• Login
  • Register
Senin, 9 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Melalui Aisyiyah, Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan Berjuangan untuk Kesetaran Gender

Aktivitas Aisyiyah fokus pada penguatan pendidikan kaum perempuan sekaligus memperjuangkan kesetaraan hak-hak perempuan.

Redaksi Redaksi
16/12/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nyai Siti Walidah

Nyai Siti Walidah

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejak Nyai Siti Walidah bersama suaminya, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Sopo Tresno pada 1914, organisasinya ini semakin menarik perhatian kaum perempuan saat itu. Banyak perempuan bergabung dan mengikuti pengajian serta aktivitas yang ia selenggarakan. Perkembangan organisasi perempuan ini luas. Anggotanya semakin besar.

Maka, dalam suatu pertemuan, ada ide untuk mengganti namanya menjadi “Aisyiyah”, mengambil nama dari istri Nabi Saw., Aisyah, yang terkenal cerdas, pintar, ahli hadis sekaligus aktivis sosial-politik. Organisasi ini secara resmi berdiri pada 22 April 1917. Nyai Ahmad Dahlan menjadi sebagai pemimpinnya.

Seiring berjalannya waktu, organisasi Aisyiyah kemudian bergabung dan menjadi bagian dari organisasi Muhammadiyah yang KH. Ahmad Dahlan bentuk pada 1912. Aktivitas Aisyiyah fokus pada penguatan pendidikan kaum perempuan sekaligus memperjuangkan kesetaraan hak-hak perempuan.

Maka, sejak saat itu, berdirilah sekolah-sekolah khusus perempuan di bawah naungan Aisyiyah. Nyai Ahmad Dahlan memimpin gerakan ini. Ia tidak setuju dengan konsep patriarki dan menilai seorang istri ialah mitra bagi suaminya. Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan juga menentang praktik kawin paksa.

Sejalan dengan gerakan organisasi Muhammadiyah yang semakin besar dan berpengaruh luas serta berskala nasional, organisasi Aisyiyah juga berkembang ke seluruh daerah Indonesia. Aisyiyah, sebagaimana Muhammadiyah, didirikan di seluruh daerah di wilayah Negara Indonesia.

Baca Juga:

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Persoalan Gender dalam Fikih Kesaksian

Wajah Perempuan Bukan Aurat, Tapi Keadilan yang Tak Disuarakan

Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan memimpin Aisyiyah hingga 1934. Aisyiyah yang ia bangun dan sempat pada masa pendudukan Jepang larang, terus berkembang dan masih eksis hingga saat ini.

Nyai Ahmad Dahlan meninggal dunia di Kauman, Yogyakarta, pada 31 Mei 1946. Usia saat itu 74 tahun. Jenazahnya dikuburkan di lingkungan Masjid Gede Kauman, Yogyakarta.

Prosesi pemakaman perempuan ulama ini dihadiri oleh masyarakat luas, bahkan sejumlah tokoh nasional dan menteri. Dan, melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 42/TK Tahun 1971, pemerintah RI menetapkan Nyai Ahmad Dahlan sebagai pahlawan nasional. Gelar serupa juga pemerintah sematkan kepada suaminya. []

Tags: Ahmad DahlanAisyiyahBerjuangGenderKesetaraanNyai Siti Walidah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kitab Hadis

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

9 Juni 2025
Kemanusiaan

Islam dan Kemanusiaan

9 Juni 2025
Hari Raya Iduladha

Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail

9 Juni 2025
Prinsip Keadilan

Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

9 Juni 2025
KDRT yang

KDRT Kejahatan yang Menodai Harkat dan Martabat Kemanusiaan

9 Juni 2025
KDRT

Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?

8 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji yang

    Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih
  • Islam dan Kemanusiaan
  • Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID