• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Beberapa Sikap Ulama Kontemporer tentang Hadis Perempuan sebagai Sumber Kesialan

Dengan metode mubadalah, karena laki-laki tidak diberi label sebagai sumber kesialan, maka perempuan juga seyogianya tidak perlu untuk diberi label secara tidak patut.

Redaksi Redaksi
29/08/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Hadis perempuan sebagai sumber kesialan

Hadis perempuan sebagai sumber kesialan

775
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa kalangan ulama kontemporer, seperti Muhammad Baltaji, Nawal al-id, Sodiq al-Hadi, dan Ahmad Syarqawi, maka masih tetap menerima teks Hadis perempuan sebagai sumber kesialan ini.

Merujuk pada pemaknaan para ulama klasik, mereka menerimanya dan memilih memaknainya secara simbolik, dan bukan secara faktual.

Atau “kesialan” itu dimaknai untuk konteks dan kondisi perempuan tertentu, tidak bagi semua perempuan.

Beberapa tafsir, misalnya, menyebut kesialan itu untuk perempuan yang berakhlak buruk atau yang mandul. Artinya, kesialan itu bukan karena jenis kelamin, tetapi dari kondisi dan konteks perempuan tertentu.

Karena itu, sekalipun diterima sebagai Hadis yang sahih, Hadis tersebut tidak dianggap sebagai teks yang mendiskreditkan kemanusiaan perempuan.

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Dalam bahasa lain, teks ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa kemanusiaan perempuan itu memiliki kualitas yang rendah. Sama sekali tidak.

Jika pemaknaan kesialan perempuan yang berakhlak buruk dan mandul bisa ia terima, maka pemaknaan tersebut bisa kita baca dengan metode mubadalah. Sehingga laki-laki yang bersifat demikian juga bisa menjadi sumber kesialan.

Dengan metode mubadalah, karena laki-laki tidak kita beri label sebagai sumber kesialan, maka perempuan juga seyogianya tidak perlu untuk ia beri label secara tidak patut.

Pandangan Ulama Kontemporer

Salah satu ulama kontemporer yang menolak Hadis tentang perempuan sebagai sumber kesialan yang tercatat dalam Shahih al-Bukhari di atas adalah Abu Syuqqah.

Karena menurut Abu Syuqqah, redaksi Hadis tersebut bertentangan dengan redaksi Hadis lain yang berisi sebaliknya, yaitu

“Bahwa tidak ada sumber kesialan (dalam Islam), justru ada kebaikan dalam tiga hal: rumah, perempuan, dan kuda.”

Pertentangan ini lebih nyata lagi, karena juga sudah Aisyah r.a., kritik sebelumnya seperti tercatat Badruddin al-Zarkasyi dalam kitabnya al-Ijabah.

Artinya, teks Hadis itu kita tolak, bukan karena menolak Hadis Nabi Saw. Tetapi karena periwayatannya yang kita ragukan dan tidak beberapa kalangan terima. Sejak masa sahabat, telah terjadi penolakan terhadap teks Hadis “perempuan sebagai sumber kesialan”. []

Tags: BeberapaHadisKesialanperempuansikapsumber
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID