• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Apakah Puasa Kafarat Sumpah Harus Berurutan?

Syekh Zakariya al-Anshari mencatat dalam Ghayat al-Wushul bahwa puasa kafarat yang dilakukan untuk melunasi sanksi kafarat harus berurutan menurut qoul qodim Imam al-Syafi’i, sementara itu dalam fatwa barunya, Imam al-Syafi’i memberikan fatwa bahwa puasa kafarat itu tidak harus dilakukan dengan berurutan.

Ahmad Azaim Ahmad Azaim
30/12/2020
in Hukum Syariat, Khazanah
0
Cara Menentukan Waktu Berbuka Saat Berada di Pesawat

Cara Menentukan Waktu Berbuka Saat Berada di Pesawat

3.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagai permohonan untuk dikabulkannya sebuah hajat, tak jarang seseorang menyanggupi akan melakukan sebuah perkara jika hajatnya terpenuhi. Hal ini disebut dengan nadzar, “jika saya lulus tes perguruan tinggi, saya akan salat sunnah empat puluh rakaat”, begitu kira-kira contoh lafal nadzar.

Sementara jika terdapat pembatalan nadzar, yang itu merupakan bentuk ingkar janji kepada Allah swt. Untuk mendapatkan ampunan dari-Nya, maka pembatal nadzar harus menunaikan puasa kafarat (sanksi) sebagai ganti dari sesuatu yang telah disanggupi.

Namun terkadang, tidak menunaikan nadzar meski hajat yang dituju telah terpenuhi, sehingga lebih baik untuk memilih puasa kafarat. Menurut pandangan fikih, tidak menunaikan nadzar ini boleh-boleh saja, jika membatalkan nadzar lebih baik dan lebih maslahat. Tentang kebolehan ini ulama berpijak pada firman Allah swt. QS. al-Nur [24]: 22

وَلَا يَأۡتَلِ أُوْلُواْ ٱلۡفَضۡلِ مِنكُمۡ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤۡتُوٓاْ أُوْلِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌ  ٢٢

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

Pada ayat itu, sahabat Abu Bakar ra. disuruh mencabut sumpah sekaligus tekadnya untuk tidak membiayai sepupunya sendiri. Tetap berhubungan baik dengan kerabat merupakan salah satu hal yang mendorong agar tekad tersebut dibatalkan.

Kendati demikian, pelanggaran tetaplah pelanggaran. Sehingga harus menjalankan sanksi sebagaimana ketentuan yang sudah tertuliskan. Ulama fikih sepakat dalam menentukan jangka waktu tiga hari sebagai salah satu penunaian puasa kafarat ini. Dalil yang dijadikan pijakan adalah QS. Al-Maidah [5]: 89

…فَمَن لَّمۡ يَجِدۡ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٖۚ ذَٰلِكَ كَفَّٰرَةُ أَيۡمَٰنِكُمۡ إِذَا حَلَفۡتُمۡۚ وَٱحۡفَظُوٓاْ أَيۡمَٰنَكُمۡۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ  ٨٩

“…Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).”

Adapun terkait dengan teknis pelaksanaannya, ada dua pendapat ulama, tentang apakah puasanya harus tiga hari dengan berurutan, atau boleh tidak berurutan. Menyikapi dua pendapat ini, Imam al-Thabary dalam Jami’ al-Bayan, juz 10, cenderung lebih memilih puasa kafarat dengan berurutan, dengan alasan berhati-hati dalam memilih hukum, dan upaya keluar dari perbedaan.

Sementara itu, al-Thabary juga menukil pendapat Abu Ja’far, sekaligus menyampaikan tafsir yang konsisten bagi ayat di atas. Ia menuturkan bahwa seyogianya, kita tidak mengambil hukum dengan sesuatu yang tidak ada di mushaf al-Quran, sehingga yang dihasilkan adalah puasa kafarat tiga hari dengan cara apapun.

Karena memang dalam mushafnya tertulis tsalatsati ayyaamin (tiga hari), tanpa ada redaksi berurutan. Argumen ini sebagai penguat pendapat puasa kafarat tiga hari, entah berurutan, maupun terpisah.

Bukan hanya itu, berkaitan dengan dua pendapat ini Imam al-Syafi’i juga memiliki dua fatwa berbeda. Syekh Zakariya al-Anshari mencatat dalam Ghayat al-Wushul bahwa puasa kafarat yang dilakukan untuk melunasi sanksi kafarat harus berurutan menurut qoul qodim Imam al-Syafi’i, sementara itu dalam fatwa barunya, Imam al-Syafi’i memberikan fatwa bahwa puasa kafarat itu tidak harus dilakukan dengan berurutan.

Al-Hasil, dalam masalah memenuhi nadzar kita perlu mempertimbangkan mana yang lebih baik antara memenuhi ataukah membatalkan. Jika yang lebih baik adalah membatalkan, maka harus menjalani sanksi, atau kafarat. Salah satunya dengan puasa kafarat tiga hari, entah dengan berurutan atau tidak. Wallahu a’lamu bis shawab. []

Tags: FiqihHukum SyariatislamNadzarPuasa Kafarat
Ahmad Azaim

Ahmad Azaim

Mahasantri Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyah Situbondo

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version