• Login
  • Register
Rabu, 7 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Benazir Bhutto: Dari Tokoh Perempuan Hingga Nama yang Terabadikan

Di awal terpilihnya, Benazir Bhutto banyak menuai kecaman oleh golongan konservatif yang ingin menerapkan konsep bernegara yang berasaskan Islam mutlak. Yaitu dengan menempatkan laki-laki di atas perempuan.

Ibnu Fikri Ghozali Ibnu Fikri Ghozali
26/07/2022
in Figur
0
Tokoh Perempuan

Tokoh Perempuan

356
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kematian Shinzo Abe seorang mantan Perdana Menteri Jepang tiga pekan lalu mengingatkan saya dengan kematian mantan Perdana Menteri Pakistan pada 2007 silam, tokoh perempuan Benazir Bhutto. Meninggalnya Shinzo Abe hampir mirip dengan kematiannya yang pada saat itu ditembak oleh orang yang tak dikenal.

Bedanya, penembak mantan Perdana Menteri Jepang tersebut langsung bisa pihak keamananan bekap, oleh kepolisian setempat. Tentunya ini membuat geger seluruh warga di dunia, maka dengan perihal ini banyak yang menanyakan sebuah kemananan pada negara tersebut. Secara tidak langsung hal ini bisa menjadi pelajaran dan perhatian bagi keamanan seluruh negara di dunia.

Dengan kejadian ini, ingatanku melampau jauh terhadap seorang tokoh perempuan Pakistan yang akhir hayatnya hampir sama dengan Shinzo Abe, yaitu Benazir Bhutto. Seorang tokoh politik sekaligus putri dari mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Bhutto yang sama-sama pernah memimpin negara Islam terbesar kedua di dunia setelah Indonesia ini.

Daftar Isi

    • Peran Benazir Bhutto di Pentas Politik
  • Baca Juga:
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum
  • Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?
  • Prinsip Kesetaraan Dalam Islam
    • Perubahan Pakistan di Bawah Kepemimpinan Benazir Bhutto
    • Benazir Bhutto Menginspirasi Dunia

Peran Benazir Bhutto di Pentas Politik

Kehadiran Benazir Bhutto pernah tersorot dunia, karena perannya di pentas dunia politik Pakistan. Ini menjadi sesuatu yang luar biasa, mengingat ia adalah seorang tokoh perempuan. Terlebih Pakistan adalah negara yang mayoritas muslim. Bahkan di awal terpilihnya, Benazir Bhutto banyak menuai kecaman oleh golongan konservatif yang ingin menerapkan konsep bernegara yang berasaskan Islam mutlak. Yaitu dengan menempatkan laki-laki di atas perempuan.

Dengan adanya alasan bahwa awal tujuan berdirinya negara Pakistan, adalah keinginan orang muslim India untuk membentuk bangsa muslim supaya terealisasikannya hukum-hukum Islam dalam kehidupan  bernegara. Dalam tafsiran mereka, ajaran Islam itu sendiri tidak memperkenalkan seorang perempuan menjadi pemimpin pada suatu negara atau pada suatu kedaulahan.

Baca Juga:

4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?

Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

Hal ini menjadi ganjalan terkuat dalam masyarakat Islam untuk memunculkan seorang pemimpin adalah suatu permasalahan teologis. Namun, alasan-alasan tersebut tidak bisa merubah hasil pemilihan. Di mana ketika itu dimenangkan oleh perempuan yang kerap berjuluk  sebagai “singa betina dari Larkana.”

Pendidikannya dari universitas-universitas di barat membuat dirinya sedikit terbuka dalam berfikir terlebih saat ia menyuarakan keprihatinannya menganai problematika sosial kaum perempuan, masalah kesehatan, dan deskriminasi terhadap perempuan. Pasalnya, di negara Pakistan hak-hak perempuan pada masa itu benar-benar dibatasi oleh pemerintah, terlebih pada zaman pemeritahan Zia Ul Haq yang dapat dikatakan sebagai masa yang mengekang perempuan.

Perubahan Pakistan di Bawah Kepemimpinan Benazir Bhutto

Terbukti,  struktur politik Pakistan pada masanya  menuai perubahan. Di masa ialah presentase perempuan yang menjajaki kursi pemerintah mulai naik yang awalnya hanya 3% pada masa Zia ul Haq naik menjadi 10 % pada masanya. Terdapat 22 kursi yang disediakan untuk perempuan di Majlis Nasional, yang terdiri dari 21 kursi yang melalui pemilihan tidak langsung dan satu kursi untuk pemilihan langsung (Awan M.A., 2016,P.2) .

