• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Melihat Gerakan Perempuan Dusun Karang Dawa dalam Memenuhi Kebutuhan Pangan Keluarga

Kalau sudah begitu, menanam kebutuhan pangan sendiri bisa jadi gerakan yang luas. Sehingga gerakan ini bukan hanya mengatasi persoalan ekonomi keluarga saja, tapi juga masalah kesehatan dan keberlanjutan lingkungan hidup

Tasnim Qiy Tasnim Qiy
19/06/2024
in Personal
0
Kebutuhan Pangan Karang Dawa

Kebutuhan Pangan Karang Dawa

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dua hal ini menurutku sangat bagus, karena jika dilihat dari hasil penelitian sementaraku selama PAR, biaya yang paling besar dikeluarkan oleh masyarakat Karang Dawa adalah biaya kebutuhan pangan dan energi.

Mubadalah.id – Tanggal 8 sampai 11 Juni 2024 aku dan teman-teman semester dua Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) melakukan kegiatan pembelajaran PAR (Participatory Action Research) di Yayasan Wangsakerta, Cirebon.

Selama empat hari tiga malam, aku dan teman-teman belajar banyak hal di Yayasan Wangsakerta. Salah satunya belajar langsung di lapangan dengan masyarakat di Dusun Karang Dawa.

Dalam rangka belajar berkomunikasi, pendekatan dan juga membaur dengan masyarakat, aku memilih untuk datang ke beberapa rumah dan juga membantu kegiatan yang dilakukan oleh mereka.

Dari hasil pendekatan tersebut, di akhir pembelajaran PAR, kami diminta untuk mengisi rincian kebutuhan serta pengeluaran rumah tangga. Seperti belanja keperluan pangan (beras, aneka sayur, minyak goreng, susu, gula), belanja energi (gas, listrik, dan BBM), belanja pendidikan (SPP, uang saku anak, perlengkapan sekolah), belanja kesehatan (periksa, beli obat-obatan, perlengkapan kebersihan, asuransi kesehatan), dan belanja sosial (pulsa hp, arisan, dan kondangan).

Setelah semua terisi, kami pun diminta untuk menjumlahkan antara kebutuhan, pengeluaran dan rata-rata pendapatan bulanan masyarakat di Dusun Karang Dawa.

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

Hasil akhir yang aku dapatkan ternyata sangat mengejutkan. Jumlah pengeluaran sangat jauh sekali dengan pendapatan rata-rata masyarakat di sana. Karena itu, Yayasan Wangsakerta berinisiatif untuk mengajak seluruh warga Karang Dawa untuk memanfaatkan pekarangan rumahnya masing-masing untuk ditanami berbagai macam kebutuhan pangan.

Sebab, dari hasil analisis mereka, pengeluaran yang berbanding terbalik dengan penghasilan tersebut. Hal ini karena banyak kebutuhan-kebutuhan yang tidak diproduksi dengan olah tangan sendiri.

Padahal menurut analisis Yayasan Wangsakerta, hal tersebut bisa para warga siasati dengan cara menanam berbagai kebutuhan dapur. Seperti menanam berbagai macam sayuran, bumbu masakan, dan jika memungkinkan juga ternak ayam, ikan dan hewan konsumsi lainnya.

Dengan cara ini, diharapkan warga Karang Dawa bisa menekan budget kebutuhan pangan. Karena mereka tidak lagi membeli di pasar, tapi mengambil dari pekarangan dan lingkungan sendiri.

Ibu-ibu Karang Dawa Menyambut Inisiatif Yayasan Wangsakerta

Setelah merenungi hasil penemuanku selama PAR, aku jadi ikut merasakan betapa sulitnya ibu-ibu di Dusun Karang Dawa dalam mengelola kebutuhan rumah tangga.

Mengapa ibu-ibu? Sebab yang aku lihat sendiri, orang yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam mengelola keuangan dan memastikan terpenuhinya kebutuhan rumah tangga di Dusun Karang Dawa itu adalah istri.

Alhasil, para istri di sana harus punya manajemen yang baik, supaya dengan penghasilan suami yang sangat minim tersebut, ia bisa membaginya pada semua kebutuhan keluarga, baik kebutuhan pangan, energi, pendidikan, kesehatan dan yang lainnya.

Karena kondisi tersebut, akhirnya inisiatif dan ajakan Yayasan Wangsakerta untuk memulai gerakan menanam di pekarangan rumah mendapatkan sambutan yang baik oleh ibu-ibu di Dusun Kawang Dawa.

Mereka mulai berbagai macam sayuran dan bumbu dapur di pekarangan rumahnya masing-masing. Misalnya yang aku lihat sendiri, mereka menanam kangkung, bayam, cabai, saledri, bawang daun dan yang lainnya.
Di sisi lain, jika berlebih kadang mereka juga bisa menjualnya ke tetangga lain yang membutuhkan. Bahkan bisa saling tukar dengan bahan masakan yang lainnya.

Alhasil, gerakan ini selain dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga. Dengan menanam hidup masyarakat juga bisa lebih sehat. Sebab Yayasan Wangsakerta mendorong mereka untuk merawat tanamannya dengan pupuk organik. Dengan begitu, tanaman yang mereka hasilkan pun lebih sehat dan segar.

Mengurangi Pengeluaran Kebutuhan Energi

Di sisi lain, Yayasan Wangsakerta juga saat ini tengah berupaya untuk mendorong warga Karang Dawa untuk mulai mengurangi pengeluaran kebutuhan energi. Salah satu caranya ialah dengan mengganti gas dengan kayu bakar atau kompor dengan bahan baku minyak jelantah.

Dua hal ini menurutku sangat bagus, karena jika dilihat dari hasil penelitian sementaraku selama PAR, biaya yang paling besar dikeluarkan oleh masyarakat Karang Dawa adalah biaya kebutuhan pangan dan energi.

Oleh sebab itu, mengubah kebiasaan lama sedikit demi sedikit menurutku bisa jadi gerakan yang bagus. Bisa saja ke depannya, bukan hanya warga Karang Dawa lakukan saja. Melainkan juga oleh masyarakat luas di luar dusun tersebut.

Kalau sudah begitu, menanam kebutuhan pangan sendiri bisa jadi gerakan yang luas. Sehingga gerakan ini bukan hanya mengatasi persoalan ekonomi keluarga saja, tapi juga masalah kesehatan dan keberlanjutan lingkungan hidup. []

Tags: Dusun Karang DawagerakanKebutuhan Pangankeluargamelihatperempuan
Tasnim Qiy

Tasnim Qiy

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID