Mubadalah.id – KH Abdurahman Wahid memiliki empat orang anak yang kesemuanya adalah perempuan. Gus Dur mendorong anak-anaknya untuk bebas berpendapat, berorganisasi dan memilih pendidikan sesuai keinginannya masing-masing. Gus Dur setia pada satu istri.
“Bebas bergaul dengan siapa saja. Tidak ada larangan atau batasan tertentu. Ini menunjukkan Gus Dur peduli perempuan,” tuturnya, saat ditemui Mubaadalah.id, belum lama ini.
Sekretaris Lakpesdam PBNU, Marzuki Wahid, menceritakan bahwa Gus Dur selalu menengok anak pertamanya, Alissa Wahid, ketika dia sedang kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Gus Dur melakukan itu di tengah kesibukannya.
“Artinya konsep rumahku surgaku seperti yang dikatakan ibu Sinta bahwa rumah adalah tempat yang menyenangkan. Gus Dur menempatkan urusannya sesuai porsinya. Masalah di luar, seperti urusan negara, umat dan masyarakat tidak dibawa ke keluarga,” bebernya.
Meskipun Gus Dur seorang kyai dan memiliki nasab, Gus Dur tak berpoligami. Ini menunjukkan bahwa Gus Dur sangat menghargai dan menghormati serta memuliakan perempuan.
“Meskipun para kyai selevel Gus Dur ada juga yang melakukan poligami. Tapi dia tidak,” tegasnya.
Menurutnya, semua ide dan gagasan Gus Dur tentang perempuan, karena dipengaruhi berbagai faktor, dari mulai keluarga, sejarah, pemikiran keislaman dan pergaulan lintas batas yang digeluti Gus Dur, baik itu ideologi, agama, suku, agama dan gender.
Bisa dikatakan, sensitifitas pada perempuan yang dimiliki Gus Dur sudah menjadi karakter. Karakter itu melekat dan menyatu dengan dirinya. Di permukaan, karakter itu muncul dalam berbagai bentuk. Dalam prilaku, dalam tulisan, atau dalam ceramahnya yang berpihak pada keadilan antara laki-laki dan perempuan.
“Dia (Gus Dur) seorang tokoh anti-diskriminasi, anti-eksploitasi dan anti-kekerasan pada perempuan. Makanya Gus Dur mengangkat perempuan. Hal itu bisa dilihat dalam kehidupannya selama menjabat sebagai kepala negara dan NU,” tutupnya. (WIN)