• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Konsumerisme adalah Amalan Nyata Merusak Bumi

Konsumerisme telah berdampak besar dalam hidup dan lingkungan. Saya menjadi bagian lingkaran ekonomi kapitalis yang menilai produktivitas dengan memiliki banyak barang

Indah Rahmasari Indah Rahmasari
25/11/2022
in Personal
0
Konsumerisme

Konsumerisme

136
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya kira dengan diet kantong plastik dan memilah sampah organik dan non organik saya sudah menjadi pecinta alam yang turut merawat bumi agar tetap lestari. Namun nyatakan saya jauh dari kata itu. Meski saya sudah menjalankan beberapa amalan pecinta alam tapi di sisi lain saya tetap menjadi manusia konsumtif, konsumerisme nyata yang terus saja menumpuk barang tanpa mengindahkan faedah barang-barang tersebut.

Jika melihat bagaimana daur hidup barang-barang yang saya beli atau konsumsi yang nir faedah tentu itu menjadi amalan nyata yang turut merusak alam dan penyebab krisis iklim melanda bumi. Dalam agama Islam dan saya rasa agama lainnya pun mengajarkan untuk tidak boros (konsumsi yang berlebihan) dan mubazir karena kelak akan diminta pertanggungjawaban.

Menilik kembali daur hidup dari barang-barang yang saya konsumsi, itu berasal dari bahan mentah yang proses mengambilnya dengan cara memambang yang bisa saja itu merampas ruang hidup masyarakat adat serta mencemari lingkungan mereka.

Kemudian pada proses produksinya bisa saja dengan mempekerjakan perempuan maupun anak di bawah umur dengan upah rendah. Serta bagaimana perjalanan barang-barang tersebut bisa sampai ke tangan konsumen dan pembuangan barang tersebut nyatanya mempunyai jejak ekologi sosial yang panjang.

Jejak Ekologi

Jejak ekologi sosial di sini kita maknai dengan seberapa banyak manusia mengambil dari alam dan mempengaruhi makhluk hidup lain. Misalnya saja laptop yang sedang saya gunakan untuk menulis nasari ini. Bisa saja nikelnya (biasanya digunakan untuk komponen baterai) berasal dari ekstraksi yang terjadi di pulau Sulawesi yang telah meningkatkan laju perluasan kerusakan ruang pangan baik di daratan maupun daerah pesisir.

Baca Juga:

KB dalam Pandangan Islam

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Belum lagi soal pencemaran yang terjadi dimana air yang menjadi bagian vital bagi kehidupan warga turut tercemar.

***

Saya merasa keren tatkala bisa membeli barang yang saya inginkan. Ada kepuasan sesaat saat barang itu bisa saya dapatkan. Konsumerisme telah berhasil. Saya adalah konsumen yang baik yang membeli tak terhitung banyaknya produk yang tidak benar-benar saya butuhkan.

Saya kerap terjebak dengan menjadikan konsumsi sebagai cara hidup, mengubah pembelian dan penggunaan barang menjadi ritual, mencari kepuasan spiritual dan kepuasan ego dalam konsumsi. Tak jarang saya melihat ukuran status sosial, penerimaan sosial dan prestise berdasarkan pada konsumerisme dengan memandang konsumsi lebih banyak produk dan jasa sebagai hal positif.

Konsumerisme telah mendorong saya untuk mentraktir diri sendiri dan orang-orang yang saya sayangi dengan barang-barang yang saya beli. Kemudian usang, saya ganti, dan saya buang dengan kecepatan yang terus meningkat. Seperti tas yang baru saya beli untuk anak saya, yang sebenarnya nir faedah dan tidak saya butuhkan sekarang.

Dampak Konsumerisme terhadap Lingkungan

Menurut Yuval Noah Harari dalam buku Sapiens, konsumerisme adalah sebuah etika yang dimunculkan pada ekonomi kapitalis. Di mana produsen harus terus menerus meningkatkan produksi dan mencari pembeli agar tetap hidup sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

Para produsen sengaja merancang barang-barang yang tidak tahan lama dan menciptakan model-model baru dan harus kita beli agar terlihat tetap “trendi”. Industri media lewat iklan di televisi dan media sosial turut mendorong etika konsumerisme, lewat beragam flexing (pamer) oleh para selebriti.

***

Konsumerisme telah berdampak besar dalam hidup dan lingkungan. Saya menjadi bagian lingkaran ekonomi kapitalis yang menilai produktivitas dengan memiliki banyak barang. Tentu saya harus bekerja keras untuk dapat menjangkaunya. Lingkungan semakin tercemar karena sistem ekonomi kapitalistik membutuhkan energi dan bahan mentah yang bertumpu pada ekstraktivisme.

Kebutuhan energi yang demikian besar, telah memicu perluasan ekstraksi sumber energi. Di mana kenyataan ini menjadikan alam sebagai komoditas dan manusia sebagai pusat kekuasaan. Hingga pada akhirnya membenarkan tindakan eksploitatif yang merusak alam. []

Tags: Ekologigaya hidupislamKonsumerismemanusiateknologi
Indah Rahmasari

Indah Rahmasari

Ibu rumah tangga yang tinggal di Kertosono. Suka menulis dan sedang tertarik belajar tentang Ekofeminis. Saya bisa dihubunggi di [email protected]

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version