• Login
  • Register
Senin, 27 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Cut Nyak Meutia

Mubadalah Mubadalah
29/12/2016
in Figur
0
Ilustrasi Cut Nyak Meutia

Ilustrasi Cut Nyak Meutia

31
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pirak merupakan salah satu daerah uleebalang di Aceh yang pada tahun 1870-an berada di bawah kepemimpinan seorang Ben yang bernama Teuku Ben Daud. Dia memperistri seorang anak uleebalang Ben Seuleumak yang bernama Cut Jah. Dari perkawinannya ini lahir di antaranya seorang anak perempuan bernama Meutia.

Sebagaimana lazimnya bagi setiap anak perempuan di Aceh, sebelum menanjak remaja, Cut Nyak Meutia dididik dengan pelajaran-pelajaran agama Islam di tempat-tempat pengajian. Selain itu, pendidikan juga diajarkan melalui seorang ulama yang didatangkan ke rumahnya. Oleh karena pendidikan agama yang diterimanya sejak kecil, ia merasakan dengan sungguh-sungguh kebesaran agama Islam yang dianutnya.

Menurut Meutia, untuk kepentingan agama  manusia di dunia haruslah mengorbankan segala-galanya, baik harta benda, pangkat, bahkan nyawa sekalipun. Demikian keyakinan yang tertanam di dalam dada Cut Nyak Meutia. Dia diperistri oleh Teuku Syamsarif pada 1890. Namun demikian ada pertentangan batin antara dirinya yang ingin berjuang mengusir orang kafir Belanda dengan suaminya yang bersedia bekerjasama dengan Belanda. Perbedaan prinsip ini membawa perceraian bagi keduanya. Kemudian Cut Nyak Meutia menikah dengan Teuku Cut Muhammad (lebih dikenal dengan sebutan Teuku Chiek Tunong, seorang uleebalang Keureutoe di bagian Tunong) dan mereka bersama-sama dalam berperang melawan Belanda.

Dalam perang menghadapi pasifikasi Belanda, Teuku Ben daud dibantu oleh anak-anaknya beserta para pengikutnya. Setelah daerah mereka dirampas musuh, mereka memindahkan pusat pemerintahan yang sekaligus menjadi pusat pertahanan, ke hulu Krueng Jambo Aye. Daerah ini sejak 1905 kemudian dijadikan pusat pasukan Cut Nyak Meutia yang terus melakukan perang gerilya meskipun Sultan Muhammad Daud dan Panglima Polim telah turun pada 1903.

Cut Nyak Meutia bersama suaminya bergerilya dari gunung ke gunung berjuang di jalan Allah untuk membantu kaum muslim dalam melawan kaum kafir. Cut Nyak Meutia tidak hanya bertindak sebagai seorang istri saja, tetapi ia sangat aktif mengatur taktik dan strategi pasukan muslimin dalam penyerangan terhadap musuh serta merampas persenjataan untuk memperkuat gerilyawan muslimin. Dalam setiap pertempuran yang terjadi di kawasan mereka, Cut Nyak Meutia selalu tampil sebagai panglima, berjuang di samping suaminya, bertempur, dan memimpin pertempuran. Pasukan Cut Nyak Meutia banyak berhasil menumpas patroli-patroli Belanda.

Baca Juga:

Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda

Mengenal Ruhana Kuddus, Pejuang Hak Perempuan Era Kartini

Kartini : Pemantik Kesadaran Kemanusiaan Perempuan di Awal Abad ke 20

Kartini, Sosok Pahlawan Perempuan Inspirasi Bangsa

Dalam perkembangannya, masa suram perjuangan Cut Nyak Meutia terjadi ketika suaminya dihukum tembak oleh Belanda. Namun Cut Meutia tidak berhenti berjuang. Setelah menjanda, kemudian ia diperistri oleh Pang Nanggro (mantan panglima pasukan Teuku Chiek Tunong). Hal ini berlangsung demi perjuangan yang tidak terhenti, sesuai dengan wasiat dari Teuku Chiek Tunong sebelum dihukum mati. Perjuangan melawan Belanda pun diteruskan secara bergerilya bersama Pang Nanggro. Belanda dengan gencar dan bersusah payah melakukan perlawanan terhadap pasukan Pang Nanggro dan Cut Nyak Meutia.

Dalam sebuah pertempuran pada akhir September 1910, Pang Nanggro akhirnya gugur, tetapi Cut Meutia bersama anaknya dapat meloloskan diri dan meneruskan perjuangan. Pasukan Cut Nyak Meutia kemudia bergerilya. Pasukan Belanda terus melakukan pengejaran. Ketika berada di daerah Lhok Reuhat, pasukan Belanda berhasil mengepungnya. Dalam pertempuran itu Cut Nyak Meutia dengan gagah berani dan tanpa rasa sakit bertempur dan memberi komando untuk menyerbu dengan menggunakan pedang, rencong, dan senjata lain. Akhirnya, tiga butir peluru mengenai badannya. Ia roboh ke bumi dan syahid sebagai pahlawan pejuang Islam yang gagah berani.

Penulis: Prof. Dr. Hj. Sri Suhandjati Sukri, at al.
Sumber: Ensiklopedi Islam & Perempuan (Penerbit NUANSA, 2009)

Tags: Cut Nya MutiaPahlawan AcehPahlawan PerempuanUang seribu
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Pemikiran Qasim Amin

Membedah Pemikiran Qasim Amin dalam Karyanya Tahrīr Al-Mar’ah Bagian Pertama

25 Juni 2022
Ibunda Gusdur

Nyai Solichah Wahid, Ibunda Gus Dur Seorang Aktifis Perempuan

23 Juni 2022
Emansipasi Perempuan

Raden Mas Tirto Adhi Soerjo dan Gerakannya dalam Emansipasi Perempuan Indonesia

22 Juni 2022
Feminisme Islam

Mengenal Konsep Feminisme Islam Nurcholish Madjid

21 Juni 2022
Menolak Poligami

Gusti Nurul dan Keteguhan Hatinya Menolak Poligami

18 Juni 2022
Tokoh Hermeneutika

Tokoh Hermeneutika Indonesia, Inilah Sosok Kiai Sahiron Syamsudin

17 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Darurat Sampah

    Re Grow Solusi Darurat Sampah Pangan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Wukuf di Arafah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa Ketika Wukuf di Arafah Sesuai Anjuran Rasulullah Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siapa Bilang Perempuan Haid Tidak Lebih Mulia dari yang Suci?
  • Doa Ketika Sampai di Tempat Tujuan
  • Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda
  • Doa Ketika Wukuf di Arafah Sesuai Anjuran Rasulullah Saw
  • Makna Wukuf di Arafah

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist