• Login
  • Register
Selasa, 3 Oktober 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Perempuan dalam Advokasi Ketahanan Pangan

Ashilly Achidsti Ashilly Achidsti
07/11/2022
in Kolom
1
Perempuan dalam Advokasi Ketahanan Pangan

Perempuan dalam Advokasi Ketahanan Pangan

80
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Berikut perempuan dalam advokasi ketahanan pangan. Perempuan melakukan advokasi kebijakan di ranah publik masih jarang. Beberapa bahkan dilarang. Hal itu setidaknya karena dua alasan: Pertama, alasan melindungi perempuan dari kekerasan.

Selayaknya kita tahu, advokasi kebijakan dalam bentuk demo di ranah publik sering memposisikan rakyat berhadapan dengan aparat. Stereotip lemah dan tidak bisa melawan melekat apabila perempuan mendapat kekerasan.

Kedua, menganggap perempuan hanya pantas berada di ranah domestik yang hanya bergerak di lingkup rumah tangga.

Apakah kedua anggapan itu masih relevan saat ini? Tentu tidak.

Baca juga: Mendengar Suara Perempuan

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Relasi Mubadalah Pastikan Laki-laki Menjadi Saleh dan Perempuan Jadi Shalihah
  • Beragam Mitos Stereotip Negatif kepada Pendaki Perempuan
  • 5 Fun Fact tentang Sayyidah Aisyah, Sosok Perempuan Inspiratif dalam Panggung Sejarah Kenabian
  • Mengapa Gambar Perempuan Membatik masih Mewarnai Pamflet Hari Batik Nasional?

Baca Juga:

Relasi Mubadalah Pastikan Laki-laki Menjadi Saleh dan Perempuan Jadi Shalihah

Beragam Mitos Stereotip Negatif kepada Pendaki Perempuan

5 Fun Fact tentang Sayyidah Aisyah, Sosok Perempuan Inspiratif dalam Panggung Sejarah Kenabian

Mengapa Gambar Perempuan Membatik masih Mewarnai Pamflet Hari Batik Nasional?

Tengok kasus penolakan bandara NYIA Kulon Progo dan kasus penolakan pabrik semen di Rembang. Dua kasus advokasi penolakan kebijakan itu selain melibatkan lelaki sebagai pihak penolak, perempuan juga turun lapangan dan tidak tinggal diam.

Perempuan berani menyuarakan pendapatnya di ranah publik untuk menolak kebijakan.
Dalam dua kasus tersebut, perempuan terlibat aktif dan bahkan menjadi simbol perlawanan. Kita ingat dalam penolakan semen Rembang, perempuan yang kita sebut dengan “Kartini Kendeng” selalu menjadi garda terdepan perlawanan.

Semen kaki bahkan hingga dua kali menjadi salah satu cara menyuarakan penolakan “Kartini Kendeng”.

Ingat pula perlawanan penggusuran paksa rumah warga bulan Juli 2018 lalu di Kulon Progo. Sempat menjadi viral ketika seorang ibu mempertahankan tanahnya dengan duduk mengenakan mukena dihadapan barisan aparat berseragam.

Ibu itu duduk tanpa takut di hadapan aparat sebagai protes atasan pengosongan dan penggusuran paksa rumahnya.

Baca juga: Perempuan Bekerja Bukan Beban Ganda

Uniknya, dua kasus ini menunjukkan perempuan tetap mampu menyuarakan pendapat dengan caranya sendiri tanpa kekerasan. Cara kedamaian justru tetap dapat memberi ruang perempuan menyuarakan pendapat dengan tidak baku hantam.

Dalam kasus penolakan Bandara NYIA Kulon Progo dan pabrik semen di Rembang, perempuan menolak kebijakan pemerintah tentang pembangunan karena mempertahankan ketahanan pangan.

Tidak dipungkiri, dalam sistem masyarakat tradisional tanggung jawab menyediakan makanan keluarga masih dipegang oleh perempuan.

Apabila sumber penghasilan keluarga seperti sawah dan ladang beralih fungsi menjadi pabrik semen atau bandara, lantas dari mana sumber perempuan menyediakan bahan pangan untuk keluarga?

Isu alih fungsi lahan selain mengancam sumber sawah dan ladang juga mengancam sumber mata air warga.

Seperti dalam kasus Rembang, pabrik semen akan didirikan di kawasan pegunungan karst yang menyimpan ratusan mata air untuk warga. Pegunungan karst yang rusak menimbulkan krisis air yang mengancam.

Upaya mencegah krisis air dan krisis sumber makanan pokok adalah perjuangan perempuan dalam menjaga ketahanan pangan.

Baca juga: Dalam Ketidakadilan, Bagaimana Perempuan Bersikap?

Atas dasar menjaga ketahanan pangan, dua kasus tersebut bisa menjadi contoh justifikasi bahwa perempuan mampu dan tidak dapat dilarang untuk menyuarakan pendapat di ranah publik.

Karena menyuarakan pendapat adalah hak laki-laki dan perempuan. Sungguh naif apabila melarang perempuan bersuara karena dalih perlindungan dan pengkotakan ranah domestik yang membatasi kebebasan.

Seyogyanya, perempuan tidak dilarang menyuarakan pendapat agar dapat bekerjasama dengan lelaki untuk melindungi kepentingan rakyat. Demikian peran perempuan dalam advokasi ketahanan pangan. []

Tags: advokasiGenderislamkehidupankerjasamaketahananketidakadilanmanusiapanganpembelaanperempuan
Ashilly Achidsti

Ashilly Achidsti

Terkait Posts

Hari Kesaktian Pancasila

Merayakan Hari Kesaktian Pancasila dengan Refleksi Ulang Implementasi Sila Kedua: Merawat Alam dan Lingkungan

3 Oktober 2023
Pendaki

Beragam Mitos Stereotip Negatif kepada Pendaki Perempuan

3 Oktober 2023
Hari Batik Nasional

Mengapa Gambar Perempuan Membatik masih Mewarnai Pamflet Hari Batik Nasional?

3 Oktober 2023
Al-Sittīn Al-‘Adliyah Perempuan

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (5): Mengapa Harus Menghormati Perempuan?

2 Oktober 2023
Relasi Sosial

Prinsip Relasi Sosial dalam Islam: Upaya Mengatasi Relasi Paling di Lingkungan Pendidikan

2 Oktober 2023
Cerita Petani

Cerita Petani dan Refleksi Spirit Gerwani

2 Oktober 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menolak Perjodohan

    Perempuan Berhak Menolak Perjodohan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Fun Fact tentang Sayyidah Aisyah, Sosok Perempuan Inspiratif dalam Panggung Sejarah Kenabian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Gambar Perempuan Membatik masih Mewarnai Pamflet Hari Batik Nasional?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Istri adalah Hiasan Dunia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Suami dan Istri adalah Sama-sama Hiasan Dunia
  • Mengenal Mojokerto Melalui Buk Buk Neng
  • Relasi Mubadalah Pastikan Laki-laki Menjadi Saleh dan Perempuan Jadi Shalihah
  • Merayakan Hari Kesaktian Pancasila dengan Refleksi Ulang Implementasi Sila Kedua: Merawat Alam dan Lingkungan
  • Beragam Mitos Stereotip Negatif kepada Pendaki Perempuan

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist