• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menyikapi Petugas Layanan Publik yang Tidak Ramah

Petugas administrasi yang sangat cuek dan judes nyatanya berpengaruh besar terhadap mood untuk melengkapi berkas persyaratan pernikahan

Muallifah Muallifah
17/02/2023
in Pernak-pernik
0
Petugas Layanan Publik

Petugas Layanan Publik

2.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Cerita tentang bagaimana menyikapi petugas layanan publik yang tidak ramah ini, adalah sebuah kekesalan yang saya alami ketika mendaftarkan diri ke KUA (Kantor Urusan Agama) untuk pernikahan saya bersama calon suami. Tentu, sifatnya subjektif, dan barangkali ada yang memiliki cerita hampir sama. Artinya saya sedang mewakili cerita anda semua.

Saya masih ingat betul ketika menghadiri annual meeting AMAN Indonesia pada Januari lalu, sempat bertemu dengan sosok Ibu An’an, penggerak sekolah perempuan asal Indramayu, yang menurut saya merupakan sosok inspiratif dengan ceritanya. Bu An’an bercerita bahwa ia adalah kader Muhammadiyah dari banom Aisyiyah. Suatu ketika, ia mengikuti lomba menulis untuk kader.

Dalam tulisannya, ia mengangkat sebuah pengalaman ketika mengantarkan tetangganya ke puskesmas. Impian ketika ke puskesmas mendapat pelayanan yang baik, terutama dari petugas administrasi yang ramah, ternyata bertolak belakang dengan harapan. Nasib menjadi rakyat bawah, yang sedang membutuhkan pertolongan, tidak tahu menahu soal administrasi puskesmas, malah dapat sikap yang sangat tidak ramah dari petugas. Seperti terkena hujan di perjalanan ketika sedang mengendarai motor dan lupa membawa jas hujan. Sangat tidak enak!

Tulisan bu An’an tanpa judul, kemudian ia kirimkan ke email panitia. Ia bercerita apa adanya dalam tulisan tersebut, hingga suatu hari mendapatkan kabar baik perihal tulisannya. Tulisan Bu An’an juara 1 di perlombaan tersebut dan nangkring di halaman depan koran yang biasa dibaca oleh pemerintah setempat. Kabar tersebut belum sampai di telinga Bu An’an. Hingga pada suatu waktu, Bu An’an dipanggil oleh pihak pemerintah terkait yang meminta penjelasan terkait dengan kisah petugas yang cuek dalam pelayanan di puskesmas.

Pengaruh Tulisan

Tentu rasa gelisah, takut dan bingung menghantui Bu An’an. Ia bertanya kepada rekannya, seorang wartawan senior. Sarannya, ia tidak perlu menghadiri panggilan tersebut hanya untuk mempertanggungjawabkannya. Sebab tulisan harus terbalas dengan tulisan. Ketidakhadiran Bu An’an nyatanya berbuah manis. Ia kemudian dipanggil oleh pemerintah setempat melalui tulisannya dan diangkat menjadi ketua harian di P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga:

Pandangan Dekan Fakultas Syari’ah UIN FAS: Integrasi KUA untuk Semua Agama

KUA Milik Bersama: Sebuah Upaya Menjamin Keadilan Umat Beragama

Tantangan Pencatatan Perkawinan sebagai Kriteria Keabsahan

Tantangan dalam Pengajuan Itsbat Nikah pada Peradilan Agama

Seluruh pelayanan dan administrasi di puskesmas setempat akhirnya ada perbaikan. Nama Bu An’an menjadi famous karena tulisan tersebut. Saya yang mendengar kisah dari Bu An’an langsung, seketika merinding. Begitu besarnya pengaruh tulisan bagi masyarakat untuk memperbaiki keadaaan sosial. Masalah yang dibawa adalah satu, yakni pelayanan yang cuek dari pihak administrasi puskesmas dan itu berpengaruh buruk terhadap masyarakat.

Namun, mari kita tinggalkan kisah Bu An’an, sebab ceritanya hampir sama dengan saya ketika mendapati petugas administrasi KUA yang sangat cuek. Ini pengalaman pertama saya ke KUA dan berharap menjadi pengalaman terakhir berhubungan dengan petugas yang tidak ramah tersebut di KUA. Petugas administrasi yang sangat cuek dan judes nyatanya berpengaruh besar terhadap mood untuk melengkapi berkas persyaratan. Di mana sebelumnya belum pernah diinformasikan untuk berkas-berkas yang harus kami siapkan.

Seperti yang kita ketahui, empati sangat penting dalam hubungan sesama manusia. Sikap ini bisa kita artikan sebagai rasa peduli untuk memberikan perhatian kepada masyarakat yang sedang membutuhkan pelayanan. Apalagi sebagai instansi publik, selalu dituntut untuk mengutamakan pelayanan pada masyarakat. Ketika mengutamakan kebutuhan masyarakat, maka akan ada rasa penghargaan atas ketidaktahuan yang seseorang miliki.

Mendamba Petugas Layanan yang Ramah

Saya membayangkan ketika datang ke KUA, ditanya kesiapan menikah dengan penuh senyum, disuruh melengkap berbagai berkas yang dibutuhkan dengan sikap ramah, dan segala tetek bengek persyaratan lainnya dengan sikap empati adalah sebuah kebahagiaan yang sangat dalam. Tentu, perlu saya tegaskan kembali bahwa ini benar-benar pengalaman pribadi yang, barangkali pembaca tidak pernah mengalami pengalaman serupa atau bahkan menganggap pengalaman semacam ini sunnatullah.

Saran saya, kiranya sangat perlu untuk memberikan peningkatan skill khusus tentang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Khususnya dalam hal keramahan dengan tersenyum, menyapa dan bersikap ramah petugas di kantor pelayanan publik. Sehingga masyarakat yang tidak tahu menahu soal administrasi yang begitu njlimet jadi lebih paham. Apalagi orang awam yang benar-benar tidak tahu menahu, sangat membutuhkan kehadiran petugas administrasi yang ramah, dan memberikan pelayanan terbaik di kantor.

Tulisan ini hanya bentuk keluh kesah. Saya juga tidak berharap mendapatkan reward seperti Bu An’an pasca menulis kisahnya. Saya berharap  bagi pembaca artikel ini, jika anda adalah seorang petugas di kantor pelayanan publik, setidaknya mengetahui bahwa performa baik yang terwujud melalui sikap ramah, senyum dan mengutamakan kebutuhan masyarakat adalah kebutuhan utama masyarakat.

Jika yang pembaca budiman adalah kepada kantor pelayanan publik, tulisan ini adalah sebuah keluh dari masyarakat bawah untuk menelusuri lebih dalam dan menjawab. “Aapakah petugas pelayanan layanan publik memiliki skill komunikasi dan sikap yang baik untuk melayani masyarakat?” []

 

Tags: KUALayanan PublikPetugas
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID