Mubadalah.id – Barangkali semua dari kita pernah menjumpai fenomena seseorang yang terlalu baik. Namun dia justru menjadi mudah dimanfaatkan oleh sebagian orang lain di sekitarnya. Atau mungkin diri sendiri yang justru sering orang lain di sekitar yang memanfaatkannya. Baru-baru ini misalnya, saya sempat mendengar cerita dari seorang anak yang tiba-tiba seseorang yang tak ia kenal mendatanginya sambil menagih jatah donasi untuknya yang katanya belum ia berikan.
Orang tersebut rupanya adalah pihak yang biasa ayahnya santuni. Kebetulan saat itu ayahnya sedang diuji sakit pun keluarganya sedang menerima ujian secara ekonomi. Bak sudah jatuh tertimpa tangga, alih-alih didoakan oleh orang-orang biasa mereka santuni, justru keluarganya menerima tagihan utang donasi yang seolah-olah itu merupakan kewajiban.
Memang ada beberapa orang yang ketika rutin kita bantu secara terus menerus justru menjadi ketergantungan, tidak berkembang. Bahkan menjadi tidak tahu diri. Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap?
Pada dasarnya kita hidup di Indonesia yang terkenal sebagai negara dengan penduduk yang ramah dan dermawan. Memang demikian, berdasarkan World Giving Index (WGI) yang dirilis Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia menjadi negara paling dermawan selama enam tahun berturut-turut dengan kecenderungan mengalami peningkatan skor.
Berdasarkan laporan yang sama oleh WGI yang CAF rilis, pada tahun 2018 dan 2019 Indonesia mendapatkan skor rata-rata sebesar 59%. Pada 2020 dan 2021 sebesar 69%, dan pada tahun 2022 dan 2023 Indonesia mendapat skor sebesar 68%.
Negara Paling Dermawan
Ada banyak faktor yang menyebabkan Indonesia menjadi negara paling dermawan di dunia. Salah satunya barangkali karena ajaran religius yang masyarakatnya anut. Sebagai seorang muslim misalnya, kita percaya bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.
Dengan satu keyakinan itu saja, sebagai muslim kita sudah termotivasi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Belum lagi ketika kita percaya dengan adanya balasan surga dan pahala yang berlipat ganda. Misal di Bulan Ramadan, tentu semangat berbagi dan berbuat baik dalam diri semakin meninggi.
Sebagai bangsa yang terkenal dengan keramahan dan kedermawanannya, tentu kita berhak bangga dan berusaha menjaga agar hal baik tersebut terus menjadi ciri khas yang melekat. Sifat-sifat baik yang bangsa ini miliki barangkali memang turun-temurun sejak nenek moyang bangsa terdahulu.
Penelitian oleh Adam Bear dan David G. Rand dari Universitas Yale juga mengungkapkan, bahwa orang-orang yang mengandalkan naluri untuk membuat keputusan merujuk kepada orang baik. Dan penolong cenderung berasal dari lingkungan yang lebih ramah dan mendukung.
Jadi, perbuatan baiknya berdasarkan karena ia telah mendapat keuntungan dari kedermawanan di masa lalu. Entah altruismenya itu bermanfaat bagi mereka atau tidak. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pada dasarnya sebagian besar manusia bersifat baik dan murah hati.
Keburukan terjadi karena seseorang dengan sengaja mengesampingkan naluri alamiah mereka. Ironisnya, masih ada beberapa oknum yang justru tega memanfaatkan niat baik seseorang untuk kepentingan pribadi. Bahkan membalasnya dengan perbuatan yang kurang baik.
Kasus Penipuan
Selain cerita seperti yang sudah saya tuliskan di awal, nyatanya memang ada banyak kasus penipuan yang berusaha memanfaatkan kemurahatian seseorang. Masih hangat di ingatan kita, tentang kasus penipuan kotak amal masjid menggunakan QRIS yang ternyata terhubung ke rekening pribadi si pelaku penipuan.
Kasus ini sempat ramai 2023 lalu, dan pelaku diduga telah menempelkan stiker QRIS pada 38 masjid di Jakarta sejak 1 April 2023. Kasus lain yang hangat belakangan ini adalah mengenai kontroversi youtuber mualaf asal Korea Selatan yang melakukan open donasi untuk pembangunan masjid di Korea Selatan.
Open donasi yang ia lakukan mendapat sambutan baik dari Masyarakat Indonesia yang beramai-ramai ikut menyumbang sejumlah uang yang totalnya cukup besar. Namun kemudian muncul kontroversi yang diduga pelaku melakukan penipuan. Meski kasus ini masih terbilang pro-kontra, namun hal ini membuka fakta bahwa Masyarakat Indonesia bisa menjadi sasaran empuk pihak-pihak yang berusaha melakukan penipuan berkedok kebaikan.
Sebagai manusia memang tidak ada salahnya dengan kita berbuat baik. Seorang muslim apalagi, niat baik saja sudah terhitung kebaikan. Ketika kebaikan kita mungkin orang lain menyalahartikan, tentu hal tersebut di luar yang bisa kita kendalikan.
Meski demikian, alangkah baiknya jika kita lebih berhati-hati dalam menyalurkan donasi. Upayakan berdonasi melalui pihak-pihak yang memang sudah tervalidasi bisa kita percaya.
Meskipun kebaikan kita mungkin akan tetap tercatat sebagai kebaikan. Terlepas ketika sebenarnya kebaikan kita disalahartikan atau oknum tertentu memanfaatkannya. Namun dengan jumlah donasi yang sama jika kita salurkan melalui pihak yang amanah, tentu akan sampai kepada yang benar-benar membutuhkan dan berbuah kebermanfaatan. []