• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Apa yang Terjadi Pada Perempuan Saat Beras Langka?

Kelangkaan beras sudah dialami oleh perempuan sejak mereka mengalami gagal panen akibat krisis iklim dan mencari sumber air akibat kekeringan

Alfiatul Khairiyah Alfiatul Khairiyah
04/03/2024
in Publik, Rekomendasi
0
Kelangkaan beras

Kelangkaan beras

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kelangkaan beras yang terjadi hari ini berdampak kepada perempuan yang seringkali bertanggung jawab dalam pemenuhan pangan keluarga. Semoga tidak terlambat membahas hal ini, tetapi yang perlu kita ketahui bersama bahwa beras dan perempuan tidak hanya dekat dalam persoalan penyediaan pangan.

Di daerah-daerah tertentu, beras dan perempuan juga dekat dalam persoalan tanggung jawab sosial. Seperti yang kita ketahui, perempuan khususnya perempuan pedesaan memiliki tiga beban (triple burden) seperti ekonomi, sosial, dan domestik.

Saya ingin bercerita di daerah saya, Madura. Biasanya, bahkan mayoritas di Madura setiap kali ada yang meninggal kita akan melayat dengan membawa beras. Yang melakukan itu adalah perempuan. Selain itu, ketika menghadiri undangan pernikahan, tidak sedikit juga yang datang membawa beras. Yang melakukan ini juga masih perempuan sebagai tanggung jawab sosialnya tadi. Bayangkan saja, bahkan ketika tidak melakukan tugas domestik, perempuan juga dekat dengan kebutuhan beras.

Saya tidak tahu yang terjadi di daerah lainnya bagaimana, tetapi saya kira tidak jauh berbeda. Terlepas bagaimana budaya ini dulu dibangun dan bagaimana kita berupaya meringankan beban perempuan, tapi ini adalah faktanya. Ketika beras langka dan mahal, berapa biaya yang harus ditanggung perempuan setiap harinya untuk menunaikan tanggungjawab sosial dan pangan? Apakah laki-laki juga ikut menanggung beban ini? kebanyakan, hanya perempuanlah yang menanggungnya.

Tiga Beban Perempuan yang Semakin Berat

Dalam masyarakat pedesaan yang agraris, selain peran perempuan di domestik dan sosial, seringkali perempuan juga punya tanggung jawab dalam pemenuhan ekonomi keluarga. Perempuan juga membantu kerja-kerja pertanian bahkan juga beternak yang hasilnya juga untuk keluarga.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Ini yang dimaksud dengan triple burden yang dialami perempuan, beban dalam  ekonomi, sosial, dan domestik. Di mana letak kerentanan perempuan yang berlipat ketika beras langka.

Pertama, perempuan yang sering diasosiasikan dengan peran domestiknya yang mau tidak mau bertanggung jawab pada kebutuhan pangan keluarga.

Kelangkaan beras, ketersediaannya yang terbatas dan harganya yang melambung tinggi, membuat perempuan harus menyiapkan biaya lebih dan memikirkan ketersediaan pangan dengan cara lain ketika terpaksa tidak mampu membeli.

Akses ke pasar dan sumber perdagangan untuk kebutuhan pangan selama ini juga perempuan, jadi tidak heran ketika kita melihat yang mengantri untuk membeli beras hingga berdesakan seperti laporan konde.co adalah perempuan.

Kedua, ketika harus melakukan peran sosialnya seperti yang terjadi di Madura, maka perempuan juga membutuhkan cost tambahan untuk membeli beras dengan harga yang tidak ramah. Perempuan juga yang nantinya akan mendapat sanksi sosial ketika tidak mengikuti kebiasaan yang terjadi.

Ketiga, perempuan juga harus bekerja keras dalam membantu ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sosial.

Dalam masyarakat pedesaan, seringkali perempuan yang menggarap lahan pertanian dan suami bekerja di luar seperti menjadi tukang dan lainnya. Kelangkaan beras sudah dialami oleh perempuan sejak mereka mengalami gagal panen akibat krisis iklim dan mencari sumber air akibat kekeringan. Kerentanan perempuan dalam hal ini terjadi pada fisiknya, psikisnya, waktunya, dan kerentanan ekonominya, belum lagi persoalan dengan keluarganya.

Dari Lingkungan Hingga Kebijakan yang Tidak Mendukung

Langka dan mahalnya beras menurut beberapa sumber terjadi akibat fenomena iklim yang menyebabkan kekeringan dan produksi gabah menurun bahkan tidak jarang mengalami gagal panen atau waktu panen yang mundur.

Faktor iklim yang tidak menentu ataupun fenomena el nino yang menyebabkan kekeringan adalah tanda bahaya untuk kita semua khususnya pemerintah agar mulai berkomitmen dalam membangun kebijakan berkelanjutan.

Kita tidak tahu sejauh mana petani-petani kita atau perempuan-perempuan di pedesaan mengerti bahwa saat ini sedang mengalami krisis iklim. Terkadang mereka hanya bisa mengeluh pada cuaca yang tidak menentu dan terus melanjutkan pertaniannya dengan harap-harap cemas. Mencari cara sendiri untuk tetap bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga.

Belum lagi semakin ke sini harga pupuk non subsidi juga naik dan pupuk subsisdi terbatas. Percaya atau tidak, perempuan juga mengalami kesulitan karena hal ini. Perempuan yang lebih memiliki akses sosial di pedesaan juga punya peran penting dalam mencari kekurangan pupuk pada orang lain yang terkadang juga mereka lakukan saat pertemuan Kelompok Wanita Tani (KWT).

Di sisi lain, kita juga mengalami penyempitan lahan pertanian akibat alih fungsi lahan. Banyak lahan-lahan pertanian menjadi perkebunan, industri, dan lainnya demi pembangunan. Selain menghilangkan lahan pertanian, kebanyakan alih fungsi lahan juga merenggut mata pencaharian perempuan. Kita lihat saja persentase tenaga kerja laki-laki dan perempuan dalam perkebunan, industri, dan lainnya.

Perempuan dan Nasib Pangan Kita

Beras mahal dan langka, krisis iklim, menyempitnya lahan pertanian dan mata pencaharian, namun tanggung jawab domestik, sosial, dan ekonomi masih menjadi beban perempuan. Kalau bukan pemiskinan pada perempuan, apa lagi? Beberapa hal tersebut saling berhubungan dan telah menyebabkan kelangkaan beras dan semakin rentannya perempuan.

Nasib perempuan sejalan dengan nasib pangan ke depan, begitupun sebaliknya. Selama iklim, ketersediaan lahan, pembangunan tidak berperspektif lingkungan, dan praktik-praktik lainnya yang menyebabkan kelangkaan pangan, selama itu pula perempuan mengalami opresi terselubung. Selama perempuan mengalami opresi oleh sistem selama itu pula keberlangsungan pangan kita juga mengkhawatirkan.

Nasib pangan kita ke depan kita tentukan sendiri mulai dari sekarang. Nasib pangan kita ke depan perlu menjadi prioritas pemerintah. Bukan hanya menyepakati hasil COP 21, tetapi juga menjalaninya. Tidak hanya membuat kebijakan SDGs, tetapi secara implementasi tidak ada yang sustainable. Ke depan, kita semua khususnya perempuan akan selalu dihantui oleh krisis pangan yang bisa terjadi kapanpun.

Perempuan yang selama ini mengatur ketersediaan pangan keluarga dan beban sosial serta ekonomi tentu menjadi subjek yang paling sulit dalam menghadapi kelangkaan dan mahalnya beras. Upaya menghadapi kelangkaan ini, kita terus bisa semabari saling memberi support, mengedukasi, dan mendorong kebijakan. []

Tags: beras mahalkelangkaan berasKrisis Iklimperempuanperempuan taniPertanian
Alfiatul Khairiyah

Alfiatul Khairiyah

Founder Pesantren Perempuan dan Mahasiswa Sosiologi Universitas Gadjah Mada

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version