Mubadalah.id – Indonesia dianugerahi dengan sumber daya alam yang amat melimpah, baik di darat maupun laut. Sumber daya alam itu tidak hanya berupa sumber energi yang tak dapat diperbarui (non-renewable resources) seperti bahan mineral, gas alam, batu bara, dan minyak bumi, melainkan juga energi yang bisa diperbarui (renewable resources) yang banyak jenisnya. Dalam konteks ekonomi, dua sumber energi ini teramat penting dalam menunjang aspek produksi, distribusi, hingga konsumsi.
Kebutuhan pangan pun tidak bisa kita lepaskan dari keberadaan energi tersebut. Terutama sumber daya alam yang terbarukan. Secara umum, sumber daya alam jenis ini terdiri atas sumber daya alam hayati. Seperti halnya di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, dan sumber daya alam hewani, semisal peternakan dan perikanan. Seluruh produk-produk makanan yang masyarakat konsumsi melalui hasil sumber daya alam ini.
Dukungan pemerintah untuk ketahanan pangan
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia memberikan dukungan yang serius melalui program Ketahanan Pangan Nasional. Maksud program ini untuk memberi support terhadap pasokan rantai makanan. Di antara bentuk riilnya adalah dengan penyediaan berbagai peralatan mesin pertanian dan upaya peningkatan produktivitas lahan. Di tahun 2021, misalnya, kebijakan program Ketahanan Pangan Nasional fokus untuk mendorong produksi komoditas pangan melalui pembangunan sarana prasarana dan pemanfaatan teknologi.
Pada tahun 2022, pemerintah bahkan menyediakan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di mana program ini dapat akses oleh pelaku sektor pertanian. Di samping itu, plafon kredit KUR juga mengalami peningkatan. Untuk plafon KUR Mikro yang sebelumnya berkisar antara Rp10 juta hingga Rp50 juta, ada peningkatan menjadi di atas Rp10 juta hingga Rp100 juta.
Tidak cukup di situ, pemerintah juga membentuk Badan Pangan Nasional melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2021. Badan ini memiliki kewenangan yang cukup besar untuk mengelola cadangan pangan Pemerintah. Yakni melaksanakan kegiatan stabilisasi pasokan dan harga, dan menguatkan sistem logistik pangan. Selain itu, badan ini diamanahi tugas agar mengentaskan wilayah rentan rawan pangan, mengembangkan penganekaragaman pangan dan pengembangan potensi pangan lokal.
Membangun ketahanan pangan laut
Meski demikian, program-program tersebut masih menitikberatkan pada aspek ketahanan pangan yang bersumber dari darat. Khususnya, yang berkaitan dengan erat dengan bahan makanan pokok, seperti beras. Padahal, masih ada sumber pangan lainnya yang tak kalah penting yang menunjang kecukupan gizi, khususnya protein, yaitu sektor peternakan dan perikananan.
Dibandingkan dengan peternakan, sektor perikanan dan kelautan mempunyai peluang yang lebih luas dengan kapasitas produksi yang besar. Terlebih lagi, Indonesia juga terkenal sebagai negara dengan potensi perikanan terbesar di dunia. Baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, dengan produksi lestari sekitar 67 juta ton/tahun.
Maka, idealnya, program ketahanan pangan tidak hanya kita khususkan pada peningkatan produksi pangan yang menjadi sumber karbohidrat semata. Lebih dari itu, bahan pangan yang berasal dari sumber protein hewani perlu mendapatkan perhatian yang setara.
Dalam konteks Indonesia sebagai negara dengan luas laut 5,8 juta kilometer persegi yang setara dengan 75 persen dari luas total wilayahnya, penguatan budidaya laut (marikultur) merupakan pilihan terbaik. Yakni untuk kita jadikan program ketahanan pangan. Terlebih lagi, dengan suhu yang relatif hangat dan stabil, Indonesia memiliki potensi marikultur yang besar. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, potensi marikultur secara nasional diperkirakan mencapai 24 juta ha. Akan tetapi baru kita manfaatkan sebesar 281.474 hektar atau setara 1,17 %.
Perluasan sektor ekonomi di luar perikanan
Apalagi selain menghasilkan produk-produk lauk sebagai pendamping nasi, laut juga dapat kita perluas kemanfaatannya untuk sektor-sektor lain di luar perikanan. Dalam surat An-Nahl ayat 14, misalnya. Ada pernyataan bahwa terdapat beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari laut, sebagaimana berikut:
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. [Surat An-Nahl: 14]
Dalam upaya meraih sumber-sumber penghidupan di laut, terdapat beberapa jenis kegiatan yang dapat kita lakukan, jika kita mengacu pada ayat tersebut. Antara lain: Pertama, mengambil ikan dan hewan laut lainnya untuk konsumsi harian dan produksi pangan berbasis protein hewani. Kedua, mencari perhiasan yang bernilai estetika yang berasal dari hewan laut, seperti mutiara dari kerang. Ketiga, mendayagunakan alat transportasi laut, seperti kapal dan sarana lainnya, untuk kepentingan ekonomi yang strategis. (Bebarengan)