• Login
  • Register
Minggu, 14 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Bagaimana Istiqamah Berdakwah di Era Digital?

Dengan kembali ke nilai-nilai moral agama pada hakekatnya kita istiqamah di jalan kebahagiaan. Sekalipun tantangan di era modern ini sangatlah berat, jalan istiqamah adalah jawaban dalam menghadapi tantangan modernitas

Ilham Sopu Ilham Sopu
05/12/2021
in Pernak-pernik
0
Hidup

Hidup

82
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Islam adalah agama yang fleksibel, dinamis, rasional, agama yang menghargai kemajuan, selalu cocok di setiap zaman. Kalau kita merujuk ke Qur’an dan Hadis sangat memberikan porsi yang besar untuk kemajuan Islam. Dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam banyak muncul pemikir-pemikir besar dan memberikan kontribusi yang sangat besar untuk kemajuan dakwah Islam.

Para pemikir ini, lebih banyak terinspirasi dengan ajaran ajaran Islam, sehingga banyak menghasilkan karya-karya yang sangat banyak pada zamannya. Itulah sebabnya pada zaman itu, rentang dari abad ke VII sampai abad ke XII, adalah zaman keemasan Islam, peradaban Islam berada di puncak peradaban dunia. Sedang Barat dan atau Eropa masih sangat ketinggalan.

Salah satu yang membuat maju peradaban Islam pada masa itu adalah karena para pemikir atau umat Islam sangat konsisten atau istiqamah dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam, mereka memaknai Islam sebagai agama yang dinamis, agama yang mengedepankan keilmuan dan peradaban, agama yang selalu memberikan solusi terhadap kemajuan peradaban modern.

Dinamisasi keilmuan sangat menonjol di masa keemasan Islam, mereka menjadikan dua pilar rujukan dalam beragama yakni Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai basis dalam pergerakan. Mereka mencoba menghidupkan spirit Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk dalam melakukan aktifitas pergerakan. Disitulah letak keistiqamahan para ulama atau pemimpin pergerakan dalam melakukan penerjemahan basis agama dalam konteks misi keislaman.

Tentu saja ada perbedaan keistiqamahan di masa dulu dengan era modern sekarang ini, salah satu perbedaan yang paling menonjol adalah perubahan, di zaman modern sekarang ini, perubahan menjadi ciri khas, hampir setiap saat selalu ditandai dengan perubahan. Dan ciri masyarakat modern adalah perubahan itu sendiri, berbeda dengan zaman dulu perubahan sesuatu yang luar biasa, dan sangat panjang waktunya baru terjadi perubahan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)
  • Fiqh Itu Tidak Statis
  • Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim
  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (2)

Baca Juga:

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)

Fiqh Itu Tidak Statis

Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (2)

Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan di bidang akses keilmuan dan teknologi. Untuk mengakses keilmuan di masa dulu dibutuhkan waktu yang sangat panjang, sifatnya masih natural, masih menggunakan teknologi manual. Jadi akses keilmuan pada zaman dulu masih sangat lambat dan butuh waktu yang lama dalam melakukan perjalanan keilmuan, seperti transportasi dan akses komunikasi.

Sekalipun demikian para ulama waktu itu tetap istiqamah dalam menjalani misi keilmuan, kalau kita mencoba untuk membandingkan dalam konteks zaman sekarang, tentulah sangat berat bagi ulama dulu untuk bisa konsisten atau istiqomah dalam berkarya, karena fasilitas yang sangat minim. Tapi keistiqamahan bukan terkait dengan zaman.

Namun mungkin tantangannya sangat berbeda. Dalam kondisi sosial kemasyarakatan antara dulu dengan sekarang. Istiqamah lebih terkait dengan bagian terdalam dari diri manusia. Suntikan-suntikan moralitas agama ke dalam diri manusia akan melahirkan sifat-sifat keistiqamahan. Dengan demikian bagaimana pun obyek tantangan yang dihadapi oleh setiap zaman tidak terlalu berpengaruh subyek pelaku istiqamah.

Secara umum memang bagi orang yang kuat keistiqamahannya, tidak terlalu berpengaruh terhadap obyek yang dihadapi. Namun demikian, ada perbedaan dari segi perubahan-perubahan dari aspek perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kalau zaman dulu perubahan itu sesuatu yang sangat lambat terjadi, perubahan teknoologi hari ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa.

Dibandingkan dengan sekarang, sangat bertolak belakang bahwa perubahan itu adalah suatu keniscayaan, perubahan itu adalah gejala harian. Godaan-godaan kehidupan yang hedonistik, materialistik sangat masif, sehingga kehidupan kemanusiaan mengalami suatu kekeroposan spritual. Manusia lebih tertarik dengan hal-hal yang sifatnya instan dan jangka pendek.

Nampaknya dalam menyikapi perubahan kebanyakan kita mungkin terbawa arus tanpa mencoba untuk mengkritisi akibat pengaruh dari perkembangan teknologi yang bisa menjerumuskan kita ke dalam arus modernitas yang diakibatkan oleh laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengaruh teknologi media sosial membuat serpihan-serpihan spritual terminimalisir dari diri kita. Nilai-nilai spiritual kurang tersalurkan untuk memperkuat moral kemanusiaan. Di sini perlunya kita kembali merenungi bahwa tujuan kehadiran kita ke dunia adalah untuk memaksimalkan nilai nilai kemanusiaan dengan suntikan wahyu.

Nabi sudah pernah memberikan kita statement bahwa kehadiran agama ini akan menguji kita, apa kita akan kuat untuk menggenggam agama ini secara konsisten, dalam bahasa Nabi bahwa kehadiran Islam “Garibun”, atau asing, tidak familiar dengan masyarakat yang ditempati turun yaitu masyarakat quraisy Makkah yang politeistik.

Agama kembali di uji di era modern sekarang, sebagaimana di masa jahiliah dulu, apa kita akan mampu konsisten dengan ajaran-ajaran yang penuh dengan nilai-nilai moral untuk kita jadikan sandaran dalam menghadapi era digital saat ini.

Dalam sejarah Nabi Adam dan Hawa ketika masih di surga, dia betul-betul berda dalam kenikmatan karena mereka menjalankan perintah agama atau perintah Tuhan, tapi setelah melanggar perintah, mereka terjatuh, tapi setelah jatuh, Tuhan kembali memberikan petunjuk-petunjuk moral kembali, supaya tidak mengalami penderitaan di dunia.

Ini memberikan gambaran kepada kita, sebenarnya kalau kita terlepas dari ajaran-ajaran moral agama pada hakekatnya kita terjatuh dari nilai-nilai kebahagiaan ke dalam penderitaan dan kesedihan karena terlepas dari ikatan dari Sang Pencipta. Dengan kembali ke nilai-nilai moral agama pada hakekatnya kita istiqamah di jalan kebahagiaan. Sekalipun tantangan di era modern ini sangatlah berat, jalan istiqamah adalah jawaban dalam menghadapi tantangan modernitas. []

 

Tags: dakwahEra DigitalislamPeradaban Islam
Ilham Sopu

Ilham Sopu

Terkait Posts

Nabi Ibrahim

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)

13 Agustus 2022
Sudahkah Kita Beragama

Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?

13 Agustus 2022
fiqh

Fiqh Itu Tidak Statis

13 Agustus 2022
satu visi

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (3)

13 Agustus 2022
nikah sirri

Nikah Sirri Adalah Bentuk Lain Dari Praktik Perdagangan Manusia

13 Agustus 2022
ibrahim

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (2)

12 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berbagi Suami

    Ini Bukan tentang Drama Berbagi Suami, Tapi Nyata Ada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Wajar Jika Perempuan Tidak Bisa Memasak, Benarkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nikah Sirri Adalah Bentuk Lain Dari Praktik Perdagangan Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)
  • Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?
  • Fiqh Itu Tidak Statis
  • Ini Bukan tentang Drama Berbagi Suami, Tapi Nyata Ada
  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (3)

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist