• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Bahagia ketika Dekat dengan Allah

Orang yang dekat dengan Allah, adalah orang yang mengikuti tuntunan-Nya. Jujur di tengah banyaknya kebohongan, menjauhkan diri dari kerumunan kecurangan

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
24/04/2024
in Hikmah
0
Bahagia Dekat dengan Allah

Bahagia Dekat dengan Allah

668
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Uangnya banyak, istrinya cantik, suaminya ganteng, demikian juga dengan rumah, kendaraan dan segala keperluan yang bisa ia dapat lebih dari cukup, anak-anak tumbuh dengan ceria. Entah berapa kali memposting momen kebersamaan yang kelihatannya membahagiakan di media sosial.

Siapa yang menduga rumah tangganya ternyata kandas di tengah jalan. Segala apa yang dimiliki mendadak tidak berguna sama sekali, dunia terasa hancur, langit terasa runtuh, karena suami yang selama ini ia cintai malah mengkhianatinya.

Terpilih menjadi salah seorang anggota Dewan, terkenal sebagai keluarga pejabat, banyak sekali orang-orang yang mendatangi rumahnya dengan harapan mendapatkan bantuan, segala fasilitas dunia boleh kita bilang serba lengkap. Siapa sangka, endingnya justru berpisah dengan suaminya, sang Bapak pun wafat, ibunya sakit berkepanjangan, dan kini tidak terpilih menjadi anggota dewan untuk lima tahun berikutnya.

Dua paragraf di atas hanya contoh dari sekian banyak ketentuan dari Allah bagi siapapun yang justru menjauh dari-Nya. Kita sadari atau tidak, kelihatannya bahagia benar-benar telah ia raih, tetapi di saat yang sama kebahagiaan itu justru menjauhkannya dari Allah. Merasa hidupnya tenang bukan karena ingat Allah, melainkan karena hidupnya merasa terjamin karena uangnya banyak, jabatannya tinggi dan banyak disegani oleh orang. Ini potret hidup yang hanya sibuk mengejar kebahagiaan harta dan dunia. Bukan sibuk mengejar pertolongan Allah.

Itulah mengapa bahwa bahagia itu justru manakala dekat dengan Allah. Hidup yang pijakannya adalah Allah. Apapun yang akan dilakukannya karena Allah. Apapun yang Allah takdirkan untuknya akan ia terima dengan sepenuh hati. Sebab buat apa uang banyak, tetapi malah semakin menjauhkan diri dari Allah. Jangan sampai kebahagiaan yang tengah kita rasakan justru kebahagiaan semu yang akhirnya malah menjadi malapetaka.

Bahagia Dekat dengan Allah

Orang yang dekat dengan Allah, adalah orang yang mengikuti tuntunan-Nya. Jujur di tengah banyaknya kebohongan, menjauhkan diri dari kerumunan kecurangan. Apalagi hidup sekadar ikut-ikutan kebanyakan orang yang tidak peduli lagi halal-haram. Dengan alasan mengikuti anggah-ungguh zaman, segala cara pun dihalalkan. Akal sehat dan hati nurani semuanya tumpul kalau sudah bicara uang. Yang penting kenyang dan banyak mendapat keuntungan.

Baca Juga:

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

Ibadahnya orang yang dekat dengan Allah, tercermin ke dalam perilaku dan amal salehnya. Ingin ini dan itu bukan dengan sibuk berpikir bagaimana caranya supaya segera tercapai, tidak peduli dosa dan haram, semuanya aturan syariat ia tabrak lantaran dilakukan banyak orang.

Padahal keinginan yang membahagiakan itu kalau ditolong Allah. Oleh karena itu, mestinya berpikir dan sibuk untuk bagaimana caranya agar kita pantas mendapatkan pertolongan Allah. Tidak ada yang mustahil, kalau Allah berkenan menolong kita.

Tidak akan ada satu takdir yang baik maupun buruk yang kemudian terlewat, apabila Allah sudah berkehendak. Allah akan menganugerahkannya di saat yang tepat dengan cara-Nya. Karena di sinilah keberkahan berada.

Tanpa pertolongan Allah, apapun yang kita dapatkan boleh jadi membahagiakan tetapi kebahagiaan itu tidak mengandung keberkahan. Fokus saja kepada ikhtiar kita agar bisa semakin dekat dengan Allah. Apakah melalui ibadah maupun amal saleh.

Terakhir, mengapa ada banyak orang yang seolah-olah bahagia karena merasa punya banyak jaminan harta, tetapi hatinya mudah robek, hidupnya menderita? Itu karena hatinya melekat kepada selain Allah. Oleh karena itu, tidak perlu kita iri dengan segala kemelekatan harta dan jabatan orang lain, irilah kepada orang yang hatinya melekat dengan Allah. Karena kebahagiaan hanya bisa kita raih ketika kita dekat dan melekat dengan Allah. Subhanallah. []

 

Tags: AllahbahagiaHikmahkehidupanmanusia
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID