• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Lelaki yang Ingin Menyucikan Bajuku

Halimah Garnasih Halimah Garnasih
05/09/2018
in Kolom
0
menyucikan bajuku

menyucikan bajuku

55
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Sampeyan, sudah siap saya cucikan bajunya?” satu pertanyaan sederhana malam itu keluar dari mulutnya. Lelaki yang delapan hari lagi akan menjadi teman jiwaku untuk lebih mendekat kepada-Nya. Lelaki yang ingin menyucikan bajuku.

Aku terdiam. Meski sesungguhnya, kedalaman batinku tidak terkejut kalimat itu keluar darinya. Lelaki dengan laku spiritual sepertinya, yang mendalami tasawuf Ibnu Arabi, akan begitu indah memperlakukan apapun dan siapapun di muka bumi ini dengan baik, terlebih perempuan.

Karena Ibnu Arabi, sang Sufi besar itu, telah sampai pada pencapaian pengetahuan bahwa tumpuan alam semesta ini ada pada perempuan. Hal itu karena Ibnu Arabi melihat-menemukan bahwa Asmaul Husna, nama-nama Tuhan, sifat-sifat Tuhan, didominasi oleh ‘Jamaliyah’, feminitas. Dan Jamaliyah-Nya, banyak terkandung pada manusia yang bernama perempuan.

Dan lalu hal itu, menjadi tugas bersama para manusia untuk memaksimalkan potensi ‘jamaliyah’ dan ‘jalaliyah’, ‘feminitas’ dan ‘maskulinitas’ pada tiap dirinya, baik tiap diri laki-laki dan tiap diri perempuan.

Baca juga: Jamal dan Jalal di Pilkada

Baca Juga:

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Namun aku tetap terdiam. Terdiam sejenak di bawah sinar lampu orange malam itu. Di depannya. Mungkin, kerak-kerak relasi suami-istri yang beban domestik rumah tangga bertumpu pada perempuan saja, masih menyisa di alam bawah sadarku.

Sehingga, ketakjuban keluar dari diriku tanpa bisa kucegah. Ia melesat begitu cepat, memanifestasi dalam kebisuan dan kebekuanku di depannya.

Betapapun telah lama kulahap berbagai teori kesetaraan, gender, feminis, dan isu-isu perempuan. Aku dengan kesadaran yang penuh berada di tengah-tengah nafas patriarkhis yang kental.

Baca juga: Nyuci Itu Laki

Aku harus jujur pada diriku sendiri, bahwa tradisi-tradisi dan hukum sosial berbagai suku di bumi pertiwiku ini masih sarat akar patriarkhis yang kuat.

Meskipun aku lahir dan tumbuh di tengah orangtua yang hubungan bersuami-istrinya begitu harmoni, begitu indah, bersih dari kotoran patriarkhis. Saat melangkah dari rumah, kehidupan bernuansa patriarkhis begitu kuat. Ia mengepungku dari segala lini. Sangat kental dan begitu kuat.

Baca juga: Tauhid Itu Anti Patriarkhi

“Sampeyan, sudah siap saya cucikan bajunya?”

Ah, pertanyaan itu masih sering terngiang sesaat sebelum aku berangkat tidur. Pertanyaannya itu, yang sederhana itu, cukup mengatakan banyak hal tentang keadaan rumah tangga yang akan kami bangun. Yang akan kami lalui.

Pertanyaannya itu, membuatku damai. Membuat bayangan menjadi istri dengan beban rumah tangga yang begitu berat dan harus kupikul sendiri, sirna. Lenyap.

Aku melihat samudera, yang akan kami lalui bersama-sama dengan kerja sama yang harmoni. Yang sesuai fungsi kami masing-masing diciptakan sebagai manusia bernama perempuan, dan manusia bernama lelaki.

Tiba-tiba terbersit dalam benakku bagian kalimat dari teori keadilan hakiki Ibu Nur Rofi’ah: bekerjasama-berkesetaraan dengan melihat kekhasan yang dimiliki oleh perempuan.[]

Tags: FemininGenderIbnu ArabiistriJalalJamallaki-lakimaskulinperempuansuamiSufiTugas bersama
Halimah Garnasih

Halimah Garnasih

Membaca dan menulis adalah kekasih. Jatuh cinta pada sastra, filsafat, wacana perempuan, dan kemanusiaan. Santri ngaji filsafat (MJS) Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version