• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Helene Cixous; Menulis Sebagai Resistensi Perempuan

Hari ini, semakin banyak kita temukan perlawanan-perlawanan perempuan melalui tulisan mereka. Perempuan pula membentuk suatu gerakan sesama perempuan untuk bertukar pikiran dan menyuarakan resistensinya melalui tulisan

Widatul Fajariyah Widatul Fajariyah
24/10/2022
in Figur
0
Helene Cixous

Helene Cixous

660
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Woman must write herself: must write about women and bring women to writing, from which they have been driven away as violently as from their bodies-for the same reasons, by the same law, with the same fatal goal. Woman must put herself into the text-as into the world and into history-by her own move (The Laugh of the Medusa 1976: 875). (Perempuan harus menulis dirinya sendiri: harus menulis tentang perempuan dan membawa perempuan untuk menulis, di mana mereka telah terusir secara brutal dari tubuh mereka – untuk alasan yang sama. Perempuan harus menempatkan diri mereka ke dalam teks – seperti ke dalam dunia, dan dalam sejarah – dengan gerakan mereka sendiri), kata Helena Cixous

Di atas merupakan potongan kalimat dari esai The Laugh of the Medusa. Yakni salah satu esai fenomenal yang pernah Cixous tulis. Helene Cixous merupakan seorang filsuf dan penulis Prancis kelahiran Oran, Aljazair 1937 dari seorang ayah Yahudi yang turut menjadi kolonialis Prancis dan ibu keturunan Austria Jerman.

Helena Cixous terkenal sebagai seorang feminis yang karya-karyanya dapat mendobrak kepenulisan Eropa yang sangat maskulin, salah satunya melalui esainya, The Laugh of the Medusa. Cixous menjelaskan tulisan-tulisan Eropa yang sangat masculine imaginary dan banyak terdominasi oleh laki-laki. Di mana hal itu menjadi salah satu bentuk subordinasi terhadap perempuan melalui bahasa.

Produk pengetahuan Barat telah mengeksklusi dan membungkam tubuh dan ketidaksadaran perempuan. Perempuan ditempatkan sebagai yang senyap/diam, tidak bersuara atau yang melakukan mimikri. Jika perempuan terus-menerus menulis seperti laki-laki, maka posisi perempuan akan semakin melemah dan tersingkirkan. Mereka secara tidak sadar akan masuk dalam sejarah yang maskulin yang di dalamnya berisi tulisan yang bersifat phallus.

Cixous berbeda pandangan dengan para feminis radikal terkait pandangan terhadap biologis perempuan sebagai basis ketidaksetaraan. Bahwa perempuan harus menentukan sendiri tubuh dan seksualitasnya. Menurut Cixous, seksualitas adalah perbedaan. Perempuan adalah non-man (bukan laki-laki).  Perbedaan seksualitas dapat menentukan pilihan-pilihan.

Baca Juga:

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Sejarah Kartini (1879-1904) dan Pergolakan Feminis Dunia Saat Itu

Nenengisme: Gerakan Perempuan Akar Rumput

Mengapa Harus Tubuh Perempuan yang Diatur?

Tulisan Feminin

Sebagai contoh, sebagai perempuan akan berpengaruh terhadap pilihan warna dan pekerjaan. Begitupun dalam menulis, perempuan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dari laki-laki, dan harus kita tunjukkan. Ciri khas tulisan perempuan kemudian Cixous sebut sebagai Ecriture Feminine (tulisan feminin). Perbedaan ini menurut Cixous seharusnya tidak menjadi sesuatu yang bisa menindas dan menomorduakan. Melainkan menjadi suatu ciri khas tersendiri yang dimiliki perempuan. Tulisan pula dapat menjadi suara bagi perempuan.

Dunia kepenulisan banyak didominasi oleh laki-laki. Bahkan mereka juga yang lebih banyak menggambarkan perempuan dalam tulisan-tulisan yang banyak beredar dan terkonsumsi publik. Maka dari itu, ajakan Cixous untuk membawa perempuan menulis dan menuliskan perempuan dalam tulisan-tulisan mereka, menjadi salah satu resistensi yang berdampak besar.

Wacana Cixous kemudian menjadi salah satu dobrakan besar resistensi perempuan, lebih-lebih di era digital, di mana kesempatan untuk berbicara sangat terbuka lebar bagi siapa pun. Kesempatan ini menjadi satu momen yang tepat bagi perempuan untuk menunjukkan perlawanannya melalui tulisan.

Gerakan Sesama Perempuan

Hari ini, semakin banyak kita temukan perlawanan-perlawanan perempuan melalui tulisan mereka. Perempuan pula membentuk suatu gerakan sesama perempuan untuk bertukar pikiran dan menyuarakan resistensinya melalui tulisan. Cita-cita Cixous untuk mengajak perempuan menulis dan menuliskan perempuan semakin menemui titik terang.

Lewat komunitas-komunitas, pertukaran pikiran dan bacaan semakin mengakar. Melihat semakin menjamurnya tulisan-tulisan perempuan, satu hal yang dapat kita sadari, bahwa antara perempuan dan perempuan sendiri memiliki perbedaan nuansa dan karakteristik penulisan. Apalagi dengan laki-laki. Satu slogan penting yang Cixous gaungkan “lache-toi! Lache tous!” yang berarti “lepaskan diri kamu! Lepaskan semuanya!”.

Melalui slogan ini, Helena Cixous memiliki agenda untuk membangun gerakan keberanian (courageous movement).  Untuk mencapai itu, kita perlukan gerakan bersama (courageous relationship). Pemikiran kritis dan penulisan kreatif (creative writing) dapat menjadi jalan menuju gerakan keberanian. Di mana dalam pelaksanaannya, kita perlu menyadari bentuk-bentuk perbedaan yang perempuan miliki. Dalam bahasa, cara menulis, pemikiran dan ide yang berbeda dari laki-laki. Perempuan harus menulis tanpa ragu-ragu. []

 

Tags: FeminisfeminismeHelena CixousPenulis PerempuanPerempuan menulis
Widatul Fajariyah

Widatul Fajariyah

Mahasiswa Magister Sastra Universitas Gadjah Mada

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version