• Login
  • Register
Kamis, 7 Juli 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Cerita dari Pendamping; Tak Hanya Penyintas, Pelaku Kekerasan Seksual Juga Perlu Direhabilitasi

Zahra Amin Zahra Amin
25/02/2019
in Kolom
0
Tangan perempuan

Ilustrasi: pixabay[dot]com

14
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pro dan kontra Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seknual (RUU P-KS) masih terus bergulir. Dukungan untuk segera disahkannya RUU ini terus mengalir. Salah satunya dari pegiat layanan bagi penyintas kekerasan seksual di Kabupaten Bandung, Maman Koswara.

Hal itu terungkap dalam kegiatan deklarasi dan dukungan yang digagas oleh Jaringan Perempuan dan Task Force Jawa Barat, Jumat (22 Februari 2019) di Gedung Dewi Sartika Soreang Kabupaten Bandung. Ketika sesi diskusi akan berakhir, moderator memberi kesempatan pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) untuk berbicara tentang urgensi disahkannya RUU P-KS.

Maman Koswara, sebagai Sekretaris P2TP2A Kabupaten Bandung menyampaikan beberapa fakta menarik terkait layanan bagi penyintas kekerasan seksual. Dia sudah bertahun-tahun menjadi pendamping beberapa kasus kekerasan seksual yang terjadi di Kabupaten Bandung.

Bahkan sejak tahun 2016, Maman bersama jaringan kerja P2TP2A Kabupaten Bandung yang melibatkan Sapa Institute, Save Children, dan Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA), melakukan road show mengumpulkan 10 ribu tanda tangan dan petisi dari 31 kecamatan se-Kabupaten Bandung untuk mendukung segera disahkannya RUU P-KS menjadi undang-undang. Petisi ini sudah dikirimkan ke Komisi VIII DPR RI di Jakarta.

Tindakan itu bukan tanpa alasan. Berdasarkan data P2TP2A, pada Januari 2015 terdapat 124 korban. Lalu meningkat menjadi 159 kasus di tahun 2016. Memasuki tahun 2017, naik lagi jadi 230 kasus, kemudian di tahun 2018 ada 178 kasus. Sementara per bulan Juli sampai Desember 2018 ini bertambah menjadi 296 kasus. Paling besar adalah pelecehan dan kekerasan seksual, serta sodomi.

Baca Juga:

Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

UU TPKS Melarang Menikahkan Korban Kekerasan dengan Pelaku

6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT

Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

Maka menurut Maman ada hal terkait RUU PKS yang sangat penting. Yakni  proses rehabilitasi tidak hanya bagi pelaku, tapi juga korban. Bagaimana merubah mind set berpikir pelaku agar bisa berubah, dan tidak melakukan tindakan yang sama.

Karena pernah suatu ketika, Maman menangani kasus kekerasan seksual ayah terhadap putri kandungnya sendiri. Lalu dijatuhi vonis hukuman penjara 3 tahun. Tetapi begitu si Ayah keluar dari penjara, ia melakukan tindakan yang sama pada putrinya. Sebab masih tinggal dalam satu rumah.

Selain itu, Maman dan komunitasnya juga menggagas konsep “Parenting Digital”. Setelah mereka melakukan analisis sejak tahun 2015, dengan satu pertanyaan yang meresahkan, mengapa korban kekerasan yang paling banyak adalah anak-anak. Dari analisa itu dibuat strategi pencegahan.

Pertama, pola asuh di keluarga. Sehingga anggota keluarga, tidak hanya orang tua, tapi juga seluruh keluarga yang tinggal dalam satu rumah, harus tahu di mana anak bermain dan dengan siapa. Kedua, lingkungan di mana anak belajar dan bermain. Ketiga, media sosial dan internet yang sering diakses anak.

Sehingga dengan strategi seperti itu, di Kabupaten Bandung memiliki program warnet ramah anak. Karena seringkali juga ditemui pelaku dan korban masih sama-sama berusia anak. Maka sekarang gencar mensosialisasikan konsep parenting secara digital.

Di setiap smartphone atau smart tv ada program parental control. Upaya preventif ini, orang tua harus lebih aktif lagi, kalau hanya sekedar penanganan lalu apa bedanya kita dengan pemadam kebakaran. Begitu satu kasus selesai, maka akan semakin banyak bermunculan kasus yang lain.

Jadi pada akhirnya, Maman mengatakan dalam menangani kasus kekerasan seksual, selain urgensi disahkannya RUU P-KS, juga tergantung pada bagaimana komitmen para penegak hukum. Mereka juga harus membangun perspektif keadilan bagi korban.

Tidak hanya pada masyarakat sipil yang harus paham tentang RUU P-KS, tetapi yang lebih penting dari pihak pengadilan, hakim, polisi, advokat. Karena seringkali ketika mendampingi kasus kekerasan seksual itu, justru lemah pada saat putusan dan ketuk palu hakim.

Maman menyadari sampai kapanpun kekerasan seksual tidak akan selesai, karena seperti fenomena gunung es. Kelihatan sedikit di permukaan, namun lebih banyak yang tidak diketahui. Alasannya karena takut, atau menganggap itu adalah aib keluarga. Tetapi minimal bagi Maman, ia dan kawan-kawannya telah berhasil mendorong masyarakat agar berani bicara dan bersuara.[]

Tags: kekerasanKekerasan seksualkorbanpelakupenyintasrehabilitasiseksual
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Beban Ganda Perempuan

Beban Ganda Perempuan, Bagaimana Solusinya?

7 Juli 2022
Masjid Ramah Lingkungan

Masjid Ramah Lingkungan: Upaya Konservasi Alam dari Tempat Ibadah

7 Juli 2022
Pernikahan Mewah

Meneladani Pernikahan Mewah Ummu Sulaim binti Milhan Ar-Rumaisha’

6 Juli 2022
Tokoh Toleransi

Putri Pramodhawardhani: Tokoh Toleransi di Masa Mataram Kuno

6 Juli 2022
Media Sosial

Etika Menyampaikan Kritik di Media Sosial

5 Juli 2022
Resiko Stunting

Peran Keluarga untuk Mengurangi Resiko Stunting

5 Juli 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Istri Menggugat Cerai Suami

    Berdosakah Istri Menggugat Cerai Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beban Ganda Perempuan, Bagaimana Solusinya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masjid Ramah Lingkungan: Upaya Konservasi Alam dari Tempat Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akhlak Nabi Saw dengan Orang yang Berbeda Agama (Fase Mekkah)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peristiwa Sa’i Kisah Sang Ratu Zamzam yang Sarat Hikmah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah
  • Beban Ganda Perempuan, Bagaimana Solusinya?
  • Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah di Bulan Dzulhijjah
  • Masjid Ramah Lingkungan: Upaya Konservasi Alam dari Tempat Ibadah
  • Rasulullah Saw Meminta Umatnya Hentikan Kezaliman dan Wujudkan Keadilan

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist