• Login
  • Register
Minggu, 14 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Jangan Beri Panggung Kepada Pelaku Kekerasan Seksual!

Glorifikasi yang diterima artis SJ setelah keluar dari penjara dapat mengaburkan substansi mengapa ia dipenjara. Sehingga bisa jadi masyarakat akan menganggap apa yang dilakukan olehnya adalah hal biasa dan dimaklumi

Rofi Indar Parawansah Rofi Indar Parawansah
08/09/2021
in Publik
0
Kejahatan

Kejahatan

110
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – SJ, pelaku kekerasan seksual keluar dari penjara disambut dengan kalungan bunga, lengkap dengan kerumunan media massa juga mobil mewahnya, seolah dia adalah pahlawan yang pulang berperang. Berikutnya, langsung naik panggung dengan muncul di acara tv jadi bintang tamu.

Iya, dia memang artis, penyanyi dangdut, pernah juga jadi juri kontes menyanyi. Tapi ingat, dia pelaku kekerasan seksual. Catat baik-baik, Kekerasan seksual lho ini! Dan setelah menjadi pedofil bagi anak dibawah umur dia masih berani angkat kepala, muncul di media, Tersenyum dengan lebar sambil dadah-dadah pada penggemar yang ikut memberi sambutan selepas keluar dari lapas.

Wahhhh, daebak!

Parah, sungguh tidak nampak rasa malu ataupun menyesal.

Lalu bagaimana dengan korban?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Bagaimana Menciptakan Ruang Aman Perempuan di Pesantren?
  • Film Mom 2017 Pencarian Keadilan bagi Korban Kekerasan Seksual
  • Kamu Terjebak Hubungan Toxic? Berikut Tips-tips Agar Bisa Keluar
  • Pentingnya Remaja Terlibat dalam Mendukung UU TPKS

Baca Juga:

Bagaimana Menciptakan Ruang Aman Perempuan di Pesantren?

Film Mom 2017 Pencarian Keadilan bagi Korban Kekerasan Seksual

Kamu Terjebak Hubungan Toxic? Berikut Tips-tips Agar Bisa Keluar

Pentingnya Remaja Terlibat dalam Mendukung UU TPKS

Pastinya korban tidak baik-baik saja. Jangankan mengangkat kepala dengan penuh percaya diri lalu muncul di media. Sekedar merasa aman dan tidak trauma saat berada di ruang umum merupakan hal yang luar biasa menurut saya. Bayangkan, ketika kamu dilecehkan oleh sesama jenis dengan paksaan. Tentu hal tersebut menjadi memori yang mengerikan, menjadi mimpi buruk untuk hari-hari berikutnya.

Bisa kita lihat, bagaimana media masih saja melakukan segala cara guna menaikkan rating acara. Terbukti dari beberapa artikel yang terbit dengan judul-judul nyeleneh yang bukannya fokus pada korban, justru menempatkan pelaku sebagai orang yang berjasa, karena tak merasa dendam pada pemuda yang membuatnya dipenjara, katanya.

Ya! memang sudah seharusnya begitu, bukan pelaku yang punya dendam dan trauma, tapi korban. Bukan pelaku yang diberi ruang untuk bisa angkat suara, tapi korban. Bukan pelaku yang disambut meriah seolah dia bukan pembuat masalah, penyebab kesakitan bagi makhluk lainnya. Yang harus diterima oleh pelaku adalah sesal dan rasa jera, bukan malah senyum sumringah penuh rasa percaya diri.

Sudah jelas, bisa kita lihat ada perbedaan dampak yang diterima. Antara pelaku dan korban kekerasan seksual.

Kekerasan seksual justru melahirkan stigma pada korban. Bahwa ia tidak bisa menjaga diri, sering juga di cap sebagai penggoda. Belum lagi anggota tubuh yang sering disinyalir sebagai penyebab pelaku tertarik padanya. Karena itu tidak banyak korban yang berani buka suara. Karena ketika ia bicara, maka hidupnya tak lagi sama. Orang-orang akan menatapnya dengan berbagai pandangan. Antara kasihan, heran hingga meremehkan. “Dia sih pakaiannya begitu, jadi wajar kalau diperkosa.” Salah satu komentar yang tidak asing dan cukup menyakitkan didengarnya yang sering dilemparkan pada korban.

Bagaimana mungkin penampilan korban justru disalahkan, karena yang harus kita kritisi adalah isi kepala pelaku. Bukan hanya perempuan berpakaian seksi dan menarik yang bisa menjadi korban kekerasan seksual. Anak kecil yang bahkan belum tahu mengenai hal seputar organ reproduksi justru harus menjadi korban orang dewasa disekitarnya.

Siapapun berpotensi menjadi korban dan pelaku. Seperti kasus lain yang terjadi akhir-akhir ini, laki-laki dewasa yang akhirnya angkat suara setelah menjadi korban peloncoan oleh rekan kerjanya (sesama laki-laki) ditempat mereka bekerja yaitu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Tempat dimana mereka mereka mencari nafkah, tempat mereka seharusnya menjadi partner yang bisa saling membantu dan berbagi tugas. Bukan malah menyakiti dengan dalih senioritas.

Beliau sebagai korban beberapa kali melapor ke polisi tapi tidak digubris. Tentu, masyarakat kita mungkin masih awam dengan fenomena laki-laki menjadi korban kekerasan. Tidak lazim, karena biasanya hal tersebut menimpa kaum perempuan. Baru setelah korban bicara dilaman media sosialnya lalu di blow up oleh banyak pihak sehingga menjadi viral, baru ditindak lanjuti.

Dua realita yang harus kita saksikan dalam waktu yang hampir bersamaan. Realita yang diterima oleh pelaku dan juga korban. Ada perbedaan yang cukup signifikan. Dimana apabila pelaku tersebut artis dan berkecimpung di dunia hiburan akan mudah saja untuknya kembali bekerja setelah dipenjara. Beda dengan korban, yang selamanya harus berjuang menggali kepercayaan diri. Mengumpulkan keberanian untuk tampil di depan umum tanpa merasa malu dan terluka. Padahal seharusnya pelakulah yang demikian.

Lantas kemana KPI yang harusnya mengatur kelayakan tayangan televisi? Ahh, ternyata mereka pun sedang berbenah dengan para anggotanya yang juga melakukan hal yang sama.

Masih bisakah kita abaikan kejadian demikian? Saat pelaku kekerasan justru diberi panggung, Pastinya tidak.

Glorifikasi yang diterima artis SJ setelah keluar dari penjara dapat mengaburkan substansi mengapa ia dipenjara. Sehingga bisa jadi masyarakat akan menganggap apa yang dilakukan olehnya adalah hal biasa dan dimaklumi. Toh, dia memang sudah dipenjara sehingga bebas berkeliaran begitu saja. Jangan sampai kita berfikir seperti itu.

Sekarang masyarakat kita sudah banyak yang lebih aware dan mempunyai keresahan yang sama, sehingga petisi online banyak dilakukan untuk memboikot SJ dan pelaku kekerasan lainnya supaya tidak lagi muncul dengan bebas di media. Hal ini bertujuan supaya kita semua sadar bahwa pelaku kekerasan seksual adalah pelaku kejahatan. Dia mungkin sudah bertaubat, sudah di penjara. Hanya saja untuk tampil menjadi publik figur justru dirasa kurang mengenakan. []

 

Tags: GlorifikasiKekerasan seksualKPIpelecehan seksualSahkan RUU PKSStop Kekerasan Seksual
Rofi Indar Parawansah

Rofi Indar Parawansah

Perempuan belajar menulis

Terkait Posts

Ketimpangan Gender

Masalah Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan

14 Agustus 2022
Kesejahteraan Ibu

RUU KIA, Perdebatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Negeri Ini

12 Agustus 2022
Merawat Lingkungan

Merawat Lingkungan dan Menjaga Bangsa Ini Sama Pentingnya

11 Agustus 2022
Dakwah Wali Songo

Keterlibatan Perempuan dalam Kesuksesan Dakwah Wali Songo

9 Agustus 2022
Film Horor

Logika Ekonomi Hantu Perempuan di Balik Film-film Horor Indonesia

9 Agustus 2022
Dunia Kerja

Mengenal Istilah Extend di Dunia Kerja, dan Payung Hukum yang Menaunginya

8 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berbagi Suami

    Ini Bukan tentang Drama Berbagi Suami, Tapi Nyata Ada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Kemerdekaan bagi Para Penyintas Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masalah Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fiqh Itu Tidak Statis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Beri Sanksi Tegas Bagi Pelaku Nikah Sirri
  • Makna Kemerdekaan bagi Para Penyintas Kesehatan Mental
  • Masalah Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan
  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)
  • Sebagai Manusia, Sudahkah Kita Beragama?

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist