• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Goethe: Tentang Puisi dan Karyanya, dalam Sebuah Kenangan

Goethe sangat mengagumi Islam sedemikian kuat, sampai dia mengatakan aku senang jika aku dikatakan sebagai seorang muslim

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
24/12/2021
in Sastra
0
Biografi Jamal Al-Banna dan Gagasan Fiqh Baru

Biografi Jamal Al-Banna dan Gagasan Fiqh Baru

526
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saat aku masih kuliah di Jakarta aku beberapa kali diajak teman nonton film atau konser musik dan teater di Goethe Institut. Nama itu begitu menarik hati. Kemudian manakala aku di Mesir, aku menemukan buku “Goethe : Al Diwan Al Syarqy Li Al Muallif Al Gharby”, terjemahan Dr. Abdurrahman Badawi, Filsuf Arab terkemuka.

Nama panjangnya adalah Johann Wolfgang von Goethe. Lahir di Frankfurt, 1789. Ia adalah seorang novelis, sastrawan, humanis, ilmuwan, dan filsuf Jerman. Goethe merupakan salah satu tokoh terpenting dalam dunia sastra Jerman pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Bukunya yang terkenal antara lain “Faust”, sebuah karya sastra yang indah dan menghebohkan bukan hanya Eropa melainkan juga dunia.

Karya-karya sastra Goethe memengaruhi pikiran Eropa selama berabad-abad, baik dalam musik, drama, maupun puisi. Goethe meninggal dunia di Weimar Pada 22 Maret 1832 dan dikuburkan di samping makam sahabatnya, Friedrich Schiller.

Belajar Islam

Goethe, suatu saat, mengalami krisis spiritual akut. Katanya : “Aku mengalami krisis spiritual begitu hebat yang mengharuskan aku untuk lari dari kehidupan yang penuh bahaya yang mengancam diriku dari berbagai aspek dan segala arah. Aku harus pergi ke Timur agar aku bisa hidup dalam dunia imajinasi yang di dalamnya aku akan dapat merasakan kenikmatan dan bisa bermimpi-mimpi indah”.

Baca Juga:

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Kartini Tanpa Kebaya

Falsafah Hidup Penyandang Disabilitas dalam “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

Sebelumnya Goethe pernah menyaksikan kaum muslimin shalat di Wimar. Ia juga pernah membaca buku “Diwan Syams al-Din Hafiz Syirazi”, sastrawan dan penyair terbesar Persia. Ia membacanya dari terjemahan oleh Von Hammer. “Aku meletakkan buku itu di atas mejaku, dan aku ikut hanyut dan mabuk ke dalam ekstase Hafiz”.

Penyair Persia ini, kata Goethe, menyanyikan lagu-lagu tentang Bulbul dan bunga mawar, kemabukan dan cinta dalam ketenangan yang indah. Antologi Puisi Hafiz menggugah kesadaran kemanusiaan, membawakan optimisme untuk menelusuri kehidupan dan mengajak kepada persaudaraan antar bangsa-bangsa.

Puisi-puisi Hafiz sarat dengan nuansa-nuansa mistisisme yang menukik ke jantung manusia. Dia juga membaca karya-karya para penyair Arab terkemuka, antara lain ; Al-Mutanabbi, Imri al-Qais, Antarah bin al-Syadad, Zuhair bin Abi Salma, Abi Tamam dan lain-lain.

Dia mengagumi kebudayaan Timur yang tenang. Konon ia pernah belajar bahasa Arab, dan mengatakan bahwa tidak ada bahasa di dunia yang demikian indah, memadukan antara kata dan makna sedemikian utuh bagai penyatuan tubuh dan ruh, seperti bahasa Arab”.

Seorang komentator buku ini mengatakan :

وأعرب في عمله هذا عن احترامه الشديد للإسلام، ووصل إلى الحد أنه قال لا أكره أن يقال عني مسلم.

“Goethe sangat mengagumi Islam sedemikian kuat, sampai dia mengatakan aku senang jika aku dikatakan sebagai seorang muslim”

وتأثر غوته أثناء كتابته الديوان كذلك بالقرآن الكريم، وهناك عدد من القصائد في الديوان التي استلهمها من القرآن الكريم.

“Ia begitu terpengaruh oleh Antologi sastra Arab Jahiliah demikian juga oleh Al Qur’an. Dia bahkan menulis puisi-puisinya yang diinspirasi oleh ayat-ayat suci Al Qur’an”

Karya terbesarnya : Faus, konon juga dipengaruhi oleh bacaannya atas karya-karya sastra Arab-Islam.

Dalam sebuah puisinya Goethe bersenandung indah :

دعونى وحدى مقيما

على سرج جوادى

وأقيموا ما شئتم فى دياركم

ومضارب خيامكم

أما أنا فاجيب من الانحاء قاصيها

على صهوة فرسى

فرحا مسرورا لا يعلو على قلنسوتى

غير نجوم السمآء

Biarkan aku sendiri,

di atas pelana kudaku

Silakan kalian mau tinggal di mana

Di rumah atau di dalam kemah-kemahmu

Sedangkan aku ? ya aku sendiri?

Aku akan menyusuri jalan-jalan lengang

Nun jauh, di negeri Persia

Dalam gejolak keriangan

Yang tak akan melampau peciku

kecuali bintang-bintang di langit

Sekedar mengekspresikan bacaan “Diwan al-Syarq li al-Muallif al-Gharbi.” []

Tags: GoethePuisiSastra
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Kapan Menikah

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

29 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

15 Juni 2025
Abah dan Azizah

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

8 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

1 Juni 2025
Menjadi Perempuan

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

25 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Boys Don’t Cry

    Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu
  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID