Mubadalah.id – Agama Islam berpendirian bahwa kehidupan yang adil akmur di dunia ini tak mungkin akan terwujud apabila para dhuafa (orang-orang lemah), fuqara, dan masakin tidak mendapat layanan dari masyarakat yang berada dan mampu (kaya).
Para dhuafa (orang-orang lemah), fuqara (para fakir), dan masakin (kaum miskin) adalah sendi dan tulang punggung kekuatan suatu masyarakat.
Mereka merupakan golongan yang harus mendapatkan perhatian kita yang utama dan pertama. Betapa tidak? Segala hal yang menyangkut kehidupan kita di dunia ini banyak sekali yang bergantung kepada rakyat jelata dan kaum miskin tersebut. Baik petani, buruh, nelayan, pemulung, tukang becak, kuli angkut, dan lain-lainnya.
Kita sesungguhnya tidak mungkin bisa hidup tanpa mereka. Betapa banyak orang kaya menjadi pusing luar biasa ketika harus ditinggal mudik pembantunya. Bahkan, kekayaan yang kita miliki adalah karena kerja dan atas pertolongan mereka. Nabi Saw bersabda:
“Innama tunsharun wa turzaquna bidhu’afaikum.” (Sesungguhnya, kamu mendapat pertolongan, pembelaan, serta rezeki adalah berkat jerih payah dan perjuangan orang-orang yang lemah di antara kamu).
Rasulullah Saw dalam banyak kesempatan sering menggariskan suatu sikap yang jelas terhadap masyarakat yang lemah ini.
Memberikan Pelayanan dan Santunan
Golongan manusia yang dimarginalkan ini menurut Nabi Saw harus kita berikan pelayanan dan santunan yang memadai. Apalagi pada saat-saat di mana negara tengah menghadapi krisis ekonomi yang begitu dalam. Ini semata-mata dalam kerangka besar pembangunan dunia yang adil dan makmur.
Dalam dunia yang adil dan makmur, setiap warga mendapat haknya sesuai dengan kewajiban yang dibebankan atas diri mereka. Allah Swt mengatakan:
وَفِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِ
“Dan pada harta benda mereka (orang kaya itu), terdapat hak (yang seharusnya kita berikan kepada) orang miskin yang meminta. Dan orang miskin yang tidak meminta (karena malu terhadap kehormatan dirinya).” (QS. adz-Dzaariyaat ayat 19).
Sebaliknya, mengabaikan dan membiarkan mereka terus menderita justru akan menimbulkan malapetaka sosial yang serius. Kefakiran (kemiskinan) akan mengantarkan orang untuk melakukan kekufuran,” kata Nabi Saw. Kekufuran atau kekafiran tidak hanya berarti menolak Tuhan, tetapi juga mengingkari prinsip-prinsip kemanusiaan. []