• Login
  • Register
Sabtu, 2 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Musdah Mulia : Perempuan, Teruslah Belajar dan Membaca

Irma Khairani Irma Khairani
06/10/2020
in Figur, Pernak-pernik
0
348
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Belajar dan membaca, merupakan suatu kegiatan yang sebaiknya terus-menerus dilakukan oleh manusia. Dunia terus berkembang, dan bersamaan dengan itu pengetahuan manusia pun harus terus bertambah. Apalagi, sebagai seorang perempuan, agar dapat memperjuangkan haknya, seorang perempuan mesti tak lelah belajar mencari banyak ilmu dan pengetahuan, salah satunya dengan mengkuti berbagai kajian-kajian yang tersedia.

Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti kajian feminisme yang disampaikan oleh Bunda Musdah Mulia. Beliau merupakan seorang dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau juga merupakan seorang aktivis perempuan dan penulis dari buku Ensiklopedia Muslimah Reformis. Kajian yang dilakukan secara online selama hampir lebih dari 2 jam itu sangat menarik untuk disimak dan banyak sekali ilmu-ilmu baru yang didapat.

Kajian tersebut banyak membahas suatu permasalahan yang dirasakan oleh mereka yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender. Namun, di sini ada beberapa hal yang saya soroti.

Sebelumnya, alangkah lebih baik jika disampaikan terlebih dahulu mengenai budaya patriarki yang begitu mengakar dan tertanam dengan kokoh di Indonesia. Patriarki merupakan sebuah pola pikir yang menganggap bahwa ada satu jenis kelamin yang lebih superior dari jenis kelamin lainnya; laki-laki lebih superior dari perempuan. Budaya patriarki tersebut menyebabkan berbagai persoalan seperti adanya marginalisasi, subordinasi, ketimpangan gender, dan yang mana sebenarnya tidak hanya berdampak besar terhadap perempuan, akan tetapi secara tidak langsung juga berdampak terhadap laki-laki.

Budaya patriarki tak hanya tertanam di dalam pemikiran seorang laki-laki, karena bahkan di Indonesia masih banyak perempuan yang memiliki pola pikir patriarki dan terus-menerus mewarisinya sebagai sebuah takdir dan kewajaran.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Air Mata Ibu Tak Akan Pernah Reda
  • Lamaran dari Salma
  • Lagu “The Man” Taylor Swift dan Sindiran Terhadap Industri Musik
  • Representasi Identitas Gender Dalam Al-Qur’an Perspektif Nasaruddin Umar

Baca Juga:

Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Air Mata Ibu Tak Akan Pernah Reda

Lamaran dari Salma

Lagu “The Man” Taylor Swift dan Sindiran Terhadap Industri Musik

Representasi Identitas Gender Dalam Al-Qur’an Perspektif Nasaruddin Umar

Seperti yang disampaikan oleh Bunda Musdah Mulia, masih banyak sekali perempuan di Indonesia yang terkungkung tetapi nyaman berada ditengah jeratan budaya dan pola pikir patriarki. Perempuan-perempuan tersebut tak ingin keluar dari zona nyamannya, karena di dalam keterkungkungan tersebut mereka tak mengalami atau merasakan dampak buruk akibat patriarki.

Tidak sedikit perempuan yang menganggap dan memercayai bahwa kewajiban seorang perempuan yaitu sumur, kasur, dapur, dan memang begitu adanya. Apalagi, bagi mereka perempuan-perempuan yang sudah menjadi seorang istri dan berada dan hidup di keluarga yang sudah mapan dan tercukupi, tak ada lagi hal yang dirasa harus diperjuangkan. Mereka hanya tinggal fokus memikirkan bagaimana menjadi seorang istri yang baik, penurut, dan patuh.

Sulit bagi perempuan seperti itu untuk menyadari bahwa masih banyak hal yang mesti diperjuangkan sebelum dirinya terbentur dengan keadaan. Padahal, di samping itu masih banyak perempuan lain yang mengalami ketertindasan dan memerlukan dukungan dari sesama perempuan. Misalnya saja perempuan korban pemerkosaan, perempuan yang tertindas akibat dampak kejamnya kapitalisme, perempuan yang mengalami beban peran ganda, dan masih banyak lagi.

Kemudian, dalam diskusi tersebut ada sebuah pertanyaan yang juga menjadi persoalan bagi setiap perempuan yang telah sadar akan pentingnya kesetaraan dan keadilan gender, namun begitu kebingungan bagaimana merespons narasi-narasi negatif yang disampaikan oleh mereka yang menentang gerakan feminisme, apa yang harus dilakukan agar mampu melawannya.

Jawabannya cukup singkat yaitu terus belajar dan membaca. Karena dengan membaca, kita dapat memberikan amunisi kepada pemikiran kita untuk nantinya mampu dan dapat merespons pertanyaan-pertanyaan yang menentang gerakan feminisme, serta baik pula bagi perempuan-perempuan yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender.

Jika ada narasi negatif, juga penting untuk mempertanyakan bukti dan fakta yang ada terkait dengan apa yang disampaikan itu. Jangan sampai malah nanti kita yang mudah terhasut dan disuguhkan dengan narasi-narasi yang belum tentu benar serta keliru. Maka dari itu penting sekali bagi kita untuk membaca.

Hidup dan berjuang di tengah kondisi masyarakat yang masih banyak merasa nyaman berada dan terkungkung oleh budaya patriarki memang cukup berat dan menantang. Namun, dengan kondisi seperti itu tak boleh menjadikan kita yang sampai saat ini masih memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mundur dan menyerah.

Seperti yang telah disampaikan oleh Bunda Musdah Mulia, masih banyak perempuan yang nyaman dengan budaya patriarki dan perempuan atau laki-laki yang menentang gerakan perempuan. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk terus mempersiapkan dan mengupgrade diri menjadi lebih baik agar terus mampu dan semangat untuk memperjuangkan hak kesetaraan dan keadilan gender terutama bagi perempuan, dan salah satu caranya adalah dengan membaca.

Tak hanya bagi perempuan yang berjuang meraih hak kesetaraan dan keadilan gender, membaca juga merupakan kegiatan yang perlu dilakukan bagi perempuan yang telah nyaman berada dan hidup di tengah budaya dan pola pikir patriarki, karena dengan membaca dapat menyadarkan dan mendorong seseorang untuk peka terhadap kehidupan di sekitarnya.

Membaca pun menjadi salah satu perintah Allah SWT untuk dilakukan oleh umatnya. Iqra yang mana merupakan ayat pertama yang diturunkan Allah SWT, tak hanya bermakna bagaimana kita dapat membaca, tetapi juga bagaimana kita dapat mengamalkan apa yang dibaca. Maka, dengan membaca dan mengamalkannya dapat menjadi langkah untuk kita berjuang demi tercapainya keadilan yang setara bagi semua. []

 

Tags: GenderkeadilanKeseteraanMusdah MuliaMuslimah Reformis
Irma Khairani

Irma Khairani

Irma telah rampung menamatkan studi sarjana Ilmu Politik di Universitas Nasional. Isu gender, pendidikan, dan politik adalah minatnya, saat ini aktif di komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Cicit Nabi

Mengenal Sukainah, Sang Cicit Nabi yang Punya Pemikiran Progresif

2 Desember 2023
Toleransi

Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

1 Desember 2023
Wanita Inspiratif

Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

1 Desember 2023
pernikahan bukan solusi

Pernikahan Bukan Solusi untuk Meminimalisir Kekerasan Seksual

29 November 2023
Hanan Al-Hroub

Hanan Al-Hroub, Sosok Guru Pejuang untuk Palestina

29 November 2023
Komnas Perempuan

Kiprah Komnas Perempuan Selama 25 Tahun Didirikan

28 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual

    Bukan Hanya Perempuan, Laki-laki juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melindungi Perempuan Pekerja Rumah Tangga (PRT) dari Kekerasan adalah Kewajiban Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dibuka Malam Ini, Berikut Agenda Muktamar Pemikiran NU 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Krisis Lingkungan: Siapa yang paling Bertanggung Jawab?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kekerasan Seksual dalam Pandangan KUPI
  • Jalan Panjang Merdeka Dari Kekerasan Seksual
  • Mengenal Sukainah, Sang Cicit Nabi yang Punya Pemikiran Progresif
  • Prof. Ahmad Zainul Hamdi Tegaskan Para Akademisi Tidak Boleh Terjebak Pada Formalitas Akademik
  • Islam dan Krisis Lingkungan: Siapa yang paling Bertanggung Jawab?

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist