Mubadalah.id – Setelah anak mulai mengenal lingkungannya, berikan kebebasan kepada anak perempuan dan laki-laki untuk tumbuh dan mengeksploitasi rasa kepenasarannya. Termasuk penting untuk menghentikan kebiasaan mensosialisasikan nilai-nilai stereotype kepada anak laki-laki dan perempuan.
Hentikan untuk mengatakan bahwa perempuan harus dengan kepribadian yang feminin (lemah lembut, halus, penyayang, cengeng, dan sebagainya). Sedangkan laki-laki dengan kepribadian maskulin (berani, tegas, kekar, kuat, tidak boleh menangis, dan sebagainya).
Kepribadian feminin dan maskulin tersebut ada pada setiap orang, sehingga kedua sifat tersebut harus ditumbuhkan sejak dini pada semua anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Bahkan hal ini penting untuk terus kita sosialisasikan kepada masyarakat, termasuk guru-guru di sekolah. Harapannya agar mereka menghargai bahwa semua peran berlaku untuk semua jenis kelamin.
Pekerjaan domestik maupun pekerjaan publik dapat laki-laki dan perempuan kerjakan secara bersama-sama. Sekolah-sekolah hendaknya memasukkan kurikulum dan perlakuan yang nonseksis terhadap anak didiknya.
Saat ini, banyak sekolah yang masih memberikan pilihan kegiatan ekstrakurikuler, seperti keterampilan, olahraga, dan sebagainya tidak berdasarkan pada bakat dan potensi anak. Melainkan berdasarkan pada jenis kelamin.
Dengan pendekatan pendidikan nonseksis yang bisa orang tua mulai dari lingkungan di dalam rumah, masyarakat, dan sekolah secara terpadu, maka hal ini kita harapkan akan terjadi perubahan struktur dalam masyarakat.
Oleh sebab itu, dengan menanamkan nilai-nilai adil gender kepada anak-anak sejak dini. Maka akan mempercepat mereka tumbuh dengan proses kesadaran dan keadilan gender. []