• Login
  • Register
Selasa, 5 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Maria : Penegak Pendidikan dan Kesetaraan Perempuan Minahasa

Saat di Minahasa mengadakan pemilihan wakil rakyat. Maria berhasil memperjuangkan perempuan agar mempunyai hak pilih yang sama seperti laki-laki

Laela Azka Laela Azka
16/11/2023
in Figur
0
Pendidikan bagi Perempuan

Pendidikan bagi Perempuan

915
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Maria Josephine Catherine Maramis. Namanya, sangat jarang diketahui oleh banyak orang karena mungkin hanya kita kenal sebagai pahlawan daerah. Tapi lebih dari itu, Maria Josephine Catherine Maramis atau yang sering kita sebut dengan Maria Walanda Maramis adalah tokoh emansipasi wanita yang berani mendobrak adat demi memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan perempuan.

Daftar Isi

    • Mengenal Maria Lebih Dekat
  • Baca Juga:
  • Akikah Bagi Laki-laki dan Perempuan
  • Islam: Agama yang Menyejajarkan Kemanusiaan Laki-laki dan Perempuan
  • 5 Langkah Pencegahan Kasus KDRT
  • Mahar Seperangkat Alat Salat Ternyata Bisa Menjadi Penyebab Pernikahan Tidak Berkah, Lho!
    • Awal Perjuangan Dimulai
    • Pengabdian Maria Sampai Ia Menutup Mata

Mengenal Maria Lebih Dekat

Maria lahir di Desa kecil bernama Kema, yang berada di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Beliau merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Maria menjadi yatim piatu sejak umur enam tahun setelah ayah dan ibunya meninggal dunia karena sakit.

Oleh karenanya, Maria kecil dan dua saudaranya diasuh oleh pamannya yang saat itu menjabat sebagai distrik Maumbi dan ikut pindah ke sana. Maria dan kakaknya masuk ke sekolah melayu yang ada di Maumbi. Mereka belajar membaca, menulis dan sedikit tentang sejarah. Sekolah melayu adalah satu-satunya pendidikan formal yang Maria tempuh.

Meskipun Maria tidak menempuh jenjang pendidikan tinggi. Tetapi, cita-cita dan tekadnya dalam menyuarakan kesetaraan perempuan tidak berpatok dari sejauh mana pendidikan yang maria peroleh. Melalui Sekolah Melayu, Maria mulai membuka mata akan pentingnya pendidikan bagi perempuan.

Pada tahun 1890, ketika umurnya masih 18 tahun. Maria menikah dengan guru sekoah dasar. Hal ini tidak menjadikan Maria berhenti berjuang akan pentingnya hak memperoleh pendidikan bagi perempuan. Nah, nama tengah “Walanda” ia dapatkan dari nama suaminya, Joseph Frederick Calusung Walanda.

Baca Juga:

Akikah Bagi Laki-laki dan Perempuan

Islam: Agama yang Menyejajarkan Kemanusiaan Laki-laki dan Perempuan

5 Langkah Pencegahan Kasus KDRT

Mahar Seperangkat Alat Salat Ternyata Bisa Menjadi Penyebab Pernikahan Tidak Berkah, Lho!

Awal Perjuangan Dimulai

Setelah menjadi seorang istri, Maria mendapat dukungan suaminya untuk menulis. Dalam tulisannya, Maria menjelaskan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan agar bisa menjadi istri yang baik dan dapat melahirkan serta mendidik generasi bangsa dengan baik pula. Tulisan itu Maria kirim melalui surat kabar di Sulawesi Utara.

Hingga puncaknya pada tahun 1917. Maria dan beberapa sahabat sesama cendekiawan berhasil mendirikan organisasi yang bernama “Percintaan Ibu kepada Anak Temurunnya” atau PIKAT. Di dalamnya, membahas mengenai pengalaman dan masalah dalam pendidikan anak. Tetapi, lebih dari itu, Maria mempunyai visi kebih luas untuk memajukan perempuan di Minahasa.

Maria menginginkan agar para perempuan Minahasa bisa lebih luas dan bebas dalam mengeluarkan dan merumuskan pikiran-pikiran mereka tanpa terpengaruh dengan doktrinasi yang kurang berpihak pada perempuan.

Organisasi ini berhasil berkembang di seluruh Daerah di Sulawesi Utara hingga ke Pulau Jawa. Bahkan, Maria juga telah membangun Sekolah Kejuruan Putri lengkap dengan asrama dan tanpa memungut biaya.

Pengabdian Maria Sampai Ia Menutup Mata

Peran Maria tidak berhenti di situ. Ia terus memperjuangkan hak-hak perempuan yang sebelumnya tidak pernah mendapat pengakuan. Terbukti pada tahun 1919, saat di Minahasa mengadakan pemilihan perwakilan rakyat. Maria berhasil memperjuangkan perempuan agar mempunyai hak pilih yang sama seperti laki-laki.

Sampai sebelum Maria menutup usia pada 22 April 1924, Maria tetap aktif dalam PIKAT. Maria telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemajuan perempuan di Indonesia khususnya di Minahasa. Maria kemudian mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional. Maka, tak elok rasanya jika para generasi muda sekarang tidak merawat dan mempertahankan hasil perjuangan pahlawan terdahulu.

Pemahaman tentang kesetaraan harus kita pahami sejak saat ini. Tidak ada sekat atau pembeda antara perempuan dan laki-laki terutama dalam hal menyuarakan pendapat dan menerima pendidikan. Keduanya sama-sama harus terdidik agar bisa berjalan beriringan menciptakan generasi emas untuk masa mendatang. []

 

Tags: hak pendidikankeadilanKesetaraanPahlawan Perempuanpendidikanperempuan
Laela Azka

Laela Azka

Tidak suka membaca apalagi menulis. Tapi katanya hal baik itu harus "dipaksa, terbiasa, dan akhirnya bisa"

Terkait Posts

Leila Ahmed

Mengurai Pemikiran Leila Ahmed: Sosok Feminisme Muslim Asal Mesir

4 Desember 2023
Tokoh Pendidikan

TGKH. Zainuddin Abdul Madjid; Tokoh Pendidikan Perempuan asal Lombok

2 Desember 2023
Cicit Nabi

Mengenal Sukainah, Sang Cicit Nabi yang Punya Pemikiran Progresif

2 Desember 2023
Wanita Inspiratif

Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

1 Desember 2023
Hanan Al-Hroub

Hanan Al-Hroub, Sosok Guru Pejuang untuk Palestina

29 November 2023
Fatima Mernissi

Fatima Mernissi, Menilik Kembali Hak Politik Wanita dalam Islam

24 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Merdeka dari Kekerasan Seksual

    Jalan Panjang Merdeka Dari Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Danone Angkat Bicara, Soal Fatwa MUI Haram Beli Produk Pro Israel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Tradisi Menulis dalam Film Kartini serta Gadis Kretek

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Stoikisme Obat di Abad ke-21?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Tidak Mengharamkan Perempuan Menikah Lagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Akikah Bagi Laki-laki dan Perempuan
  • Danone Angkat Bicara, Soal Fatwa MUI Haram Beli Produk Pro Israel
  • Islam: Agama yang Menyejajarkan Kemanusiaan Laki-laki dan Perempuan
  • Mengurai Pemikiran Leila Ahmed: Sosok Feminisme Muslim Asal Mesir
  • Deklarasi Pemilu Damai 2024: Upaya Cegah Konflik, Politisasi SARA dan Hoaks

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist