“Orang itu ganteng banget makannya apaan seehh? Astagaahh”
“Nggak kuat liatnya. Ganteng dan berkharisma.”
“Itu siapaaa.. kok aktor, muda, ganteng sisan wkkwkwk”
“Yaampuunn gantengee rekkkk”
“Astaghfirullaaahh.. parrraah paraaahhh gantengnya”
“Ya Allaahhh… ademm kek ubin masjiiiid”
“Wajahnya Arab gitu ya, ganteng, gemasss “
“Bikin betaah cuyyy wkwkkwk sering2 bikin live begini yaaa hahaha”
“Gak kuat banget liatnya, hahhaha sambil istghfar nih”
Rentetan pesan berisi ‘jeritan-jeritan’ heboh itu masuk via kotak pesan wa dan IG-ku saat Live Instagram Mbak Nyai Nur bareng Omar Minggu sore kemarin. Dan sudah pasti saat live streaming berlangsung pun kolom komentar tak lepas dari ekspresi-ekspresi senada dengan bumbu-bumbu emoticon love di sana-sini. Apalagi, tema obrolan pun bertajuk Kapan Nikah. Judul yang sepertinya minta banget dikomenin banyak orang hahaha.
Sejak awal memang sudah diprediksi acara Ngobrol Mbak Nyai bareng Omara ini bakal direspon demikian. Itupun sayangnya durasi cuma 1 jam. Kalau lebih lama, hmm… mungkin histeria itu akan berlanjut dengan ruang-ruang ghibah tentang wajah Omara.
Di saat yang bersamaan, lha kok wajah Mbak Nur yang sudah wara-wiri gelar Ngaji live itu pun bisa-bisanya blurr. Benar-benar di luar dugaan bahkan nggak kepikiran sama sekali bisa sampai kejadian mengingat simbok sejauh ini sudah sah disebut makhluk digital sebab KGI-nya sudah nembus sekat-sekat negara.
Obrolan Kapan Nikah yang cuma 1 jam itu rasanya pengen banget diulang. Selain sesi Q&A nggak keburu, pastinya punya dampak berbeda jika accident blur itu nggak kejadian. Mungkin akan lebih menarik jika dibuat webinar sebab Omara pun belum banyak mengeluarkan isi kepalanya yang bisa disampaikan ke Mbak Nyai.
Pertanyaan-pertanyaan yang menurut Bundanya sering bikin dia dan Abi-nya kewalahan karena sejak SD sudah gandrung ketemu buku-buku Nietzsche, Ali Syariati, No god but God, Filsafat Jawa, sampai Tafsir Al-Misbah-nya Prof Quraisy. Yang terakhir ini, malahan mengilhami Omara saat SMP menulis buku berjudul Read Without Prejudice Do Without Doubt. Sebab itu, usai menamatkan pendidikan SMA di United World College di Amrik secara gratis, dia memutuskan untuk menekuni Psikologi dan Filsafat di St Olaf dengan beasiswa juga.
Debut keartisannya memang tidak semoncer karibnya, Iqbaal Ramadhan. Omar lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku dan musik. Sebab mahasiswa tingkat dua ini bercita-cita menjadi dosen. Maka ketika chit-chat dengan Bundanya jelang Lebaran lalu, tiba-tiba wajah Mbak Nyai muncul dan langsung kutawarkan. Ndilalah Bunda dan Omar panas dingin begitu ide itu disambut baik oleh Mbak Nyai.
Dan pagi ini pun, menurut sang Bunda, cowok berwajah Rami Malek ini pun masih ‘memendam asa’ (azeeek) untuk terus Ngobrol bareng Mbak Nyai. Dan biar lebih intensif membuka ruang dialog, akan lebih tepat jika format acara dibuat macam webinar saja. Supaya netijen-netijen budiman nanti bisa terlatih menggunakan kacamata spiritual dan intelektualnya saat melihat Omar. Jika lupa, mungkin sesekali perlu pindahin masker ke mata. Hahaha.. []