• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menelusuri Makna Simbolik Dalam Tradisi Brokohan

Indonesia sebagai negara multikultural, kaya akan ragam bahasa dan budaya, memiliki tradisi yang berhubungan dengan kelahiran seorang anak

Mohammad Rafli Mohammad Rafli
21/10/2023
in Pernak-pernik
0
Tradisi Brokohan

Tradisi Brokohan

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tradisi brokohan merupakan bentuk perayaan bagi kelahiran seorang anak. Biasanya pelaksanaan tradisi ini oleh para orang tua lakukan setelah kelahiran si anak saat masih bayi dan baru lahir. Saat acara ini, semua kerabat dan keluarga berkumpul seraya mengucapkan selamat kepada orang tua dan memberikan hadiah untuk sang bayi.

Dalam tradisi ini, orang tua si bayi menghidangkan makanan-makanan khas jawa seperti nasi tumpeng beserta lauk pauknya, kue-kue tradisional dan hidangan-hidangan lainnya. Semua hidangan ini, sebagai simbolisasi kemakmuran dan keberkahan, yang oleh para orang tua harapkan kepada bayinya yang baru lahir.

Anak merupakan buah hati bagi setiap pasangan suami istri. Kehadirannya sangat dinanti-nantikan. Bahkan, tak jarang suami istri yang sampai mengadopsi anak, tatkala belum mendapatkan karunia itu dari sang pencipta.

Amanah dari sang penguasa jagat raya ini, menjadi penyenang dan penyejuk jiwa bagi orang tuanya. Sebagaimana dalam QS.  Al Furqan:74 yang artinya “ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati (kami). Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.

Selain itu, kehadiran anak di tengah-tengah keluarga, menjadi perhiasan berharga yang harus mereka jaga dan rawat. Supaya sang buah hati dapat tumbuh berkembang menjadi anak soleh solehah. Kelak anak-anak tersebut harapannya mampu untuk mendoakan kedua orang tua mereka, ketika keduanya masih ada maupun telah tiada.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Inti Keberagamaan dalam Islam

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Untuk menganalisis dan menemukan makna-makna simbolik, dari sebuah budaya atau tradisi, kita mampu melihatnya dengan menggunakan teori-teori. Salah satu teori tersebut ialah teori semiotika, hasil gagasan dari seorang filsuf bernama Roland Barthes.

Roland Barthes dan Teori Semiotika

Roland Barthes merupakan seorang filsuf dan kritikus sastra dari Prancis yang secara eksplisit mengamalkan konsep semiologi dari Ferdinand de Saussure. Konsep ini Barthes kembangkan menjadi sebuah metode untuk menganalisis suatu budaya.

Website fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menyebutkan, semiotik merupakan sejumlah teori mengenai bagaimana tanda-tanda merepresentasikan objek, gagasan, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar dari tanda-tanda itu sendiri. Semiotik telah menjadi suatu studi yang bahkan telah menjadi bagian dari tradisi dalam teori komunikasi.

Menurut John Fiske dalam bukunya pengantar ilmu komunikasi, orang-orang mengenal gagasan Roland Barthes dengan sebutan Two Order of Signification. Di dalamnya meliputi makna dasar atau denotasi, yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda. kemudian menghasilkan makna eksplisit. Dan konotasi, yang melibatkan interaksi antara tanda, perasaan pembaca, dan nilai-nilai kultural.

Makna Simbolik Tradisi Brokohan lewat Teori Semiotika Barthes

Indonesia sebagai negara multikultural, kaya akan ragam bahasa dan budaya, memiliki tradisi yang berhubungan dengan kelahiran seorang anak. Dalam masyarakat Jawa, mengenal tradisi itu dengan sebutan tradisi brokohan.

Brokohan memiliki kata asli yaitu “Barokahan”. Sebagaimana telah saya singgung, bahwa tradisi brokohan merupakan bentuk rasa syukur sepasang suami istri, karena telah melahirkan seoarng anak.

Praktik tradisi ini sejenis upacara adat dengan bentuk tasyakkuran, bancaan atau selametan, pasca kelahiran seorang bayi. Dari nama “brokohan” atau yang aslinya adalah “barokahan” menjadi sebuah harapan orang tuanya, agar sang anak senantiasa membawa atau menjadi barokah.

Diah Qurrotul’ain lewat wawancaranya dengan Latif Qohari, warga desa Klampisan, Kediri menemukan makna-makna simbolik di balik hidangan-hidangan yang ada dalam tradisi brokohan. Tradisi brokohan yang terdapat di desa Klampisan menyajikan hidangan berupa: nasi ambengan, jenang merah, telur ayam, ingkung dan urap-urap.

Ambengan dan Jenang Merah

Makna denotasi dari nasi ambengan ialah, hidangan nasi yang bungkusannya berasal dari daun pisang atau daun lainnya. Penyajiannya bisa dalam porsi individu atau sekelompok kecil bersama dengan lauk-pauk dan sambal.

Adapun makna konotasi dari nasi ambengan yaitu, melambangkan rasa syukur atas rizki dan kepercayaan untuk menjadi orang tua, serta kebahagiaan menyambut bayi baru dalam keluarga.

Jenang merah secara makna denotasi, adalah makanan tradisional berbahan tepung ketan, gula merah, santan, dan rempah-rempah. Warna merah berasal dari gula merah yang digunakan. Makanan ini memiliki tekstur lembut, rasa manis, dan aroma rempah khas.

Secara konotasi, jenang merah melambangkan keberuntungan, kesejahteraan, dan harapan akan masa depan cerah bagi bayi baru. Tradisi brokohan mengaitkannya dengan kemakmuran dan kelimpahan. Hidangan ini menjadi simbol rezeki berlimpah bagi bayi dan keluarga yang baru lahir.

Telur Ayam, Ingkung dan Urap-urap

Telur ayam dalam makna denotasi, ialah sebagai komponen yang ada di ambengan. Penyajiannya bisa dalam berbagai bentuk, termasuk utuh, irisan dari telur rebus, atau dalam bentuk irisan kecil dari telur dadar.

Secara konotasi, telur ayam dalam tradisi brokohan melambangkan kesuburan, kelahiran, dan kehidupan baru. Kehadirannya mengungkapkan harapan untuk kelahiran yang sehat dan kebahagiaan bagi bayi baru. Selain itu, telur juga bisa mengandung makna perlindungan dan keberkahan untuk bayi yang baru lahir, serta memiliki kekuatan spiritual untuk menjaga dari energi negatif atau bahaya.

Ingkung secara denotasi adalah metode memasak dengan mengukus ayam atau bebek dalam bumbu rempah khas. “Ingkung dalam ambengan” adalah hidangan ayam atau bebek yang dimasak dengan metode ini. Potongan ayam atau bebek dengan olahan bumbu tradisional, lalu mengukusnya hingga matang.

Secara konotasi, ingkung melambangkan kemakmuran dan kelimpahan, mencerminkan harapan akan rejeki berlimpah dan kehidupan sejahtera bagi bayi dan keluarganya. Konotasi dari ingkung dalam tradisi brokohan ini juga berupa keinginan akan kekuatan dan vitalitas bagi bayi yang baru lahir. Hal ini menunjukkan harapan agar bayi dapat tumbuh kuat dan penuh energi.

Urap-urap dalam makna denotasi, adalah hidangan Indonesia tradisional yang terdiri dari masakan berupa sayuran dan campuran dengan tumisan kelapa parut bersama rempah-rempah.

Makanan ini mengandung nutrisi penting untuk kesehatan karena menggunakan sayuran segar. Sementara bumbu rempah-rempah memberikan cita rasa yang kaya dan aroma yang lezat. Secara makna konotasi, urap-uarap melambangkan harapan akan kesehatan dan kesejahteraan bagi bayi dan keluarga. []

 

 

 

 

Tags: adatbarthesbrokohanBudayaJawakeberagamanNusantarasemiotikasimbolokTradisiTradisi Brokohan
Mohammad Rafli

Mohammad Rafli

Kelahiran Tangerang, Domisili Kediri. Alumni Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri. Sedang menempuh Program Pascasarjana di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version