Mubadalah.id – Siapa sajakah pahlawan itu? Apakah mereka yang berhasil terverivikasi sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah? Atau Mereka yang berhasil berjuang dengan senjata? Siapa saja yang berhasil berjuang sesuai dengan ranah dan passionnya masing masing mungkin?
Sejatinya, kita adalah pahlawan untuk diri kita sendiri. Berjuang pada setiap proses dan mengupayakan mimpi supaya berhasil terpenuhi. Namun, pada kenyataannya pahlawan yang berhasil mendapatkan gelar dari pemerintahlah yang akan terkenang dan menjadi teladan seluruh masyarakat Indonesia.
Murid Mbah Sholeh Darat
Seperti RA Kartini, tokoh emansipasi wanita yang memperjuangkan hak-hak perempuan. KH. Hasyim Asy’ari sosok pendiri NU dan penggerak perlawanan terhadap sekutu pada 10 November. KH. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah dan tentunya masih banyak lagi.
Ketiga tokoh tersebut merupakan pahlawan nasional sekaligus sosok murid dari Mbah Sholeh Darat. Lalu mengapa Mbah Sholeh Darat belum mendapatkan gelar pahlawan nasional? Sedangkan murid-muridnya sudah mendapatkan gelar pahlawan nasional. Padahal pemikiran dan karya karyanya berhasil mendorong muridnya untuk berjuang melawan penjajah.
Alasan Mbah Sholeh Pantas Mendapat Gelar Pahlawan Nasional
Ulama Pejuang asal Jepara yang dimakamkan di semarang ini patut mendapatkan gelar pahlawan nasional. Bukan bermaksud untuk gila akan gelar, namun memang pemikiran, perjuangan dan karya karyanya berhasil menjadi pelopor untuk berjuang melawan penjajah pada masa itu. Sehingga, ia patut terverifikasi lolos sebagai pahlawan nasional.
PCNU Semarang dan Komunitas Pecinta KH Sholeh Darat (KOPISODA) telah mengajukan usulan kepada pemerintah. Mulai dari data sejarah perjuangan seperti karya besar, bentuk pengabdian hingga tindakan kepahlawanan yang berpengaruh terhadap bangsa Indonesia. Hanya saja sampai sekarang belum ada jawaban.
Mbah Sholeh Darat memang bukan pejuang yang berjuang dengan gencatan senjata. Melalui gerakan intelektualisme ia berhasil membangun kekuatan nasionalisme yang tinggi. Dengan karyanya yang monumental, ia berhasil memberi banyak manfaat untuk Negara Indonesia.
Karya Mbah Sholeh Darat yang Berdampak pada Kemerdekaan
Hampir semua karya Mbah Sholeh Darat tertuliskan dengan tulisan arab pegon, atau bahasa Jawa dalam bentuk tulisan Arab. Hal ini bemkasud untuk memudahkan pemahaman orang pada masa itu dan melestarikan tradisi Jawa yang ada. Selain itu, penulisan dengan tulisan pegon bermaksud untuk mengelabuhi penjajah.
Penjajah pada waktu itu sangat mengawasi pergerakan orang pribumi, apalagi dalam beragama. Karena semakin meningkat pemahaman orang pribumi, semakin kuat pula perlawananya terhadap penjajah. Oleh karena itu ia menuliskan karyanya dengan tulisan pegon, menerjemahkan berbagai kitab dengan bahasa Jawa, bahkan menerjemahkan Al-Qur’an menjadi bahasa jawa juga.
Hasil dari upaya Mbah Sholeh Darat tersebut, lolos dari incaran penjajah. Apabila kitab kitab tidak diartikan dengan bahasa Jawa, tentunya mudah untuk kaum penjajah memahaminya. Dibinasakan sudah pasti menjadi perbuatan jelas pergerakan penjajah.
Dari karyanya, pemahaman kaum pribumi terhadap teks keagamaan semakin meningkat. Hingga tumbuhlah rasa cinta tanah air dengan konsep jihad seperti yang ada dalam Al Qur’an. Pada dasarnya Mbah Sholeh Darat mengangkat aksara pegon sebagai prinsip dakwah dan perlawanan terhadap penjajah yang mencoba menghilangkan identitas tradisi dan budaya orang Jawa.
Selain itu, untuk memudahkan masyarakat awam untuk memahami agama islam, karena orang jawa dahulu belum banyak yang pandai bahasa arab.
Dengan berbagai perjuangan, tentunya Mbah Sholeh Darat sangat pantas mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional. Pahlawan yang bisa dikenal lebih luas, diteladani, dan dikenang seluruh rakyat Indonesia bahkan mancanegara. []