• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Maskawin bukan Harga Perempuan

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
06/10/2022
in Kolom
0
Maskawin bukan Harga Perempuan

Ilustrasi: pixabay[dot]com

49
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Tulisan ini berawal dari obrolan ringan antara saya dan teman-teman lain yang juga berasal dari Garut. Waktu itu kami tengah asik membicarakan seputar kampung halaman. Mulai dari jalan yang sudah diperbaiki sampai soal pernikahan yang marak di bulan Rabi’ul Awwal. Berikut penjelasan maskawin bukan harga perempuan.

Fenomena pernikahan di awal tahun Qomariyah itu sebenarnya sudah menjadi agenda tahunan, sehingga tidak ada hal yang istimewa. Tapi, ada satu hal yang masih membuat saya resah. Perihal beberapa orang di kampung halaman yang gagal menikah karena soal maskawin.

Baca juga: Pernikahan Bukan Sekadar Menghalalkan Hubungan Intim

Peristiwa itu terjadi karena pihak keluarga perempuan memberikan target maskawin yang cukup tinggi kepada calon menantunya. Sehingga pihak laki-laki merasa keberatan dan memilih untuk mundur. Walaupun kedua calon mempelai sudah menginginkan untuk berumah tangga.

Pihak keluarga perempuan seringkali menyampaikan soal ukuran maskawin dengan alasan kesejahteraan dan penghormatan terhadap perempuan. Hal ini memang sejalan dengan apa yang disebutkan KH Husein Muhammad dalam buku Fiqh Perempuan. Bahwa salah satu tujuan dari maskawin ialah sebagai penghormatan terhadap kemanusian.

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Dengan begitu anggapan sebagian masyarakat, semakin besar maskawin yang diterima oleh seorang perempuan maka ia benar-benar dihormati.

Tetapi  menurut saya, semua keputusan itu tetap harus berdasarkan hasil musyawarah antara keluarga laki-laki dan perempuan. Tentu dengan melibatkan kedua calon pengantin. Mengingat pernikahan itu sebagai akad yang bukan hanya  untuk menyatukan laki-laki dan perempuan saja tetapi juga kedua keluarganya.

Selain itu, masih pendapatnya KH Husein Muhammad, sebagai salah satu bentuk akad, perkawinan menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara pihak yang terkait. Dalam hal ini calon suami dan istri.

Maka dalam memenuhi hak dan kewajiban tersebut mesti didasari dengan prinsip keseimbangan, keadilan dan kesamaan, termasuk dalam bidang ekonomi, di antaranya maskawin.  Ketiga prinsip tersebut tidak akan tercipta ketika tidak ada komunikasi yang baik antara kedua belah pihak.

Baca juga: Menepati Janji Pernikahan

Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 4 menyebutkan maskawin bukan sebagai harga seorang perempuan. Maskawin merupakan harta yang diberikan oleh laki-laki kepada perempuan dengan penuh kesukarelaan. Sehingga tidak ada aturan yang pasti dalam menentukan maskawin.

Dalam beberapa hadits juga disebutkan termasuk perbuatan baik ketika pihak perempuan rela menerima maskawin yang tidak terlalu besar. Seperti dalam hadits yang di riwayatkan oleh H.R Ahmad. Nabi Muhammad berkata “keberkatan paling agung dari suatu perkawinan adalah maskawin yang ringan untuk diberikan.”

Sebab dengan begitu, pemuda yang hendak menikahi seorang perempuan tidak akan merasa terbebani. Bukankah Allah juga mengasihi hambanya yang tidak mempersulit urusan orang lain?

Dalam hal ini, Umar bin Khattab juga menyampaikan “ketika seorang laki-laki diharuskan memberi maskawin yang mahal kepada (calon) istrinya, boleh jadi ia akan menyimpan kebencian kepada perempuan itu.”

Baca juga: Tips Cerdas Menggelar Walimatul ‘Ursy (Resepsi Pernikahan)

Jadi, dalam menentukan besar kecilnya maskawin yang akan diberikan, menurut saya, penting adanya musyawarah. Sehingga pihak laki-laki dan perempuan merasa terlibat dan bisa menyampaikan pandangannya masing-masing. Selain itu, tidak akan ada pihak yang merasa keberatan atau terbebani.

Demikian maskawin bukan harga perempuan. Semoga bermanfaat. []

Tags: Haditshubunganhusein muhammadislamkawinkeluargalaki-lakimaskawinMubaadalahMubadalahperempuanpernikahanQuranruamh tangga
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID