• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Ketika Perempuan Selalu Salah

Muhammad Hamdan Muhammad Hamdan
08/08/2021
in Kolom
0
Kenapa Perempuan Korban Kekerasan Seksual Selalu Disalahkan?

Kenapa Perempuan Korban Kekerasan Seksual Selalu Disalahkan?

82
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan pembelaan terhadap perempuan semakin hari semakin banyak saja. Penguatan posisi perempuan pun sering menjadi tema diskusi kecil mahasiswa hingga seminar internasional. Tapi pandangan bahwa perempuan hanya sebagai pelengkap laki-laki masih terus eksis di tengah masyarakat. Tidak jarang, ada anggapan perempuan selalu salah dalam setiap tindakan.

Kemarin saya buka gawai dan mengetikkan kata ‘perempuan’ di mesin pencari Google. Wikipedia muncul paling atas, tulisan-tulisan yang ada pada Wikipedia sering dijadikan rujukan utama netizen.

Saya membacanya sepintas dan menemukan kalimat yang penuh kejanggalan. Di sana tertulis kalimat, “pada cerita Adam dan Hawa pertama kali diturunkan di bumi, perempuan sudah dimaknai sebagai biang masalah.

Diceritakan bahwa Hawa merupakan penyebab mereka turun ke dunia, dikarenakan Hawa tergoda bujuk rayu syetan yang menyuruhnya untuk mengambil buah Khuldi (buah yang dilarang untuk dimakan).”

Baca juga: Adakah Solusi Hukum yang Adil bagi Perempuan Korban Inses?

Baca Juga:

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Saya kurang paham Wikipedia dapat sumber darimana. Cerita Hawa penyebab Adam diturunkan ke bumi menurutku sangat keliru. Kenapa Adam yang memakan buah khuldi justru Hawa yang disalahkan?

Cerita Hawa yang terus disalahkan ini masih kerap terjadi pada abad ini. Contohnya adalah perempuan korban pelecehan seksual yang justru disalahkan dengan berbagai macam alasan. Mereka disalahkan karena dinilai berpenampilan terlalu seksi atau karena keluar rumah terlalu larut malam.

Ada lagi yang berasumsi, jika perempuan tidak berpakan minim maka dia tidak akan digoda apalagi sampai mengalami pelecehan seksual. Apakah benar seperti itu?

Bagaimana dengan turis-turis di sepanjang pantai di Bali yang berpakaian minim, nyatanya mereka aman-aman saja.

Kemudian saya ingat pertanyaan seorang teman, kamu lebih memilih mana antara nenek-nenek yang sudah tua berpakain minim dengan mahasiswa berparas cantik yang berjilbab? Saya jelas menjawab mahasiswa cantik.

Dari pertanyaan itu saya sadar satu hal, ternyata yang salah itu pikiran kita, bukan perempuannya. Perempuan yang menjadi korban atas kesalahan pikiran kotor pelaku. Sekalipun ia berpakaian seksi jika pikiran kita tidak kotor maka tidak akan terjadi apa-apa.

Baca juga: Cara Benar Mencegah Kekerasan Seksual Pada Anak

Baru-baru ini saya mendengar kasus yang menggegerkan dunia terjadi di Jambi. Seorang remaja berusia 15 tahun yang diperkosa kakaknya harus masuk penjara. Korban justru dipenjara karena melakukan tindakan aborsi.

Pengadilan hanya melihat unsur pidananya saja, tanpa mau melihat latar belakang terdakwa sebagai korban. Korban yang masih di bawah umur tentunya memiliki pemikiran yang belum stabil. Ia seharusnya mendapatkan pendampingan.

Vonis Pengadilan Negeri Muara Balian itu membuat dunia geger. Ribuan petisi mengecam keputusan itu dan menuntut pembebasan untuk si korban. Keputusan itu dinilai mengoyak batas nalar keadilan.

Setelah kemarahan publik kian membesar Pengadilan Tinggi Jambi akhirnya mengeluarkan korban dari penjara, meski si anak belum bebas murni karena putusan banding belum diketok palu.

Baca juga: Hijrah dari Fakta Kekerasan ke Fitrah Kasih Sayang

Sudah seharusnya perempuan tidak didiskriminasi. Setiap kasus yang terjadi harus dipandang adil dari berbagai aspek. Perempuan tidak selalu salah begitu pun sebaliknya ia tidak juga selalu benar. Begitupun dengan laki-laki. Karena kebenaran sejatinya tidak mempunyai jenis kelamin.

Sejalan dengan semangat kesalingan seperti yang tersurat di dalam kaidah mubadalah:

مَا يَصْلُحُ لِأَحَدِ الْجِنْسَينِ يُجْلَبُ لِكِلَيْهِمَا وَمَا يَضُرُّ بِأَحَدِهِمَا يُدْرَأُ مِنْ كِلَيْهِمَا

“Apa yang maslahat (baik) bagi salah satu jenis kelamin harus didatangkan untuk keduanya dan apa yang mudarat (buruk) bagi salah satunya juga harus dijauhkan dari keduanya.”[]

Tags: AdamHawajambikasuskhuldikorbanMubadalahpengadilanperempuansetara
Muhammad Hamdan

Muhammad Hamdan

Muhammad Hamdan. Santri Dar al Tauhid, Arjawinangun Cirebon dan Mahasiswa ISIF Cirebon

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version