• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pandangan Hidup dan Kepribadian Kiai-Santri: Belajar dari KH Hasyim Asy’ari (2)

“Nderek kiai” atau “gurutta mato” adalah satu cara pesantren membentuk kepribadian kaum santri. Karena praktik latihan dan proses berguru itu tidak dilakukan dengan cara duduk di dalam kelas dengan jadwal-jadwal pasti

Zahra Amin Zahra Amin
15/10/2021
in Hikmah
0
Santri

Santri

149
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tulisan sebelumnya “Pandangan Hidup dan Kepribadian Kiai-Santri: Belajar dari KH Hasyim Asy’ari (1), memaparkan tentang pengertian kiai, dan santri dalam relasinya sebagai guru dan murid yang tidak hanya punya ikatan emosional, tetapi juga memiliki nilai kesalingan dalam membangun peradaban Islam di nusantara ini. Selanjutnya, bagaimana pribadi guru yang baik menurut KH Hasyim Asy’ari, dijelaskan dalam ringkasan berikut ini;

Kepribadian Guru Menurut KH. Hasyim Asy’ari Dalam Kitab Adāb al ‘Ᾱlim wa al Muta‘allim

Dalam menyusun kitab Adāb al ‘Ᾱlim wa al Muta‘allim, KH Hasyim Asy’ari mengambil dasar dari al Qur’an dan al Hadis, kemudian dikuatkan dengan pendapat para ulama. Kecenderungan lain yang terdapat dalam pemikirannya yaitu memasukkan amalan-amalan sufi dalam diri seorang guru, hal tersebut dapat diketahui dari gagasan-gagasannya, semisal seorang guru harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, bersifat wara’, zuhud dan menghindari hal-hal yang buruk di sisi Allah maupun manusia.

Sebutan “alim” dalam masyarakat bangsa kita menunjukkan bahwa seorang guru, kiai atau ulama mengajarkan sikap-sikap beragama yang bukan sekedar teori, tapi juga contoh, amalan, dan suri tauladan. Sang kiai, dan nyai menjadi pembimbing para santri dalam segala hal, yang mendampingi para santri selama 24 jam sehari. Sehingga kaum santri menyaksikan sendiri di depan matanya contoh-contoh yang baik dari gurunya, yang kemudian secara langsung – tanpa instruksi atau paksaan – mengikuti sendiri amalan-amalan yang baik itu.

Jadi, kehidupan sehari-hari, amalan beserta sikap sang kiai lalu menjadi pedoman, dan bukan sekedar retorika. Sang kiai menjadi cermin dimana sang santri mengamati karakter idealnya. Dan watak “alim” adalah tipikal cerminan ideal tersebut. Dan karakter ke-alim-an yang paling tinggi di mata orang-orang pesantren adalah sikap ikhlas dan wara.

Baca Juga:

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

Pesan Abah KH Abdul Kholik Hasan: Hikmah Isra Mikraj yang Patut Kita Renungi

Masa Depan Majelis Masyayikh: Profil 8 Kiai dan Bu Nyai Pengasuh Periode 2021-2026

“Nderek kiai” atau “gurutta mato” adalah satu cara pesantren membentuk kepribadian kaum santri. Karena praktik latihan dan proses berguru itu tidak dilakukan dengan cara duduk di dalam kelas dengan jadwal-jadwal pasti. Pesantren dan proses berguru di sana merupakan sebuah proses bermasyarakat, satu cara menjalani kehidupan di dunia ini sebagai persiapan menuju ke gerbang akhirat.

Seperti halnya menuntut ilmu itu sendiri tidak pernah berhenti, dari masa kecil hingga meninggal. Proses bermasyarakat dan menjalani hidup ini merupakan inti dari pemahaman keagamaan kalangan pesantren, yang mengamalkan ajaran Ahlussunnah Waljamaah (disingkat Aswaja). Pelajaran pokok dalam pesantren: adalah pendidikan karakter kebangsaan. Apa inti pendidikan karakter itu yang dilakoni KH. Hasyim Asy’ari, sekaligus yang diajarkan kepada santri-santri dan mustami’nya?

Pertama, pendidikan karakter pesantren berupaya mengajak bangsa ini untuk mandiri bukan hanya dalam soal ekonomi dan politik. Tapi juga dalam kebudayaan dan kerja- kerja pengetahuan. Kedua, pendidikan karakter pesantren mengajarkan anak-anak didiknya untuk bergaul dan bersatu di antara sesama anak-anak bangsa se-Nusantara, apapun suku, latar belakang dan agamanya. Mereka diajarkan untuk saling berinteraksi secara harmonis di antara berbagai komunitas bangsa tersebut.

Ketiga, pengetahuan diabdikan bagi kepentingan dan keselamatan nusa dan bangsa ini. Itu sebabnya pesantren mengajarkan berbagai jenis kebudayaan Nusantara yang akan menjadi alat perekat, pertahanan dan mobilisasi segenap kekuatan bangsa ini.

Keempat, karena pergaulannya yang begitu rapat dengan bangsa-bangsa lain di jalur perdagangan dunia di Samudera Hindia, orang-orang pesantren juga mengajarkan anak-anak bangsa ini cara-cara menghadapi, dan bersiasat dengan bangsa- bangsa lain, terutama dengan orang-orang Eropa saat itu, yang berniat menguasai wilayah di Asia Tenggara.

Kelima, orang-orang pesantren juga mengajarkan kepada anak-anak bangsa ini untuk memaksimalkan serta memanfaatkan segenap potensi ekonomi dan sumber daya negeri ini. Itu sebabnya pesantren hadir di dekat sumber-sumber mata air dan sumber-sumber kekayaan alam.

Secara umum, kitab Adabul Alim Wal Mutaallim memang membahas tentang etika dalam pendidikan yang dibutuhkan oleh guru dan peserta didik, namun secara khusus juga membahas tentang kompetensi guru. Pertama, Kompetensi Pedagogik. Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru antara lain: guru mampu membantu peserta didik dari awal hingga akhir.

Kemudian, guru juga rajin menguji hafalan dan pemahaman peserta didik, bergaul dengan peserta didik dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, memudahkan peserta didik dalam memahami dan menguasai ilmu, memilihkan mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, bersikap demokratis, mengawasi (monitoring) perilaku peserta didik, memberi bantuan kepada peserta didik, agar bisa fokus belajar, memperhatikan kehadiran atau absensi peserta didik, bertutur kata dan bersikap terpuji kepada peserta didik, memberi kesempatan pada anak untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

Kedua, Kompetensi kepribadian Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru antara lain: guru dapat bersikap muraqabah, khassyah, khauf kepada Allah SWT. bersikap tawadhu’, wira’i yaitu menjaga diri dari syubhat dan haram, zuhud terhadap dunia dan qona’ah, ramah, tegas, lugas dan tidak sombong, serta menghormati buku pelajaran.

Ketiga, Kompetensi sosial Menurut K.H. Hasyim Asyari kompetensi sosial yang harus dimiliki guru antara lain: guru mampu bergaul dengan peserta didik dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, bersikap demokratis, bertutur kata dan bersikap terpuji kepada peserta didik, bergaul di tengah-tengah masyarakat dengan akhlak terpuji, dan menghindari perilaku yang dapat menimbulkan tuduhan buruk.

Keempat, Kompetensi profesional Menurut K.H. Hasyim Asy’ari kompetensi profesional yang harus dimiliki guru antara lain: guru membiasakan diri menulis, membaca untuk menambah wawasan, selalu introspeksi diri, tepat dalam menggunakan metode dalam mendidik peserta didik, bersemangat menambah ilmu dan amal dengan sungguh-sungguh.

Seorang kiai dan nyai adalah seorang pemimpin yang mampu menciptakan teladan atau uswah dalam diri masyarakatnya, yang memberikan pengalaman spiritual. Bukan hanya menciptakan adegan-adegan atau lakon-lakon bagus dan bermoral di atas panggung kepesantrenan. Karena nyantri bukan hanya sebuah proses belajar-mengajar, pesantren bukan hanya pendidikan biasa seperti yang banyak dipahami secara keliru. Tapi juga sebuah peristiwa spiritual, sebuah upaya untuk mencari jati diri manusia, untuk menjadi manusia yang paripurna (insan kamil) dan bermanfaat bagi seluruh alam semesta raya. []

Tags: Hari Santri NasionalKH Hasyim Asy'arikiaiSantri
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Sakinah

Tafsir Sakinah

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID