Mubadalah.id – Dalam ajaran Islam, merusak alam merupakan salah satu yang tidak dibenarkan. Manusia dan alam memiliki relasi yang sangat erat di dalam Islam. Allah menciptakan alam ini (termasuk di dalamnya manusia dan lingkungan) dalam keseimbangan dan keserasian.
Keseimbangan dan keserasian ini harus kita jaga agar tidak mengalami kerusakan. Keberlangsungan hidup di alam ini pun saling terkait. Jika salah satu komponen alam terganggu, maka komponen alam yang lain terpengaruh keseimbangannya.
Jadi, faktor dominan yang menyebabkan perubahan lingkungan dan krisis energi adalah manusia. Sebab, manusia lah yang Allah Swt amanati sebagai khalifah di muka bumi. Karena itu, pada ayat lain Allah mengingatkan manusia agar tidak berbuat perusakan (fasad) di muka bumi.
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Dan janganlah kalian membuat kerusakan di atas muka bumi setelah Allah memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut tidak diterima dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-A’raf ayat 56)
Kita seharusnya menyadari bahwa Allah Swt menciptakan nikmat begitu besar untuk manusia. Sumber daya alam yang tersedia dengan melimpah ruah harus dapat manusia manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Bukan malah mengeksploitasi dengan serakah. Penggalian sumber daya alam boleh mereka lakukan dengan tidak merusak tata lingkungan dan tata hidup manusia.
Teknologi Ramah Lingkungan
Oleh karena itu, penggunaan teknologi harus ramah terhadap lingkungan dan bisa menjaga kelestariannya, sehingga alam tetap bisa kita manfaatkan secara berkesinambungan.
Namun, bila nikmat yang melimpah ruah itu disia-siakan dan dihambur-hamburkan untuk kepentingan sesaat dan tidak berorientasi pada keberlangsungan kehidupan. Maka tunggu saja bencana dan musibah yang siap melanda.
Allah sudah memberikan tamsil (perumpamaan) yang jelas tentang adanya suatu negeri yang mulanya gemah ripah loh jinawi berubah menjadi negeri petaka akibat ulah penduduknya yang tidak mensyukuri nikmat sumber daya alam, tetapi malah merusaknya. Hal ini tersebut dalam Surat an-Nahl Ayat 112, yang berbunyi:
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. an-Nahl ayat 112). []