• Login
  • Register
Rabu, 4 Oktober 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mungkinkah Broken Home Kejadian yang Diwariskan?

Kita tetap bisa membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis di masa depan, selama individu tersebut telah berdamai dengan segala luka di masa lalu

Belva Rosidea Belva Rosidea
28/08/2023
in Keluarga
0
Broken Home

Broken Home

764
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Broken home atau perceraian dalam rumah tangga belakangan ini semakin kerap terjadi, baik di kalangan para publik figur maupun masyarakat biasa. Dari banyak kasus perceraian yang ada, beberapa di antaranya terjadi pada pasangan. Di mana salah satunya entah suami atau istri memang berasal dari keluarga broken home, seolah mereka menghadapi kejadian berulang.

Yakni kejadian yang pernah mereka lihat di masa kecil dan sekarang harus mereka alami sendiri. Beragam alasan melatarbelakangi terjadinya perceraian. Namun tentu yang paling menjadi korban adalah anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut. Lalu, apakah memang broken home merupakan kejadian yang diwariskan?

Stigma kebanyakan masyarakat terhadap anak-anak dari keluarga broken home kerapkali tidak baik. Meskipun tidak menutup kemungkinan anak-anak dari keluarga broken home bisa tumbuh jauh lebih baik daripada anak-anak dari keluarga harmonis. Anak broken home dianggap sebagai anak-anak yang salah asuhan, anak nakal yang perlu kita waspadai, karena khawatir akan membawa pengaruh buruk bagi anak-anak teman sepermainan.

Jangankan PDKT untuk hubungan asmara, sekadar dekat berteman pun kerapkali menemui penolakan dari para orang tua. Wajar saja ketika orang tua hendak menikahkan anak-anaknya, mereka menghendaki pasangan yang terbaik untuk anaknya. ‘bibit,bebet,bobot’, begitulah istilah orang Jawa menilai kualitas calon pasangan.

Daftar Isi

    • Stigma terhadap Keluarga Broken Home
  • Baca Juga:
  • Relasi Suami Istri adalah Kesalingan dan Kerjasama
  • Makna Hadis Istri Bersujud kepada Suami dalam Perspektif Mubadalah
  • Hadis Suami Saleh dan Istri Salihah dalam Perspektif Mubadalah
  • Membaca Arah RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Part II
    • Mengenal Gen “Selingkuh”
    • Tidak Mengulang Pola Asuh yang Salah

Stigma terhadap Keluarga Broken Home

Anak yang lahir dari keluarga broken home dianggap memiliki ‘bibit’ yang buruk karena penilaian broken home sebagai kejadian aib dan memalukan. Ada kekhawatiran kejadian tersebut ikut ia wariskan pada rumah tangga anak-anak mereka. Namun yang perlu kita pahami adalah faktor keturunan bukanlah satu-satunya penyebab terjadinya perceraian.

Kejadian perceraian yang menimpa pasangan dari latar belakang keluarga broken home pada dasarnya memiliki pola yang mirip dengan kejadian bullying maupun perselingkuhan. Mereka yang pada awalnya korban bisa jadi sewaktu-waktu justru berbalik menjadi pelaku perbuatan tersebut.

Baca Juga:

Relasi Suami Istri adalah Kesalingan dan Kerjasama

Makna Hadis Istri Bersujud kepada Suami dalam Perspektif Mubadalah

Hadis Suami Saleh dan Istri Salihah dalam Perspektif Mubadalah

Membaca Arah RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Part II

Hal tersebut dapat terjadi karena tiap manusia memiliki trauma, luka batin atau inner child yang seringkali tidak kita sadari hingga individu tersebut dewasa. Dampak psikologis yang anak-anak broken home terima bukanlah hal yang main-main.

Mereka rentan depresi, kehilangan kepercayaan diri, bahkan ada yang tak segan mengakhiri hidupnya. Lebih jauh lagi, anak-anak broken home yang ketika kecil melihat perilaku orang tuanya akan cenderung termotivasi meniru perilaku tersebut. Padahal bisa jadi perilaku yang ditampakkan orang tuanya adalah perilaku yang kurang baik. Misalnya: perselingkuhan yang juga menjadi latar belakang perceraian.

Mengenal Gen “Selingkuh”

Berdasarkan penelitian, kejadian perselingkuhan memang dapat terpicu faktor genetik. 63% kecenderungan selingkuh pada pria diturunkan secara genetik. Sedangkan pada wanita sekitar 40%. Melansir dari penelitian yang PLOS One terbitkan, gen selingkuh tersebut bernama “cheating gene”, yaitu gen D4 polymorphism atau kita singkat DRD4.

Gen DRD4 berperan dalam produksi hormon dopamin oleh otak ketika suasana hati sedang gembira. Gen ini juga berkaitan dengan kecanduan seseorang terhadap alkohol dan tantangan. Setiap orang memiliki gen DRD4, namun seperti hasil studi Binghamton University di New York, kita temukan bahwa individu yang memiliki jenis gen DRD4 lebih banyak akan lebih mungkin untuk memiliki kebiasaan selingkuh.

Kemudian, selain gen DRD4 kita temukan pula gen selingkuh bernama AVPR1A.  Gen ini memproduksi arginine vasopressin yang mengatur rasa percaya dan empati seseorang.

Faktor genetik perselingkuhan memang ada. Namun faktor lingkungan tak kalah memberi pengaruh dalam perilaku seseorang. Orang tua tetap saja figur teladan untuk seorang anak. Individu yang sejak sejak kecil melihat perilaku buruk orang tuanya atau orang-orang di sekililingnya, akan tumbuh mengikuti lingkungan tersebut.

Akibatnya, di masa depan secara tidak sadar ia telah mengulang pola asuh orang tuanya, termasuk kebiasaan, cara menyelasaikan masalah, sampai cara menyalurkan emosi yang serupa, sehingga kejadian kelam di masa lampau seperti perceraian kembali terulang bak mata rantai yang gagal terputus.

Tidak Mengulang Pola Asuh yang Salah

Meski demikian, mata rantai kejadian broken home bukanlah sesuatu yang lantas mustahil untuk kita putus. Mereka tetap bisa membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis di masa depan, selama individu tersebut telah berdamai dengan segala luka di masa lalu. Dan dia telah sembuh dari segala inner child yang ia derita.

Kemudian, individu tersebut bertekad untuk terus memperbaiki diri dan berkomitmen untuk tidak mengulang pola asuh yang sama kepada anak-anaknya. Kenyataannya banyak anak-anak dengan latar belakang broken home justru berhasil membangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia.

Mereka yang telah berdamai dengan masa lalunya tidak ingin jika anak-anaknya mengulang perasaan yang sama seperti halnya yang pernah mereka lalui di masa lalu. Merasa jenuh dalam suatu hubungan bisa menjadi hal yang wajar, namun pelarian dari kejenuhan tersebut hendkanya diisi dengan kegiatan yang positif,  jangan sampai merugikan sebuah hubungan yang sudah dibangun. []

 

 

Tags: Broken Homeistrikeluargaperceraianperkawinansuami
Belva Rosidea

Belva Rosidea

Co-Ass, RSGM Faculty of Dentistry Jember University

Terkait Posts

stimulasi fisik anak

Teladan Nabi dalam Pemberian Stimulasi Fisik Anak

4 Oktober 2023
Ketahanan Mental Keluarga

Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga

30 September 2023
Masjid Ramah Perempuan

Sudahkan Masjid Ramah Perempuan dan Anak?

27 September 2023
Kerja Perawatan dan Pengasuhan

Apresiasi Peran Laki-laki dalam Kerja Perawatan dan Pengasuhan

25 September 2023
Anak Korban Perceraian

5 Dampak Psikologi bagi Anak Korban Perceraian

23 September 2023
Fenomena Fatherless Country

Fenomena Fatherless Country dalam Kacamata Islam

15 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • mubadalah

    Prinsip Mubadalah adalah Prinsip untuk Kesetaraan dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Kesalingan Dalam Mencari Nafkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fatwa KUPI (Bukan) Soal Hukum Aborsi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 9 Konsep Keluarga Maslahah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Nabi dalam Pemberian Stimulasi Fisik Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Suami Istri adalah Kesalingan dan Kerjasama
  • Perempuan Guru Mengaji di Sabuah
  • Makna Hadis Istri Bersujud kepada Suami dalam Perspektif Mubadalah
  • Serigala Betina dalam Diri Perempuan: Mengenalkan Psikologi Feminis
  • Hadis Suami Saleh dan Istri Salihah dalam Perspektif Mubadalah

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist