• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Menulis Pengalaman Perempuan

Menulis adalah cara perempuan bercerita, melalui rangkaian kata, perempuan berbagi kisah hidupnya.

Rofi Indar Parawansah Rofi Indar Parawansah
14/01/2021
in Kolom, Personal
0
Menulis

Menulis

192
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menulis adalah salah satu pelajaran yang pertama kali diberikan kepada anak-anak yang memasuki bangku pendidikan. Bersamaan dengan pelajaran membaca. Dapat dikatakan bahwa menulis dan membaca merupakan kompetensi dasar manusia. Tanpa keduanya, kita semua akan kesulitan dalam berinteraksi.

Menulis merupakan kegiatan yang paling rutin dilakukan di zaman sekarang, entah sekedar update status di halaman sosial media atau berkirim pesan dengan sahabat dan keluarga, semuanya dilakukan melalui tulisan. Selain menjadi kebutuhan, menulis adalah hal yang menyenangkan dan menguntungkan khususnya bagi perempuan. Tak hanya digunakan untuk membagikan perasaan, menulis juga bisa menambahkan penghasilan.

Menulis adalah cara perempuan bercerita, melalui rangkaian kata, perempuan berbagi kisah hidupnya. Karena tidak semua perempuan berani berbicara secara lantang menceritakan kisahnya kepada orang-orang, mereka memilih untuk menceritakannya dalam keheningan bersama kertas dalam buku harian. Dengan menulis, itu artinya kita sedang mencatat sejarah diri kita, membagikan apa yang kita rasakan, mencatat setiap peristiwa, hingga tak jarang menuliskan harapan-harapan kedepannya.

Tulisan adalah media pengikat ilmu pengetahuan. Para ulama menuliskan ilmunya dalam kitab kuning yang bahkan hingga saat ini masih kita kaji dan pelajari. Dari satu kitab melahirkan beberapa kitab penjelasan lain. Bisa dibilang menulis merupakan lautan pembelajaran yang tiada habisnya.

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-kahfi ayat 109.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

قُل لَّوْ كَانَ ٱلْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا

Yang artinya “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.

Tak akan cukup lautan jika dijadikan tinta untuk menceritakan ke besaran Allah SWT. Untuk menceritakan ilmuNya, dan kuasaNya. Karena itu, penulis akan selalu menemukan hal baru untuk dikaji dan ditelusuri. Jangan takut kehabisan Ide atau berkurang inspirasi, karena nyatanya ada begitu banyak sumber tulisan dimuka bumi ini.

Pramoedya Ananta Toer, salah satu novelis Indonesia yang salah satu karyanya berjudul Bumi manusia pernah berkata bahwa “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”

Tulisan adalah media kita mencurahkan perasaan, keluh kesah kehidupan. Juga menjadi salah satu self healing yang paling mudah dilakukan. Dengan menulis, setidaknya kita telah menyalurkan emosi jiwa yang bergejolak. Menguraikan kekacauan perasaan yang sedang kita rasakan. Hobi menulis adalah hobi yang murah dan gampang dilakukan, tidak perlu modal banyak. Cukup sediakan catatan, maka kamu bisa melahirkan sebuah karya tulisan.

Menjadi penulis juga merupakan profesi yang menjanjikan. Tidak terikat waktu yang pasti, karena kamu dibayar melalui hasil bukan berdasarkan waktu yang dihabiskan. Waktumu yang luang dapat kamu gunakan sebagai media perenungan. Dan mulai merangkainya menjadi tulisan.

Walaupun menulis tidak sama dengan berbisnis, nyatanya dengan menulis dapat membantumu meringankan beban hidup. Karena sekarang, banyak media yang menerima tulisan dan memberikan honorium tertentu apabila tulisan yang kita hadirkan memenuhi syarat dan ketentuan redaktur.

Kini, sudah banyak contoh komunitas yang berisi para perempuan yang sedang atau mau belajar menulis, seperti Puan menulis dan Ibu-Ibu Doyan Nulis, Perempuan Berkisah, Magdalene.id dan media lain yang secara khusus memberikan ruang bagi para perempuan. Perempuan mempunyai keuntungan dalam membuat sebuah tulisan, karena begitu banyak pengalaman perempuan yang bisa diceritakan.

Saya sendiri mengawali hobi menulis karena senang membaca novel dan merangkai kata-kata di sosial media. Hingga akhirnya memberanikan diri untuk mencoba menulis pengalaman-pengalaman yang saya lalui sebagai seorang perempuan.

Banyak diantara para kontributor Mubadalah adalah seorang perempuan, dan tulisan juga menjadi senjata bagi para aktivis perempuan. Melalui tulisan mereka menyuarakan tentang kesetaraan dan menolak setiap kekerasan yang sering diterima kaum perempuan.

Dengan menulis, otak kita akan selalu bekerja, berfikir dan tidak berhenti belajar. Karena salah satu modal utama para penulis selain keterampilannya mengolah kata adalah pengetahuan. Penulis memerlukan pengetahuan untuk menguatkan kata yang dituangkan, dan untuk mendapatkannya kamu harus banyak belajar, menyimak dan membaca. Menulis artinya membuat kebaruan dari sebuah ilmu pengetahuan. Membaca kejadian melalui sudut pandang yang lain. Menulis menuntutmu untuk selalu update akan hal baru.

Menulis adalah perpaduan antara bakat, keterampilan dan ketekunan. Penulis tidak cukup hanya memiliki bakat menulis, harus ada ketekunan dan keberanian. Imam Al-Ghazali pernah berkata “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”.

Nama kita mungkin boleh saja tidak lagi ada di dunia, tapi karya kita, tulisan yang kita bagikan adalah bagian dari keabadian yang tak lekang oleh waktu. Karena itu, buatlah tulisan dengan kebaikan. Jadikan tulisan sebagai salah satu media dakwah yang menyejukkan. Jangan menulis sesuatu yang berbau keburukan, karena pada akhirnya semuanya akan kembali kepada diri sendiri. []

 

Tags: pengalaman perempuanperempuanPerempuan menulisPuan MenulisSastra
Rofi Indar Parawansah

Rofi Indar Parawansah

Perempuan belajar menulis

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version