• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Liliyana Natsir; Perempuan Tangguh, Pahlawan Bulutangkis Indonesia

Mela Rusnika Mela Rusnika
28/01/2019
in Kolom
0
Liliyana Natsir

Liliyana Natsir. Sumber foto: wikimedia[dot]com

52
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Minggu, 27 Januari 2019 Liliyana Natsir menyatakan pensiun dari dunia bulutangkis Indonesia. Butet sapaan Liliyana Natsir, mengakhiri masa pensiunnya setelah bertanding pada babak final Daihatsu Indonesia Masters 2019 melawan ganda campuran dari China.

Kini Indonesia telah kehilangan sosok perempuan tangguh yang selalu membanggakan rakyat Indonesia dengan prestasinya. Tagar #TerimakasihButet pun menjadi trending topic satu di Twitter.

Dunia bulutangkis telah membesarkan nama Butet, terutama setelah memenangkan medali emas pada ajang Olimpiade empat tahun lalu. Selama berkarir Butet telah memberikan 600 medali dalam perjalanannya membawa nama Indonesia pada kancah internasional. Berkat prestasinya, Butet mendapat julukan pahlawan bulutangkis Indonesia dan the queen of mix double.

Tidak mudah bagi seorang Liliyana Natsir sukses berkarir pada dunia bulutangkis hingga seperti sekarang. Saat berusia sembilan tahun kali pertama Butet berkenalan dengan bulutangkis, kemudian Butet masuk PB Pisok Manado.

Untuk mewujudkan cita-citanya menjadi pemain pelatnas, pada usia dua belas tahun Butet merantau ke Jakarta dan bergabung ke PB Tangkas. Saat itu, Butet tidak bisa jauh dari sosok ibu, namun demi menggapai cita-citanya Butet memberanikan diri berpisah dari keluarga.

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Tahun 2002 Butet masuk ke pelatnas. Dua tahun kemudian Butet dipasangkan dengan Nova Widianto. Tahun pertama Butet mengikuti kejuaraan dunia, ia seringkali mengalami kegagalan dan tidak pernah naik podium juara. Tahun kedua dan ketiga pun nasib Butet masih sama seperti tahun pertama, hingga Butet sempat akan memutuskan gantung raket pada usia muda dan memilih pulang kampung untuk berdagang.

Akan tetapi, pelatih dan rekan-rekannya di pelatnas menguatkan Butet agar selalu semangat dan tidak mudah menyerah. Akhirnya, tahun keempat Butet bersama pasangannya Nova Widianto berhasil meraih medali perak Olimpiade.

Tahun 2010 Butet mulai dipasangkan dengan Tontowi Ahmad. Saat itu Owi sapaan Tontowi Ahmad merupakan pemain junior. Mau tidak mau Butet sebagai pemian senior harus membimbing Owi. Selama sembilan tahun berpasangan Owi dan Butet selalu menjadi pemain andalan Indonesia. Capaian karir terbesar Owi dan Butet ialah juara Olimpiade. Hingga pada akhir karirnya Butet masih berpasangan dengan Owi.

Butet merupakan perempuan yang tangguh, tegas, tidak mudah menyerah, dan selalu membimbing juniornya selama di lapangan, begitulah sosok Butet di mata Owi. Owi pun pernah mengatakan, tanpa bimbingan dari Butet tidak mungkin ia sukses berkarir hingga seperti sekarang.

Dengan kesabarannya, Butet selalu memberikan masukan selama pertandingan agar Owi tetap fokus. Melalui capaian prestasi yang mendunia, kini Butet menjadi seorang legenda bulutangkis yang akan selalu dikenang dalam sejarah.

Dari perjalanan karir Liliyana Natsir, kita dapat mengambil pelajaran bagaimana seorang perempuan tangguh telah berjuang mengharumkan nama Indonesia. Butet mampu membentangkan bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya di negara lain.

Dalam hal ini, Butet membuktikan bahwa perempuan tidak melulu harus berdiam di rumah, memasak, dan mencuci baju. Butet menunjukkan kalau perempuan harus berkarya, berprestasi, dan membuat sejarah. Selain itu, apresiasi Owi atas bimbingan Butet menegaskan bahwa perempuan adalah seorang partner, bukan seorang budak.[]

Tags: badmintonbulutangkisButetganda campuranGenderlaki-lakilegendaLiliyana Natsirolahragaowiperempuan
Mela Rusnika

Mela Rusnika

Bekerja sebagai Media Officer di Peace Generation. Lulusan Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Part time sebagai penulis. Tertarik pada project management, digital marketing, isu keadilan dan kesetaraan gender, women empowerment, dialog lintas iman untuk pemuda, dan perdamaian.

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID