• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Ngaji Al-Iqtishad fi Al-I’tiqad: Manusia Melihat Allah di Akhirat

Allah Maha Kuasa dan Maha Segalanya. Sekali lagi, Allah tidak mungkin tergambarkan dengan memori, karena kita tidak pernah melihatnya, tetapi kita bisa mengetahuinya dengan akal.

Salman Akif Faylasuf Salman Akif Faylasuf
28/08/2023
in Hikmah
0
Manusia Melihat Allah

Manusia Melihat Allah

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sudah lumrah bahwa dalam ilmu kalam, persoalan-persoalan tentang apakah manusia di akhirat kelak bisa melihat Allah Swt. atau tidak masih menyisakan tanda tanya. Dalam hal ini, mazhab Asy’ariyah mengatakan bahwa Allah Swt. bisa kita lihat kelak di akhirat oleh orang mukmin. Sementara mazhab Mu’tazilah menyangkal bahwa Allah Swt. tidak bisa kita lihat kelak di akhirat.

Sekilas, jika kita nalar secara akal, memang betul argumen mazhab Muktazilah lebih masuk akal dibandingkan mazhab Asy’ariyah. Sebab, Allah Swt. bukan sesuatu yang mempunyai wujud fisik. Artinya, sesuatu yang bisa terlihat adalah sesuatu yang mempunyai wujud material, dan begitu sebaliknya.

Sekalipun Muktazilah berkata demikian, namun tidak dengan Asy’ariyah. Justru Asy’ariyah menyandarkan argumennya pada ayat al-Qur’an. Salah satunya dalam surah Al-Qiyamah. Allah Swt. berfirman:

وُجُوْهٌ يَّوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ. اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Artinya: “Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 22-23).

Baca Juga:

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

Tauhid secara Sosial

Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

Ringkasnya, pemahaman kaum Asy’ariyah berdasarkan al-Qur’an di mana kelak di akhirat wajah-wajah manusia akan bersinar, dan bisa melihat Allah Swt. Karena itu, perbedaannya adalah hanya pada pemahaman antara manusia melihat Allah di dunia dan melihat Allah di akhirat.

Al-Ghazali membela pendapat Asy’ariyah

Syahdan, sesuatu yang bisa dilihat tidak harus berupa barang yang ada wujud fisiknya, karena hakikatnya tindakan melihat itu terjadi ketika ada alat untuk melihat dan sasaran untuk dilihat. Namun, Al-Ghazali mengatakan bahwa tindakan melihat itu tidak melulu membutuhkan dan mengharuskan memakai mata.

Memang umumnya pengertian melihat pasti dengan mata. Akan tetapi, kata Al-Ghazali, kita juga bisa melihat tanpa dengan mata, yaitu menggunakan pikiran dan hati. Itulah melihat. Dan sesuatu yang kita sebut melihat jika ada yang dilihat. Tidak disebut melihat jika tidak ada objek yang dilihat. Lalu apakah objek yang dilihat harus berupa benda yang ada bentuknya atau tidak?

Al-Ghazali mengatakan tidak harus ada bentuknya. Contohnya, HP yang awalnya berada di depan kita kemudian kita singkirkan, sehingga mata tidak bisa melihat. Sekalipun HP sudah kita sembunyikan dari pandangan, akan tetapi tetap membekas dalam memori kita (al-quwwah al-khayaliyah). Kita masih bisa membayangkan wujud HP tadi. Dan ketika kita sedang membayangkan wujud HP, maka sebetulnya kita juga sedang melakukan tindakan melihat.

Contoh lain. Ketika kita menonton TV, di mana di layar kaca TV ada lapangan bola, rumput, penonton dan lainnya, lalu apakah bendanya ada di layar kaca itu? Tentu saja itu semua tidak ada, kita hanya melihat.

Jadi sebenarnya, di dalam layar TV itu kita melihat benda yang tidak ada wujud fisiknya (karena itu hanya sebuah sinyal yang direfleksikan ke layar). Dari sini kita tahu, bahwa melihat sesuatu itu tidak harus melihat sesuatu yang ada wujud fisiknya (karena kita bisa melihat sesuatu yang tidak ada wujud fisiknya).

Konsep al-khayali

Tentang konsep al-khayali. Adalah sesuatu yang bisa di indera (diingat kembali) ketika sesuatu atau benda itu hilang. Artinya, wujud itu akan tetap tergambar seperti semula gambar ada di dalam pikiran. Misalnya kita melihat taman, namun ketika sudah berlalu, kita bisa melihat taman-taman itu dengan memori kita. Seolah-olah kita bisa melihat sendiri. Pendek kata, wujud khayali adalah suatu kekuatan yang bisa mencetak gambar realitas di dalam pikiran kita.

Hal inilah kemudian oleh Al-Ghazali menerapkannya dalam konteks manusia melihat Allah Swt. bahwa di dunia ini kita memang tidak melihat Allah Swt. sebagaimana kita melihat HP melalui bayangan. Jadi, saat ini kita hidup berapa dalam tahapan khayali (melihat sesuatu melalui bayangan saja).

Barulah kemudian setelah meninggal kita akan mengalami situasi baru yang tidak terjadi di dunia, yaitu kemampuan melihat Allah Swt. Dalam hal ini, penglihatan kita di akhirat nanti kepada Allah Swt., mengonfirmasi pengetahuan yang kita peroleh di dunia.

Hal ini sebagaimana kita melihat barang langsung mengorfirmasi bayangan kita (mengenai barang) dalam memori. Pendek kata, sebagaimana melihat barang di dunia lebih kuat dari sekedar membayangkan barang. Inilah argumen Al-Ghazali.

Kata Gus Ulil, kita bisa mengetahui Allah dengan akal. Akan tetapi kita tidak bisa membayangkannya dengan memori kita (khayal), karena Allah bukan merupakan barang. Lebih dari itu karena Allah Maha Kuasa dan Maha Segalanya. Sekali lagi, Allah tidak mungkin tergambarkan dengan memori, karena kita tidak pernah melihatnya, tetapi kita bisa mengetahuinya dengan akal.

Melihat Allah secara Sempurna

Masih tentang manusia melihat Allah di akhirat. Kata Al-Ghazali, jiwa manusia ketika masih menempel sama badan dunia, ia seperti tertutup oleh badan. Sehingga jiwa kita tidak memiliki kemampuan (terhijab) untuk melihat Allah secara sempurna. Terlebih lagi badan adalah sesuatu yang sangat kotor (kasar tidak lembut seperti jiwa). Ibarat mata yang tertutup oleh kelopaknya. Allah Swt. berfirman dalam surah Qaf:

لَّقَدْ كُنتَ فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلْيَوْمَ حَدِيدٌ

Artinya: “Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam. (QS. Qaf [50]: 22).

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda:

الناس نيام فإذا ماتوا انتبهوا

Artinya: “Manusia itu sedang tertidur. Ketika mereka mati, barulah mereka terbangun.”

Bahwa, ketika manusia tertidur maka dia dalam kondisi tidak sadar, dan manusia akan sadar jika ia dalam keadaan terjaga. Di dunia, manusia akan menganggap uang, jabatan, koneksi dengan orang penting adalah sesuatu yang berharga dan penting. Akan tetapi, kelak di akhirat, mereka baru tersadar jika hal yang paling penting di dunia adalah salat.

Sebagai penutup, perlu kita catat, bahwa hadits ini sangat terkenal di kalangan para sufi. Dan, ternyata hadis ini ditulis di batu nisannya seorang perempuan sarjana Jerman yang ahli di bidang tasawuf dalam Islam. Yaitu Annemarie Schimmel (1922-2003). Ia berwasiat ketika meninggal nanti supaya dituliskan di batu nisannya hadis Kanjeng Nabi:“Sesungguhnya manusia itu tertidur, dan ketika mereka mati, maka mareka terbangun.”

Selain terkenal dengan analisis mendalamnya, seringnya menyampaikan sisi-sisi artistik dan ideologis dari budaya Islam kepada pembaca Eropa dan Amerika, menaruh perhatian yang tinggi pada masalah-masalah kesetaraan gender, Annemarie Schimmel ternyata juga telah berhasil menulis 105 judul buku bertemakan Islam. Wallahu a’lam bisshawab. []

Tags: Al GhazaliHikmahManusia Melihat AllahSufitasawuftauhid
Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf. Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Terkait Posts

Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Beda Keyakinan

    Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID