Mubadalah.id – Salah satu teks hadits penting mengenai kemitraan laki-laki dan perempuan, yang sering dikutip para ulama, adalah teks Siti Aisyah ra dari Nabi Saw yang diriwayatkan Abu Dawud, berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ». رواه أبو داود.
Terjemahan:
Aisyah Ra. menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Perempuan itu saudara kandung laki-laki.” (Sunan Abī Dāwud).
Sumber Hadits:
Hadits ini diriwayatkan Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. hadits: 236), Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya (no. hadits: 113), dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. hadits: 26836 dan 27762). (Baca: Buku 60 Hadits Shahih: Menemukan Hak-Hak Perempuan yang Hilang)
Penjelasan Singkat:
Hadits riwayat Aisyah Ra. ini memuat ajaran pokok mengenai prinsip kemitraan dan kesederajatan antara laki-laki dan perempuan.
Kata asy-shaqā’iq dalam teks tersebut merupakan bentuk plural dari kata asy-shaqīq yang berarti kembaran, serupa, dan identik. Dalam berbagai kamus bahasa, kata ini dipadankan dengan kata nazhīr dan matsīl, yang memiliki arti-arti berikut: sejawat, paralel, analogi, sederajat, ekuevalen, duplikat, dan kembaran (Ibnu Manzūr, Lisan al-‘Arab, juz 10, hlm. 182–183 dan al-Ba’labaki, Qāmūs al-Mawrid, hlm. 975 dan 1179).
Menurut Abdul Halim Abu Syuqqah, seorang penulis kompilasi teks-teks hadits mengenai hak-hak perempuan, teks hadits ini adalah referensi dasar bagi prinsip kesederajatan (musāwah) antara laki-laki dan perempuan.
Sehingga, hak-hak keduanya, sebagai manusia adalah sama. Hak untuk hidup bermartabat, beragama, berpolitik, berkeluarga, beraktivitas dalam ruang lingkup sosial, ekonomi, dan pendidikan. Pencedaraan terhadap hak-hak perempuan adalah penistaan terhadap prinsip kesederajatan yang ditegaskan teks hadits ini.
Tentu saja, ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi, jika sebagian besar orang selalu membeda-bedakan dalam segala hal, teks hadits ini lebih menekankan pada prinsip kesederajatan dan kesetaraan sebagai manusia yang terhormat dan bermartabat. Perbedaan yang ada bukan untuk mementingkan yang satu dan menyisihkan yang lain.
Perempuan adalah manusia yang sama seperti laki-laki, yang memerlukan pengakuan, penghargaan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak hidup sebagai manusia yang bermartabat dan memiliki harga diri, tanpa kekerasan, peminggiran, dan penistaan sosial.
Setiap penistaan perempuan adalah kezhaliman yang diharamkan dan ditentang Islam. Sementara, setiap kerja pemberdayaan dan penguatan kapasitas perempuan adalah untuk keadilan yang dianjurkan Islam. Hanyalah kemaslahatan yang dituju Islam, dan hanyalah keadilan bagi perempuan yang diserukan Islam. Bukan sebaliknya. Orang-orang yang menistakan perempuan sama sekali tidak berhak mengatasnamakan Islam.