• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Benarkah Anak Laki-laki Lebih Unggul daripada Perempuan?

Nabi Saw sangat dikenal menyayangi anak-anak, baik laki-laki dan terlebih perempuan. Nabi Saw mempertontonkan kasih sayang pada anak-anak ini di hadapan para sahabat, sebagai teladan dan pelajaran

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
09/10/2022
in Keluarga
0
Benarkah Anak Laki-laki Lebih Unggul daripada Perempuan?

Benarkah Anak Laki-laki Lebih Unggul daripada Perempuan?

580
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pada norma-norma dasar dalam Islam, benarkah anak laki-laki lebih unggul daripada anak perempuan? Tentu saja jawabannya sangat tegas: tidak. Justru sebaliknya, Islam hadir dengan teologi yang revolusioner yang mensejajarkan kemanusiaan laki-laki dan perempuan. Islam mengkritik tradisi jahiliah yang membenci anak perempuan (QS. An-Nahl, 16: 58), bahkan beberapa di antara mereka ada yang menguburnya hidup-hidup (QS. At-Takwir, 81: 8).

Bukti Islam Tidak Menganggap Anak Laki-laki Lebih Baik dari Anak Perempuan

Untuk menetralisir tradisi jahiliyah yang cukup mengakar ini, Nabi Muhammad Saw menyampaikan berbagai pernyataan, membuat tradisi baru, dan mendekatkan diri pada bayi-bayi perempuan, dengan memangku dan menggendong mereka. “Janganlah membenci anak-anak perempuan, karena mereka sesungguhnya adalah yang akan membahagiakan dan sangat berharga”, katan Nabi Saw dalam Musnad Ahmad (no. 17647).

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ (صحيح مسلم، رقم: 6864).

Dari Anas bin Malik ra berkata: Rasulullah Saw bersabad: “Barangsiapa yang mengasuh dua anak perempuan sampai mereka dewasa, maka aku dan dia kelak di hari kiamat (seperti ini)”. Sambil Nabi Saw mendekatkan jari-jari tangan baginda. (Sahih Muslim, no. 6864).

Ketika anak perempuan lahir, kata sebuah riwayat, akan disambut para malaikat dengan penuh doa kedamaian, sayap-sayap mereka ikut mendekapnya, dan mendoakan bagi yang akan mengurusnya untuk bisa tertolong hidupnya sampai ke hari kiamat (Mu’jam Shaghir li Thabrani, juz 1, hal. 61, no. 70).

Baca Juga:

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Surat yang Kukirim pada Malam

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Jika orang-orang jahiliyah hanya membuat syukuran bagi bayi laki-laki dengan menyembelih dua ekor kambing, Islam justru mensunnahkannya sebagai ‘aqiqah untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan. Bahkan, dalam riwayat Imam Malik, tradisi baru Islam tentang ‘aqiqah ini adalah sama. Untuk bayi laki-laki maupun bayi perempuan, masing-masing cukup satu kambing. (Muwaththa’ Malik, no. 1076).

Nabi Saw juga, berbeda dari tradisi jahiliah, menyembelih ‘aqiqah untuk cucu laki-laki, Hasan ra dan Husein ra, masing-masing hanya satu ekor kambing (Sunan Turmudzi, no. 1596; Sunan Abu Dawud, no. 2483; Sunan Nasa’i, no. 4230; dan Muwaththa’ Malik, no. 1075).

Nabi Saw sangat dikenal menyayangi anak-anak, baik laki-laki dan terlebih perempuan. Nabi Saw mempertontonkan kasih sayang pada anak-anak ini di hadapan para sahabat, sebagai teladan dan pelajaran. Nabi Saw mempercepat shalat ketika mendengar tangis bayi di jama’ah perempuan, agar si bayi segera memperoleh ketenangan (Sahih Bukhari, no. 712). Nabi Saw juga memuji seorang ibu yang membelah satu kurma menjadi dua untuk kedua putrinya (Musnad Ahmad, no. 22603).

Cucu Nabi Saw yang perempuan, bernama Umamah bint Abu al-‘Ash ra, putri dari Zainab bint Rasulullah Saw juga sering diasuh Nabi Saw. Dia sering diajak main, dipangku, digendong, bahkan dibawa ke masjid untuk shalat.

Beberapa catatan hadits menyebutkan bahwa Nabi Saw pernah shalat dengan tetap menggendong Umamah bint Abu al-‘Ash ra. Ketika beliau sujud, Umamah diletakkan terlebih dahulu, dan ketika mau berdiri digendong lagi (Sahih Bukhari, no. 515; Sahih Muslilm, no. 1240; Sunan Abu Dawud, no. 918; Muwaththa’ Malik, no. 415; dan Musnad Ahmad, no. 22960).

Dalam tulisan Ishmatuddin Karkar, al-Mar’ah fi al-‘Ahd an-Nabawi (hal. 224-226), Nabi Saw sering dititipi balita perempuan anak dari beberapa sahabat. Seperti As’ad bin Zurarah ra, dia pernah membawa balita perempuannya bernama Zainab dan menitipkanya ke pangkuan Nabi Saw. Terkadang juga, dia titipkan dua saudarinya yang masih kecil. Nabi Saw, kemudian, mengasuh mereka, mengajak mereka bermain, dan memakaikan kalung kepada mereka.

Balita lain, bernama Jamrah bint Abdullah at-Tamimiyah al-Yarbu’iyah ra, pernah dibawa ayahnya ke hadapan Nabi Saw. Ayahnya memohon kepada Nabi Saw untuk mendoakannya. Nabi Saw merengkuh sang balita, mendudukkannya ke pangkuan, lalu mendoakan untuk keberkahan dan kebaikannya.

Sahabat lain, Sahal bin Rafi’ ra, juga pernah bercerita tentang hal serupa. Dia membawa anaknya yang perempuan kepada Nabi Saw untuk didoakan. Nabi Saw kemudian meletakkan telapak tangan beliau ke atas kepala anak perempuan tersebut sambil berdoa untuknya. “Demi Allah, telapak tangan Nabi Saw yang adem itu terasa tidak hanya di kepalaku, tetapi sampai merasuk ke  jantungku”, kata si anak perempuan itu.

Demikian benarkah anak laki-laki lebih unggul daripada perempuan? Semoga bermanfaat.

Semua pernyataan dan teladan Nabi Saw ini untuk mengikis tradisi jahiliah, yang memandang anak laki-laki lebih baik dari anak perempuan. Tradisi buruk ini bisa jadi masih mengakar pada beberapa orang sekarang. Na’udzubillah. Sesuatu yang  justru sejak awal Islam, oleh Allah Swt melalui al-Qur’an dan teladan Nabi Muhammad Saw, ingin dihapuskan. Karena di mata Islam, bayi laki-laki dan bayi perempuan adalah sama-sama bermartabat sebagai manusia yang mulia.  Wallah a’lam.

Tags: Anak laki-lakiAnak PerempuanHaditskeadilankeluargaKesalinganKesetaraanSunah Nabi
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perjanjian Pernikahan
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID