• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Cara Imam Al-Ghazali saat Menghadapi Orang yang Gemar Menuduh Sesat

Imam al-Ghazali, berpendapat agar perbedaan cara pandang dalam memaknai persoalan-persoalan agama hendaknya jangan sampai menimbulkan sikap kafir mengkafirkan atau sesat menyesatkan. Urusan keyakinan adalah urusan Allah semata

Redaksi Redaksi
01/07/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Sesat

Sesat

620
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Imam al-Ghazali dalam bukunya: “Fa-ishalal-Tafriqah Baina al-Islam wa al-Zandaqah”, memberikan saran kepada kaum muslimin, bila menghadapi orang-orang yang gemar menuduh sesat dan mengkafirkan tersebut. Ia mengatakan:

“Sahabat, aku melihatmu sedang gelisah, berduka dan kacau. Ini gara-gara engkau mendengar caci-maki orang terhadap pikiran-pikiranku yang aku tulis dalam sejumlah buku. Mereka menyatakan bahwa pikiran dan pendapat-pendapatku bertentangan dengan pandangan al-Salaf al-Shalih (generasi awal yang saleh) dan para guru ilmu kalam.”

Menurut mereka berpaling dari pendapat al-Asy’ari, meski hanya dalam satu isu, adalah kekafiran. Menentangnya, meski hanya satu dua masalah saja, adalah kesesatan. Sahabat yang sedang dirundung kesedihan. Engkau tak perlu bersedih hati. Bersabarlah atas ucapan-ucapan cemooh mereka yang menyakitkanmu itu. Tinggalkan melayani mereka secara baik-baik. Anggap saja itu angin lalu. Tak usah juga dipusingkan oleh mereka yang tak mengerti tentang apa yang sesungguhnya makna kafir dan sesat itu?”.

Manusia paling baik dan paling terhormat di muka bumi, Nabi Muhammad saw, utusan Tuhan, tak luput dari caci maki dan tuduhan semacam itu oleh beberapa orang keluarganya, teman-temannya, kaumnya sendiri yang tak paham. Nabi disebutnya sebagai “orang gila” (majnun).

Ucapan-ucapan orang paling mulia itu dianggap mereka sebagai “dongeng” dan “mitos” dan cerita legenda belaka. Tak usah engkau menyibukkan diri melayani dan membungkam mulut mereka yang tak paham itu. Tak ada gunanya. Teriakan apapun terhadap mereka tak akan menggoyahkan pendirian mereka.

Baca Juga:

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

Cara Mengatasi Rasa Jenuh dalam Kehidupan Rumah Tangga

Ngaji Ramadan bersama Buya Husein: Nasihat Imam Ghazali untuk Penguasa dan Indonesia Hari Ini

Ajarkan dan Latih Anak untuk Berperilaku Baik dan Menghargai Orang Lain

Imam al-Ghazali, berpendapat agar perbedaan cara pandang dalam memaknai persoalan-persoalan agama hendaknya jangan sampai menimbulkan sikap kafir mengkafirkan atau sesat menyesatkan. Urusan keyakinan adalah urusan Allah semata. Allah lah yang nanti akan membalasnya.

Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah Rasyidin ke-4. Ia menjabat sebagai khalifah sesudah kematian Utsman bin Affan, akibat pembunuhan oleh lawan-lawan politiknya.

Pada masa pemerintahannya terjadi gejolak politik yang besar. Gubernur Syam, Mu’awiyah bin Abi Sufyan melakukan pembangkangan terhadap kekuasaannya. Peyang besar antara dua pasukan kemudian berlangsung sengit.

Pihak Mu’awiyah meminta gencatan senjata dan perundingan. Atas saran sejumlah sahabatnya, Ali menerima permintaan tersebut. Tetapi sebagian pendukungnya justeru mengecam sikap pimpinannya itu dan melakukan pemberontakan terhadapnya.

Mereka terkenal dengan sebutan golongan ‘Khawarij‘. Kelompok ini kecewa atas sikap Ali itu dan menuduhnya sebagai orang yang sesat atau bahkan kafir, karena menurut mereka tidak berhukum kepada al-Qur’an lagi.

Suatu saat para sahabat bertanya tentang sikapnya terhadap kaum Khawarjj itu. Ali dengan tenang menjawab, “Mereka adalah saudara-saudara kita yang memberontak terhadap kita”.

la menyebut mereka sebagai “saudara-saudara kita”. Menarik sekali jawaban itu. Ia tidak mengatakan: “mereka musuhmusuh kita”, dan tidak pula: “mereka adalah orang-orang kafir”.

Kemudian, para sahabat tersebut mengejarnya: “Tetapi, bukankah mereka mencaci maki dan mengancam untuk menghabisimu?. Ali menjawab: “Innama Yuraddu ‘alaihim bi al-Kalam wa Yubayyan khathauhu” (Kata-kata harus kita jawab dengan kata-kata, dan menjelaskan kekeliruannya).

Jawaban-jawaban Ali bin Abi Thalib di atas memperlihatkan kepada kita sikap dan pandangannya bahwa kaum khawarij masih bagian dari umat Islam. Meskipun mereka telah melakukan dosa besar dan menentangnya. Baginya dosa besar tidak menjadikan seseorang keluar dari Islam. Mereka tetap memprlakukannya sebagai orang muslim. []

Tags: Caragemarimam al-ghazalimenghadapiMenuduhorangsesat
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID