Mubadalah.Id– Data di beberapa Pengadilan Agama menunjukkan bahwa angka cerai gugat lebih banyak dibandingkan cerai talak. Perceraian yang diajukan oleh istri lebih banyak dibandingkan perceraian yang diajukan oleh suami. Artikel ini akan membahas nusyuz laki-laki dan tingginya angka cerai gugat.
Sebagai contoh di Kabupaten Malang, pada Tahun 2016 angka cerai gugat mencapai 1521, sedangkan angka cerai talak 662.
Beberapa alasan terjadinya cerai gugat atau istri mengajukan perceraian adalah karena permasalahan ekonomi. Suami yang tidak bertanggung jawab, suami selingkuh, suami melakukan KDRT dan tidak ada keharmonisan dalam rumah tangga.
Baca juga: Nusyuz Suami, Nusyuz Istri, dan Cara Menyelesaikannya Menurut Al-Quran
Apabila kita merujuk pada devinisi nusyuz secara umum, yaitu sebagai perilaku seseorang yang melalaikan kewajibannya dan menyimpang dari kesepakatan atau komitmen awal.
Maka beberapa penyebab terjadinya gugat cerai adalah karena laki-laki (suami) melakukan nusyuz. Seorang suami yang tidak bertanggung jawab memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga atau suami yang selingkuh.
Apalagi jika dia melakukan kekerasan dalam rumah tangga dapat dikategorikan sebagai laki-laki yang melakukan nusyuz. Walaupun selama ini istilah nusyuz hanya dilekatkan pada istri atau perempuan.
Baca juga: Bila Harus Berpisah
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), hanya merumuskan pasal tentang nusyuz istri dan gugurnya kewajiban suami apabila istri nusyuz (pasal 84, ayat 1,2 dan 3).
Rumusan dalam KHI itu didasarkan pada ayat Al-Qur’an: “wanita-wanita (istri) yang kamu khawatirkan nusyznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah tempat tidur mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyalahkannya (QS An-Nisa (4):34).
Padahal dalam ayat lain, al-Quran juga menjelaskan tentang nusyuz laki-laki yaitu: “Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenaranya, dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.
Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu dan memelihara dirimu (dari nusyuz, sikap tidak acuh dan bertindak tidak adil), maka sesungguhnya Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS an-Nisa 4: 128).
Baca juga: Perempuan Pun Boleh Memulai Dulu
Realitasnya, selama ini yang banyak dibahas dan telah dirumuskan dalam KHI hanya nusyuz istri. Maka perlu ada pemahaman dan kesadaran seimbang terhadap nusyuz, bahwa perempuan dan laki-laki sama-sama dapat melakukan nusyuz.
Nusyuz perempuan menjadi salah satu penyebab terjadinya cerai talak. Sebaliknya, nusyuz laki-laki juga menjadi salah satu penyebab banyaknya angka cerai gugat.
Dengan adanya pemahaman dan kesadaran seimbang akan membuat masing-masing pasangan tidak hanya menyalahkan pasangannya. Pasangan akan lebih berhati-hati agar tidak melakukan nusyuz yang dapat mengganggu kehidupan rumah tangga.
Selanjutnya, apabila terjadi nusyuz dari salah satu pihak atau keduanya, maka seharusnya tidak saling menyalahkan. Tapi berusaha intropeksi dan melakukan rekonsiliasi untuk memperbaiki hubungan.
Sehingga kesalingan antara pasangan dalam menjaga kehidupan rumah tangga akan terus terjalin.[]