Minggu, 27 Januari 2019 Liliyana Natsir menyatakan pensiun dari dunia bulutangkis Indonesia. Butet sapaan Liliyana Natsir, mengakhiri masa pensiunnya setelah bertanding pada babak final Daihatsu Indonesia Masters 2019 melawan ganda campuran dari China.
Kini Indonesia telah kehilangan sosok perempuan tangguh yang selalu membanggakan rakyat Indonesia dengan prestasinya. Tagar #TerimakasihButet pun menjadi trending topic satu di Twitter.
Dunia bulutangkis telah membesarkan nama Butet, terutama setelah memenangkan medali emas pada ajang Olimpiade empat tahun lalu. Selama berkarir Butet telah memberikan 600 medali dalam perjalanannya membawa nama Indonesia pada kancah internasional. Berkat prestasinya, Butet mendapat julukan pahlawan bulutangkis Indonesia dan the queen of mix double.
Tidak mudah bagi seorang Liliyana Natsir sukses berkarir pada dunia bulutangkis hingga seperti sekarang. Saat berusia sembilan tahun kali pertama Butet berkenalan dengan bulutangkis, kemudian Butet masuk PB Pisok Manado.
Untuk mewujudkan cita-citanya menjadi pemain pelatnas, pada usia dua belas tahun Butet merantau ke Jakarta dan bergabung ke PB Tangkas. Saat itu, Butet tidak bisa jauh dari sosok ibu, namun demi menggapai cita-citanya Butet memberanikan diri berpisah dari keluarga.
Tahun 2002 Butet masuk ke pelatnas. Dua tahun kemudian Butet dipasangkan dengan Nova Widianto. Tahun pertama Butet mengikuti kejuaraan dunia, ia seringkali mengalami kegagalan dan tidak pernah naik podium juara. Tahun kedua dan ketiga pun nasib Butet masih sama seperti tahun pertama, hingga Butet sempat akan memutuskan gantung raket pada usia muda dan memilih pulang kampung untuk berdagang.
Akan tetapi, pelatih dan rekan-rekannya di pelatnas menguatkan Butet agar selalu semangat dan tidak mudah menyerah. Akhirnya, tahun keempat Butet bersama pasangannya Nova Widianto berhasil meraih medali perak Olimpiade.
Tahun 2010 Butet mulai dipasangkan dengan Tontowi Ahmad. Saat itu Owi sapaan Tontowi Ahmad merupakan pemain junior. Mau tidak mau Butet sebagai pemian senior harus membimbing Owi. Selama sembilan tahun berpasangan Owi dan Butet selalu menjadi pemain andalan Indonesia. Capaian karir terbesar Owi dan Butet ialah juara Olimpiade. Hingga pada akhir karirnya Butet masih berpasangan dengan Owi.
Butet merupakan perempuan yang tangguh, tegas, tidak mudah menyerah, dan selalu membimbing juniornya selama di lapangan, begitulah sosok Butet di mata Owi. Owi pun pernah mengatakan, tanpa bimbingan dari Butet tidak mungkin ia sukses berkarir hingga seperti sekarang.
Dengan kesabarannya, Butet selalu memberikan masukan selama pertandingan agar Owi tetap fokus. Melalui capaian prestasi yang mendunia, kini Butet menjadi seorang legenda bulutangkis yang akan selalu dikenang dalam sejarah.
Dari perjalanan karir Liliyana Natsir, kita dapat mengambil pelajaran bagaimana seorang perempuan tangguh telah berjuang mengharumkan nama Indonesia. Butet mampu membentangkan bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya di negara lain.
Dalam hal ini, Butet membuktikan bahwa perempuan tidak melulu harus berdiam di rumah, memasak, dan mencuci baju. Butet menunjukkan kalau perempuan harus berkarya, berprestasi, dan membuat sejarah. Selain itu, apresiasi Owi atas bimbingan Butet menegaskan bahwa perempuan adalah seorang partner, bukan seorang budak.[]