• Login
  • Register
Senin, 27 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

Perempuan modern secara umum  mencita-citakan 3 hal yaitu, hearth, home, dan husband. Heart itu berorientasi pada mengejar cinta, sentimen, kenyamanan. Home itu rumah kemapanan, dan husband suami kaya, saleh yang mencukupkan perempuan sebagai sandaran

Arie Riandry Ardiansyah Arie Riandry Ardiansyah
24/06/2022
in Personal
0
Kehidupan Perempuan

Kehidupan Perempuan

247
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kehidupan Perempuan itu, kata orang seharusnya pandai dalam mengurus sumur, dapur, kasur. Pernahkah kita mendengar ungkapan seperti itu dari sebagian kalangan masyarakat? Pemikiran seperti itu tidak bisa kita abaikan.Timbulnya paradigma ini karena normalisasi terhadap budaya patriarki.

Berbicara mengenai budaya patriarki, secara umum artinya sebagai “kekuasaan laki-laki” khususnya pada relasi laki-laki dan perempuan yang dominan laki-laki. Kata lain, patriarki merupakan manifestasi dari dominasi laki-laki atas perempuan di masyarakat. Secara etimologi budaya patriaki memposisikan laki-laki lebih superior daripada perempuan. Artinya perempuan terlegitimasi sebagai objek sehingga mereka bebas menerima eksploitasi.

Dalam budaya patriarki, kehidupan perempuan rentan mendapatkan ketidakadilan gender. Seperti perempuan termajinalisasi, tersubordinasi bahkan sering mendapatkan kekerasan. Ideologi patriarki melahirkan stratifikasi gender, yaitu ketimpangan dalam pembagian kekayaan.

Kekuasaan, dan privilese antara laki-laki dan perempuan. Adanya stratifikasi gender telah mendorong lahirnya gerakan sosial di kalangan perempuan, yang berorientasi membela emansipasi perempuan. Gerakan ini bernama feminisme. Feminisme awal bermula di Negara Perancis pada abad ke-18 dan kemudian berekspansi ke negara-negara lain di benua Eropa, Asia, Amerika dan Afrika.

Daftar Isi

    • Sejarah Kehidupan Perempuan dari Masa ke Masa
  • Baca Juga:
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • Salahkah Memilih Childfree?
    • Kehidupan Perempuan Melawan Hegemoni Domestik

Sejarah Kehidupan Perempuan dari Masa ke Masa

Melihat secara historigrafisnya budaya patriarki pada zaman sejarah laki-laki pada umumnya berburu dan kehidupan perempuan mengurusi urusan domestik seperti, memasak, mengurus anak, hingga melayani suami. Hal seperti ini anggapannya normal oleh sebagian masyarakat sampai sekarang, bahkan banyaknya glorifikasi dari kalangan para tokoh, ilmuwan, bahkan penceramah yang mengajarkan inferiotas perempuan.

Baca Juga:

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan

Salahkah Memilih Childfree?

Betty Friedan dalam pemikirannya hal seperti ini dinamakan dengan “Sex Directed Educators”. Mereka melihat perempuan sebagai objek seks, tidak membuka wawasan perempuan hanya menarasikan perempuan harus pandai di bidang domestik, yang seharusnya perempuan belajar bersikap kritis terhadap prasangka-prasangka populer yang keliru tentang perempuan. Secara tidak langsung posisi perempuan semakin inferior (di bawah laki-laki).

Dalam struktur hegemoni domestik terhadap kehidupan perempuan, perempuan menjadikan rumah sebagai konsentrasi penjara yang nyaman, dalam artian perempuan hanya melakukan kegiatan yang melelahkan. Karena ketidaksadaran perempuan ini mereka menjadi nyaman terhadap urusan domestik.

Cara berpikir ini mengakibatkan perempuan melupakan diri sebagai manusia, yang seharusnya membutuhkan aktualisasi. Hal semacam ini mengakibatkan Progressive Dehumanization And Passive Non Identity (dehumanisasi progresif dan non identitas pasif). Pelan-pelan posisi perempuan tidak seperti manusia lagi bahkan dianggap sebagai objek, mendapat posisi sebagai level pasif dan non identitas.

Kehidupan Perempuan Melawan Hegemoni Domestik

Maka banyak sekali anggapan yang mengemuka, bahwa menjadi perempuan itu tidaklah penting, yang terpenting adalah fungsi pasifnya. Kultur seperti ini yang melahirkan bahwasannya perempuan itu harus feminim tidak boleh maskulin,.

Artinya perempuan harus berbicara lembut, dilarang berkata jorok, kotor. Dari dehumanisasi perempuan kemudian timbulnya pengorbanan diri, tidak memiliki kejelasan arah, tujuan atau ambisi guna mempersiapkan hari esok. Perempuan dibunuh kemanusiaannya oleh ia sendiri.

Hegemoni domestik pada kehidupan perempuan melahirkan Problem That Has No Name ketidakbahagian perempuan itu sendiri. Friedan dalam penelitiannya, ketidakpuasaam yang para ibu rumah tangga alami, dari kalangan medioker ke atas yang tinggal di daerah pinggiran (suburban). Bahwa perempuan selalu orientasinya pada urusan domestik.

Kehidupan perempuan modern secara umum  mencita-citakan 3 hal yaitu, hearth, home, dan husband. Heart itu berorientasi pada mengejar cinta, sentimen, kenyamanan. Home itu rumah kemapanan, dan husband suami kaya, saleh yang mencukupkan perempuan sebagai sandaran. Friedan menyebutnya sebagai Happy Housewifes Heroine. Perempuan melenyapkan hasrat untuk mandiri dan mencurahkan segala perhatiannya untuk urusan domestik belaka.

Perempuan seharusnya lebih mengeksplor diri dan berwawasan serta berani melawan kontruksi sosial dan budaya, jadilah perempuan yang melawan. Agar terlepas dari penjara domestik serta menciptakan perempuan yang progresif terhadap diri. Betty Friedan menegaskan tidak ada salahnya jika perempuan pintar dalam urusan domestik, asalkan jangan sampai mengikis progresifitas perempuan itu sendiri. []

Tags: domestikperempuan
Arie Riandry Ardiansyah

Arie Riandry Ardiansyah

Mahasiswa Studi Agama Agama, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.Manusia suka makan, minum, berpikir cuma sedikit

Terkait Posts

Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Profil Gender

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

27 Maret 2023
Target Ibadah Ramadan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

25 Maret 2023
Memilih Childfree

Salahkah Memilih Childfree?

24 Maret 2023
Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui Saat Ramadan

23 Maret 2023
Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Akhlak dan perilaku yang baik

    Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist