tuntutan rakyat. Mereka sama sekali tidak menampakkan diri sekilas pun. Benar-benar nirempati!
Pengunjuk Rasa Adalah Warga Negara Indonesia
Para pengunjuk rasa ialah warga negara yang selama ini taat membayar pajak. Jika saat ini demonstrasi terasa besar-besaran semoga efek dan hasilnya dapat menjadi apa yang masyarakat inginkan. Bukan malah digiring dengan opini yang mendukung pada hierarki kepentingan, serta menyelaras tindakan represi dari aparat.
Sungguh kata, para pendemo adalah kami yang sedang memperjuangkan hak-hak kami sebagai warga negara. Yang sekiranya hingga saat ini kami menonton kegirangan para wakil rakyat yang mendapat gaji tinggi dan tunjangan fantastis. Tanpa pernah melihat masyarakat yang sedang terengah-engah mengais ekonomi di tengah keterbatasan mendapatkan pekerjaan.
Sungguh kata, para pendemo adalah manusia yang memiliki keluarga di rumah. Ia sebagai suami, istri, anak, kakak, adik, ayah, dan Ibu. Begitu juga Ibu berkerudung pink. Selain sebagai rakyat, ia mewakili seorang Ibu. Keberaniannya memberikan api semangat kepada para pengujuk rasa lainnya. Ia melangkah maju tanpa gentar, tanpa takut. Berteriak, jangan pukul anak ini!
Semangat Laksamana Keumalahayati
Merah muda atau pink identik dengan warna kelembutan, kali ini berubah menjadi warna keberanian. Merah muda menjadi ikon perlawanan masa kini. Aksi heroik Ibu berkedurung pink membawa ingatan kita kepada salah satu pahlawan perempuan Indonesia. Ia adalah Laksamana Keumalahayati yang berdiri tegak memimpin pasukan Inong Bale (Sekumpulan pejuang yang terdiri atas para janda).
Tokoh Laksamana Keumalahayati atau lebih kita kenal dengan Laksamana Malahayati ialah perempuan pejuang dari Aceh. Ia adalah perempuan pertama yang mendapatkan gelar laksamana. Dengan tegas dan bijaksana, ia memimpin pasukan Angkatan Laut Kerajaan Aceh melawan bangsa asing, seperti Portugis, Belanda, dan Inggris. Bahkan ia pernah beduel berani melawan Cornelis de Houtman, dengan satu pedang di tangan, menaklukkan armada penjajah bangsa asing.
Keberanian tokoh Laksamana Keumalahayati seperti telah lahir kembali lewat seorang Ibu berkerudung merah muda. Dengan membawa bendera Sang Saka, ia menerobos barisan pasukan aparat yang melakukan tindakan kekerasan kepada para pengunjuk rasa. Ibu berkerudung merah muda adalah warna perlawanan, dan ini adalah tindakan dari seorang Ibu, demi anaknya, demi negaranya.
Merah Muda Sebuah Warna Perlawanan
Berbeda dengan Laksamana Keumalahayati yang melawan kebengisan penjajah bangsa asing. Ibu berkerudung pink ini harus melawan kebrutalan bangsa sendiri. Bangsa yang seharusnya memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada rakyatnya. Malah bertindak sebaliknya. Saya teringat ungkapan dari Bung Karno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
Rupanya, perjuangan melawan bangsa sendiri bukanlah representasi rakyat terpecah belah melawan rakyat. Melainkan rakyat melawan pemerintah. Pemerintah yang berubah menjadi momok penguasa yang hanya peduli pada perut dan kekayaan mereka sendiri. Bukan kesejahteraan rakyat. []