Mubadalah.id – Islam memerintahkan kepada kita semua untuk saling berelasi baik dengan sesama manusia, berbuat mulia, menebar kebaikan, dan mendatangkan kemaslahatan. Hal itu kian jelas, pasalnya terdapat pelbagai hadits Nabi tentang perintah berhubungan baik dengan sesama manusia.
Hadits Nabi tentang Perintah Berhubungan Baik
Adapun hadits Nabi tentang perintah berhubungan baik atau saling berelasi baik dengan sesama manusia itu merujuk pada teks hadits yang diriwayat Abu Hurairah ra.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا». رواه الترمذي في سننه، رقم الحديث: 1195، كتاب الرضاع، باب مَا جَاءَ فِى حَقِّ الْمَرْأَةِ عَلَى زَوْجِهَا.
Artinya : Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna adalah mereka yang memiliki akhlak mulia dan sebaik-baik kamu adalah dia yang berperilaku baik terhadap perempuan”. (Sunan Turmudzi, no. Hadis: 1195).
Hadits Nabi tentang perintah berhubungan baik yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra ini, menurut penulis buku 60 Hadis Shahih, Faqihuddin Abdul Kodir menegaskan posisi akhlak dan saling berelasi baik adalah risalah kenabian. Berulangkali Nabi Saw menegaskan hal ini dalam berbagai sabdanya dan ditunjukkan dalam perilakunya sehari-hari.
Bahwa keimananan itu, kata dia, menuntut seseorang saling berelasi baik dengan sesama manusia, berbuat mulia, menebar kebaikan, dan mendatangkan kemaslahatan.
Dalam teks ini, Founder Mubadalah itu menyebutkan bahwa, hadits Nabi tentang berhubungan baik atau saling berelasi baik kepada perempuan menjadi syarat keimanan sekaligus juga indikator orang-orang terpilih.
“Ini adalah pengakuan tegas dari Nabi Saw tentang posisi dan martabat kemanusiaan perempuan. Bahwa mereka ada untuk diperlakukan sebagai manusia yang bermartabat. Bukan untuk direndahkan, dilecehkan, dan dipinggirkan, apalagi dijadikan korban kekerasan,” tulisnya.
Penegasan ini, lanjut kata pria yang kerap disapa Kang Faqih, menjadi monumental karena dinyatakan pada masyarakat jahiliyah.
“Hadis ini jika dibaca secara mubadalah, atau timbal-balik, maka perempuan mukmin yang terbaik dan terpilih adalah juga yang berbuat baik pada keluarganya,” jelasnya.
Karena poin utamanya adalah keluarga yang memiliki posisi penting dalam risalah kenabian.
Segala kebaikan dan perbuatan mulia, harusnya dimulai terlebih dahulu dalam lingkup keluarga; baik dalam relasi suami-istri, orang tua-anak, maupun antar sesama saudara.
“Muslim dan mukmin sejati, menurut teks hadis ini, adalah mereka yang berakhlak mulia antar sesama dan saling menghargai. Laki-laki kepada perempuan, dan perempuan kepada laki-laki,” tukasnya. (Rul)