Dalam sebuah buku yang bertajuk ‘Benazir Bhutto Reconsiliation islam, democracy and the west’ yang ia tulis sendiri pernah ada keterangan mengenai kepemimpinan perempuan dalam Islam. Dalam pemikirannya ia menyatakan Islam berkomitmen bukan hanya untuk toleransi dan kesetaraan. Tetapi untuk prinsip-prinsip demokrasi.  Al-Qur’an menyatakan bahwa masyarakat Islam bergantung pada “nasihat bersama melalui diskusi bersama dalam posisi sejajar.” Islam tidak memaafkan tindakan keji  maupun kediktatoran.

Memukul, menyiksa, dan mempermalukan perempuan tidak sesuai prinsip-prinsipnya. Melarang pendidikan bagi anak perempuan melanggar kata pertama kitab suci : “Baca”. Ini adalah perintah bagi semua penganut, bukan hanya bagi lelaki. Karena dalam agama Islam di mana saya lahir dan besar, yang ada hanya kesetaraan.

Dalam pemikirannya tersebut sudah bisa kita pastikan bahwa posisi perempuan dan laki-laki setara untuk memperoleh hak pendidikan.  Pemikiran yang Bhutto canangkan ini, berbalik arah dengan apa yang terjadi pada masa pemerintahan sebelum ia pada periode pertama.

Presiden Zia Ul Haq, yang kala itu membatasi pendidikan seorang perempuan dalam soal pendidikan. Munculnya Benazir Bhutto menjadi orang pertama di Pakistan, telah membawa angin segar bagi perempuan. Karena pembatasan peran itu mulai pudar dan sedikit-demi sedikit hak mereka mulai terpenenuhi.

Benazir Bhutto Menginspirasi Dunia

Selain menjadi pemimpin negara, dan tokoh perempuan muslim pertama di dunia, Benazir juga memberikan interpretasi pada dunia. Bahwa Islam itu harus kita tafsirkan secara progresif. Artinya, pemahaman terhadap agama Islam harus mengikuti perubahan sosial yang ada. Di mana Islam itu sendiri percaya terhadap martabat seluruh manusia, dan keputusan bersama yang juga ada di dalam nilai Islam itu sendiri. Yakni konsep musyawarah. Dan ini nantinya akan memberikan hak-hak terhadap perempuan yang seharusnya bisa mereka nikmati.

Dari pasangan Zulfikar Ali Bhutto dan Begum Nusrat Ispahani, ia didik dengan baik untuk melakukan sesuatu demi kemajuan rakyatnya. Dan dia adalah perwakilan perempuan dari Pakistan. Dengan demikian, keagungannya dapat menginspirasi ribuan bahkan jutaan perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan di luar rumah. Terutama dalam hal pendidikan. Jadi, ia adalah elemen yang sangat penting dari sistem politik di Pakistan.

Berkat kegigihannya, tak ayal namanya sampai saat ini masih terkenang dalam benak masyarakat Pakistan Khususnya, dan tentunya oleh dunia. Sehingga sampai saat ini namanya bisa kita temukan dengan mudah di kawasan Pakistan. Seperti nama bandara Benazir Bhutto terletak di Islamabad ibukota dari Pakistan itu sendiri. Namanya pun juga terpakai oleh rumah sakit yang berada di Rawalpindi. Pastinya untuk bisa mengenang nama Benazir sebagai tokoh perempuan yang telah tumbuh harum di tengah masyarakat Pakistan. []

Tags: Benazir BhuttoPakistanPemimpin Duniapemimpin perempuanperempuan
Ibnu Fikri Ghozali

Ibnu Fikri Ghozali

Mahasiswa International Islamic University, Islamabad. Aktivis PCINU Pakistan

Terkait Posts

Fatimah al-Banjari

Fatimah al-Banjari: Perempuan yang Mengisi Khazanah Kitab Kuning Nusantara

6 Juni 2023
Perkembangan Islam di Gorontalo

Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo

3 Juni 2023
Maria Ulfah Santoso

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

2 Juni 2023
Ayu Lasminingrat

Ayu Lasminingrat, Pionir Pendidikan Perempuan dari Sunda

31 Mei 2023
Rayyanah Barnawi

Kenalin Nih, Rayyanah Barnawi: Perempuan Muslim yang Meneliti di Luar Angkasa

30 Mei 2023
Nyi Hajar Dewantara

Nyi Hajar Dewantara : Kesalingan Suami-Istri Dalam Mewujudkan Cita-Cita Perjuangan

29 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ketimpangan Relasi Suami Istri

    Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Hari Raya Idul Adha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fatimah al-Banjari: Perempuan yang Mengisi Khazanah Kitab Kuning Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sa’i: Simbol Perjuangan untuk Meraih Kehidupan
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi
  • Rahasia Tawaf
  • Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri
  • Fahmina Berikan Pendampingan Pengelolaan Sampah di 4 Pesantren

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist