• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Apakah Teknologi Mampu Menggantikan Manusia?

Tepatlah ungkapan Aristoteles, bahwasanya manusia adalah zoon politicon, ia tak kan mampu hidup tanpa selainnya

Hesti Anugrah Restu Hesti Anugrah Restu
02/09/2023
in Personal
0
Teknologi Menggantikan Manusia

Teknologi Menggantikan Manusia

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Temanku pernah terkaget-kaget karena aku mengirimkan screenshot lokasi rumahnya. Padahal aku belum pernah ke sana. Ia hanya memberiku tanda dan alur menuju ke rumahnya, juga tidak membagikan pranala lokasi Google Mapsnya.

Tapi aku yang pernah dan cukup lama bersahabat dengan aplikasi Google Earth, bisa tahu jalan menuju rumahnya hanya melalui layar komputer.

Aku kerap mencoret-coret di kertas untuk sekedar mengingat tanggal tertentu atau peristiwa tertentu. Nyatanya Facebook yang saat ini ku gunakan jauh lebih rutin mengingatkanku tentang momen-momen tertentu yang kuposting. Demikian pula Google Foto yang kerap mengingatkanku beberapa hal yang pernah terjadi secara tematik.

Aku sering lupa ketika memasak sesuatu lalu kutinggalkan. Kadang aku juga lupa mematikan keran air. Beberapa kali aku meminta bantuan orang-orang terdekat untuk mengingatkanku, namun kadang mereka juga lupa. Untuk mengantisipasi hal itu, akhirnya aku memasang alarm di handphoneku dan itu cukup memudahkan dan membantu.

Demikianlah teknologi memudahkan kehidupan, dan bisa jadi akan jauh lebih canggih dan cepat daripada yang menciptakannya, yaitu manusia. Pertanyaannya, apakah teknologi mampu menggantikan manusia?

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Ayat-ayat Al-Qur’an yang Menjelaskan Proses Perkembangan Janin dan Awal Kehidupan Manusia

Tapi apakah teknologi sepenuhnya bisa menggantikan manusia?

Sampai saat ini aku percaya bahwa, secanggih dan sehebat apapun teknologi, pada kenyataannya kita tidak pernah bisa menggantikannya dengan keberadaan manusia asli.

Mari kuberikan beberapa contoh sederhananya.

Aku pernah menangis tersedu-sedu lalu mengunggah kesedihan itu di media sosial. Ada beberapa pesan masuk yang memperlihatkan kepedulian, tapi rasa-rasanya, ucapan yang menguatkanku sekalipun tidak pernah bisa menggantikan seseorang yang akan duduk di sampingku. Lalu bertanya ‘apakah kamu baik-baik saja?’ dan mendengarkan semua ceritaku.

Di lain waktu, aku kerap mengikuti pertemuan-pertemuan virtual. Aku senang mendengar pemaparan narasumber dan juga belajar pengetahuan baru darinya. Tapi jujur saja, kerap aku merasa bahwa akan sangat berbeda rasanya ketika aku mengikuti kelas secara langsung, dibandingkan mengikuti kelas secara virtual.

Oh ya, aku dan suami juga akhir-akhir ini kerap LDM (Long Distance Marriage) karena tuntutan pekerjaan. Setiap hari nyaris kami saling chat dan bertukar kabar. Bahkan setiap hari kami saling video call ketika berjauhan. Kami selalu menyempatkan waktu untuk mengobrol dan bercerita apa saja yang kami lewati hari ini.

Tapi rasanya akan sangat berbeda ketika dia pulang dan kami menghabiskan waktu bersama. Cukup sekadar menghabiskan jagung bakar, bercanda, meski duduk di pinggir jalan, rasa bahagia itu lebih penuh ketimbang ketika kami hanya saling menatap wajah di layar gawai.

Apakah aku bisa dikatakan terlalu tradisional untuk itu, aku tidak tahu.

Tapi aku percaya bahwa ada hal yang tidak dimiliki oleh teknologi, yaitu perasaan.

Mungkin teknologi akan melampaui kita pada banyak hal semacam pikiran yang lebih cepat, penyusunan laporan dan menemukan data, atau juga hal-hal sederhana seperti mengajari kita berbagai tutorial.

Tapi teknologi tak pernah memberikan kita kasih sayang. Ia tak memiliki itu semua. Ia hanya diciptakan untuk memudahkan, bukan untuk merasakan.

Inilah yang membuat manusia—sehebat apa pun ia mampu menggunakan berbagai macam aplikasi atau mesin-mesin yang akan membantunya dalam banyak hal—akan membutuhkan manusia lain.

Tepatlah ungkapan Aristoteles bahwasanya manusia adalah zoon politicon, ia tak kan mampu hidup tanpa selainnya.

Karenanya, sehebat apa pun kita, tak ada alasan untuk bersombong ria pada lainnya. Bukankah tanpa mereka—manusia-manusia lain itu—, kita pun tak bisa hidup? []

 

Tags: ArisrotelesjiwamanusiaRasateknologiTeknologi Digital
Hesti Anugrah Restu

Hesti Anugrah Restu

Perempuan yang suka belajar, sedang berkhidmah di Afkaruna.id dan Rumah KitaB, bisa dihubungi melalui Facebook: Hesti Anugrah Restu Instagram: @perikecil97_______

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version