• Login
  • Register
Sabtu, 28 Januari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Inilah Kandungan Makna Shalawat Samara

Afifah Nurhidayatinnisa Afifah Nurhidayatinnisa
04/03/2019
in Aktual
0
Apakah Feminisme Bisa Selaras dengan Ajaran Islam?

Apakah Feminisme Bisa Selaras dengan Ajaran Islam?

141
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalahnews.com,- Kepercayaan masyarakat mengenai cerita Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang bengkok adalah salah. Karena dalam faktanya baik di dalam ayat al-Qur’an maupun hadis tidak ada cerita tersebut.

Salah satu pendiri Fahmina, KH. Faqihuddin Abdul Kodir mengatakan, di dalam Al-Qur’an hanya menerangkan fabasaminhuma yang artinya, kemudian diciptakan dari jiwa yang sama (yang berpasangan) sebanyak laki-laki dan perempuan.

“Untuk itu berhenti mengatakan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam. Tidak ada gunanya, karena tidak ada teks al-Qur’an dan hadisnya,” kata Kiai Faqih, saat Majelis Mubadalah ke-10 yang digelar di Aula Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, Kamis, 28 Februari 2019.

Pembahasan mengenai Hawa dan Adam ini dibahas Kang Faqih saat membedah Shalawat Samara (keadilan) yang dia ciptakan. Kiai Faqih menjelaskan satu persatu makna dari bait shalawat keadilan tersebut.

Kiai Faqih menjelaskan, kepercayaan masyarakat mengenai penciptaan Hawa (perempuan) dari tulang rusuk Adam (laki-laki) berakibat pada perkembangan pemikiran masyarakat bahwa semua perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama
  • Konco Wingking Dalam Perspektif Mubadalah
  • Kaidah yang Digunakan Dalam Perspektif Mubadalah
  • Bermubadalah, Perspektif Baru Tata Kelola Sampah

Baca Juga:

Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama

Konco Wingking Dalam Perspektif Mubadalah

Kaidah yang Digunakan Dalam Perspektif Mubadalah

Bermubadalah, Perspektif Baru Tata Kelola Sampah

Padahal mereka mengetahui kalau manusia tercipta dari pasangan laki-laki dan perempuan. Hal ini adalah bukti awal relasi yang tidak mubadalah.

“Perempuan bukan tercipta dari tulang rusuk laki-laki, tetapi perempuan tercipta dari pasangan laki-laki dan perempuan,” ungkapnya.

Di bait selanjutnya, Kiai Faqih menyampaikan, huwa (Allah), kholakohuma (laki-laki dan perempuan), min nafsi al-wahidah (dari jiwa yang satu/sama) memiliki arti semua manusia memiliki karakter yang sama, yakni karakter kemanusiaan.

“Secara kemanusiaan, mereka (laki-laki dan perempuan) sama-sama manusia, memiliki martabat dan dipanggil Allah untuk menjadi insan yang beriman, beramal saleh, melayani keluarga, bangsa dan negara,” tuturnya.

Selain itu, Kiai Faqih mengatakan, di dalam bait kedua yang berbunyi fabatsa minhuma rijalan wa an-nisa’a terinspirasi dari Surat An-Nahl: 97.

Artinya “barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

“Dalam teks kitab suci lain tidak dijelaskan langsung mengenai laki-laki dan perempuan. Hanya Al-Qur’an yang menjelaskannya secara tegas mengenai laki-laki dan perempuan. Dan ketika ada ayat yang secara umum hanya menyebutkan wahai manusia atau setiap orang yang berbuat baiklah kalian. Yang asumsianya wahai manusia itu laki-laki dan perempuan,” tuturnya.

Kiai Faqih juga menambahkan, penyebutan laki-laki dan perempuan sangat perlu karena dari setiap teks menafsirkan berbagai hal, harus jelas, misalnya ada ayat yang mengatakan, setiap orang yang mampu harus pergi hijrah dan jihad. Secara bahasa perintah tersebut berlaku untuk laki-laki dan perempuan.

“Ada lebih dari 17 ayat yang menyebutkan tentang laki-laki dan perempuan. Termasuk urusan jihad pun  laki-laki dan perempuan,” jelasnya.

Dalam bait ketiga shalawat samara yang berbunyi hayyatan thayyibah menjelaskan tentang keterlibatan laki-laki dan perempuan.

Penulis buku Qira’ah Mubadalah itu menerangkan hayyatan thayyibah dalam Al-Qur’an tidak bisa betul-betul thayyibah tanpa keterlibatan dan perasaan atau manfaat yang dirasakan oleh laki-laki dan perempuan.

“Hayyatan thayyibah harus dilakukan dan dirasakan oleh laki-laki dan perempuan. Begitupun keadilan harus dilakukan dan dirasakan oleh laki-laki dan perempuan,” tutupnya. (FIF)

Tags: AdamAfifahHawakang faqihkeadilanMubadalahSAMARAshalawat
Afifah Nurhidayatinnisa

Afifah Nurhidayatinnisa

Afifah Nurhidayatinnisa, Alumni SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu. Aktif berkegiatan di Sanggar Seni Asem Gede Muntur Losarang- Indramayu. Sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi Syariah di Institut Studi Islam Fahmina

Terkait Posts

perspektif mubadalah

5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

28 Januari 2023
Ninik Rahayu Dewan Pers

Dr. Ninik Rahayu Terpilih sebagai Ketua Dewan Pers 2022-2025

15 Januari 2023
Terorisme

Forum Masyarakat Sipil Cirebon Dorong Rehabilitasi dan Reintegrasi Mantan Pelaku Kasus Terorisme

14 Januari 2023
Nabi Perintahkan Kita Lindungi Warga dari Kekerasan Seksual

Nabi Perintahkan Kita Lindungi Warga dari Kekerasan Seksual

31 Desember 2022
Mahasiswa Sebagai Social Control Untuk Wujudkan Bebas dari Korupsi

Mahasiswa Sebagai Social Control Untuk Wujudkan Bebas dari Korupsi

30 Desember 2022
wakaf uang perempuan

Wakaf Uang, Menciptakan Perempuan Berdaya

27 Desember 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fatwa KUPI

    Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Atensi Pesantren Menjawab Isu Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Writing for Healing: Mencatat Pengalaman Perempuan dalam Sebuah Komunitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konco Wingking Dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Hal yang Perlu Ditegaskan Ketika Perempuan Aktif di Ruang Publik
  • Content Creator atau Ngemis Online?
  • 5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah
  • Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis
  • Terminologi Mubadalah Berguna Untuk Gagasan Relasi Kerjasama

Komentar Terbaru

  • Menjauhi Sikap Tajassus Menjadi Resolusi di 2023 - NUTIZEN pada (Masih) Perlukah Menyusun Resolusi Menyambut Tahun Baru?
  • Pasangan Hidup adalah Sahabat pada Suami Istri Perlu Saling Merawat Tujuan Kemaslahatan Pernikahan
  • Tanda Berakhirnya Malam pada Relasi Kesalingan Guru dan Murid untuk Keberkahan Ilmu
  • Tujuan Etika Menurut Socrates - NUTIZEN pada Menerapkan Etika Toleransi saat Bermoda Transportasi Umum
  • Film Yuni Bentuk Perlawanan untuk Masyarakat Patriarki pada Membincang Perkawinan Anak dan Sekian Hal yang Menyertai
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist