• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Isra Mikraj dan Alasan Kita Wajib Mencintai Nabi Muhammad SAW

Tak hanya harta, bahkan nyawa sekalipun Nabi pertaruhkan dalam menjalani segala proses dakwah.

Dhonni Dwi Prasetyo Dhonni Dwi Prasetyo
07/02/2025
in Hikmah
0
Mencintai Nabi

Mencintai Nabi

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Isra Mikraj adalah peristiwa agung yang menakjubkan sekaligus menggemparkan yang pernah terjadi dalam sejarah peradaban Islam. Pada dasarnya, peristiwa ini merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW atas izin-Nya. Dalam kurun waktu yang sangat cepat dan sulit kita nalar secara logis.

Bagaimana tidak, perjalanan spiritual tersebut secara jarak terbilang sangat jauh. Mulai dari Masjidil Haram hingga ke Masjidil Aqsha. Kemudian naik melewati beberapa lapisan langit menuju Sidratil Muntaha. Akan tetapi, berhasil Nabi tempuh dalam waktu yang sangat singkat, yakni satu malam saja.

Peristiwa agung ini terekam dalam firman-Nya yang artinya: ”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil haram ke Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Al-Isra’:1).

Perlu kita ketahui pula bahwa peristiwa yang menjadikan penduduk Makkah gempar sekaligus menjadi alasan mengapa gelar ‘Ash-Shiddiq’ diberikan kepada Khalifah Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau adalah sahabat sekaligus mertua Nabi. Kala itu terjadi pada malam 27 Bulan Rajab.

Kemudian, selain sebagai mukjizat besar dari Nabi Muhammad SAW, salah satu alasan yang paling fenomenal mengapa peristiwa ini terjadi ialah dalam rangka menghibur Nabi SAW yang sedang mengalami kesedihan yang teramat dalam. Kesedihan ini akibat ditinggal wafat dua orang yang begitu dicintai beliau. Yakni istri beliau: Sayyidah Khadijah ra., dan paman beliau: Abu Tholib.

Baca Juga:

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

Mengapa Wajib Mencintai Nabi?

Terlepas dari bagaimana sejarah peristiwa Isra Mikraj ini terjadi, ada satu hal yang dapat kita renungi di balik peristiwa tersebut. Di antaranya adalah ternyata Isra Mikraj ini merupakan satu momentum spesial yang sejatinya menjadi alasan mengapa kita wajib dan harus mencintai Nabi Muhammad SAW. Bagaimana itu? Mari kita bahas sebagai berikut.

Dalam beberapa literatur yang menceritakan peristiwa Isra Mikraj ini, kita pasti sudah sering mendengar dan tahu bahwa kewajiban salat bagi umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SWT itu terjadi dalam peristiwa ini. Dan karena betapa penting dan mulianya ibadah salat ini membuat penyampaian perintahnya berbeda dengan penyampaian perintah jenis ibadah lainnya.

Sederhananya, bila perintah puasa, zakat, dan haji Allah SWT perintahkan melalui penurunan wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril. Kemudian Jibril menyampaikannya kepada Sang Nabi SAW, maka khusus untuk perintah salat ini tidak demikian. Perintah shalat ini tidak melalui perantara malaikat Jibril as., melainkan tersampaikan dan diperintahkan oleh Allah SWT secara langsung kepada Nabi SAW saat Mi’raj.

Nah, dari sini, bila kita renungi tentu pada saat itu Nabi SAW telah bertemu dengan Sang Kekasih sejati (Allah SWT). Namun, setelah itu, Nabi SAW ternyata berkenan turun lagi ke muka bumi untuk menyampaikan risalah dan melanjutkan dakwah Islam.

Cinta Nabi pada Umatnya

Lazimnya manusia, siapa sih yang mau berpisah dengan kekasihnya. Padahal sebenarnya sudah bertemu. Rasa-rasanya tak ada manusia yang mau berpisah. Namun lain halnya dengan Nabi SAW. Beliau rela (meskipun berat) ‘berpisah’ kembali dari Sang Kekasih sejati semata-mata demi menyampaikan risalah dan melanjutkan dakwah Islam.

Hal itu semata-mata Nabi lakukan demi menjadi figur rahmatan lil alamiin (pembawa dan penebar kasih sayang kepada semesta alam). Semata-mata demi kebaikan dan kemaslahatan kita sebagai umatnya. Betapa besarnya cinta Nabi SAW kepada umatnya!

Lalu, kalau kita renungi lebih dalam lagi, kita akan mendapati fakta dalam peristiwa Isra Mikraj bahwa saking cintanya Nabi SAW kepada umatnya, sampai-sampai beliau dengan rasa sangat-sangat sungkan bolak-balik meminta keringanan jumlah rakaat salat fardhu kepada Allah SWT. Sebagaimana yang Nabi Musa as. sarankan kepada beliau waktu itu.

Tak hanya itu saja, dalam proses menyampaikan risalah dan melanjutkan dakwah Islam pasca peristiwa Isra Mikraj hingga beliau wafat, ujian dan cobaan hidup yang dialami oleh Sang Nabi SAW bukan main sulit dan beratnya. Cacian, hinaan, kekerasan, dan segala hal tak mengenakkan dari kaum kafir sangat sering dirasakan Nabi SAW. Tak hanya harta, bahkan nyawa sekalipun Nabi pertaruhkan dalam menjalani segala proses dakwah. Ya Rabb!

Tak Ada Alasan untuk Tidak Mencintai Nabi

Berangkat dari rasa cinta Nabi SAW yang begitu besar kepada umatnya ini, kita—yang mengaku—sebagai umat beliau, sudah semestinya kita mencintai beliau dengan seserius mungkin. Apakah kita ‘tega’ tidak membalas rasa cinta beliau kepada kita, umatnya, yang begitu besar?

Demi membawakan kita, umatnya pada peradaban yang hidup dan kehidupan yang penuh adab, Nabi membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Yakni melalui dakwah beliau yang dilalui dengan perjuangan berat, bahkan berdarah-darah?

Dalam hemat penulis, rasanya tak ada alasan bagi kita (yang ingin hidup selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat) untuk tidak mencintai nabi. Hanyalah orang-orang yang tak ingin hidup selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat yang bisa tidak mencintai nabi dengan sikap begitu tenang dan santai tanpa rasa sungkan dan bersalah sama sekali.

Lantas, untuk membangkitkan dan sekaligus memperbesar rasa cinta kita pada Nabi bagaimana caranya?

Cara yang paling mudah, menurut penulis, adalah dengan membaca sirah nabawiyyah. Kita harus kenal dulu bukan dengan siapa yang akan kita cintai sebelum mencintainya? Sebagaimana kata pepatah bahwa tak tenal maka tak sayang. Maka dari itu, bila kita saat ini belum begitu kenal dengan sosok Nabi, mari kita mengenal beliau melalui pembacaan sirah nabawiyyah.

Kemudian, ketika rasa cinta kita sudah bertumbuh dan semakin besar kepada nabi, kita mesti merawatnya agar rasa cinta tersebut tak padam di kemudian hari. Dalam merawat cinta kita kepada Nabi ini bisa kita lakukan dengan melakukan beberapa hal.

Di antaranya ialah dengan menjadi umat muslim yang baik dan meneladani Nabi sebagai uswatun hasanah. Terutama dalam menjalani hidup di dunia ini. Apa yang telah beliau ajarkan, kita pegang teguh dan laksanakan dengan sungguh. Dan kita teruskan perjuangan beliau menebarkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin di muka bumi.

Sekalipun dengan melakukan semua ini belum setimpal rasanya untuk membalas cinta Nabi kepada kita, setidaknya tidak mengapa tetap kita lakukan. Asalkan kita serius dalam mencintai Nabi, sekecil dan setidak tampak apapun cinta kita kepada beliau, InSyaAllah beliau tetap akan menerima cinta kita itu.

Dengan begitu semoga kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak, senantiasa terlimpahi keselamatan dan kebahagiaan sebagai wujud keberkahan atas rasa cinta kita kepada sang nabi. Aamiin. Wallahu a’lam. []

 

Tags: Bulan Haramislamisra mikrajMencintai NabiNabi Muhammad SAWRajabsejarah
Dhonni Dwi Prasetyo

Dhonni Dwi Prasetyo

Alumnus Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan, Trangkil, Pati, Jawa Tengah & Alumnus Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Semarang

Terkait Posts

Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

4 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya dalam Puisi Ulama Sufi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID